er Juli 2010 | Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Pendidikan Islam Anak Umur 4 Tahun

Umumnya, pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian (character building).

Berikut beberapa tips untuk menstimulasi kemampuan intelektual dan sosial anak usia 4 tahun.

Pertama, bacakan buku, khususnya buku Islam untuk anak-anak, setiap hari dan dorong mereka untuk melihat bukunya sendiri. Beri bahan bacaan alternatif dari iklan koran, kotak susu, dan lain-lain. Dorong mereka bercerita pada yang lebih muda.

Kedua, ajarkan akhlak atau etika bersosial yang baik menurut Islam. Saat dia merebut mainan temannya, ingatkan untuk meminjam secara baik-baik. Saat temannya berbagi mainan, ajarkan untuk berterima kasih. Saat dia melakukan kesalahan, ajarkan untuk meminta maaf. Ketiga konsep ini tidak saja harus diajarkan, tapi juga mesti dicontohkan oleh kedua orang tua. Bagaimanapun, keteladanan orang tua adalah guru terbaik bagi si kecil. Al Quran berulang kali menekankan betapa pentingnya keteladanan dalam menuju suksesnya pendidikan akhlak (QS 33:21; Al Mumtahanah 60:4, 6). Apa yang ingin dilakukan oleh anak, hendaknya dilakukan juga oleh orang tua. Apa yang tidak ingin dilakukan anak, hendaknya orang tua tidak melakukannya juga.

Sebagai contoh, apabila sang ayah ingin anaknya tidak merokok, maka ia hendaknya juga tidak merokok; berhenti merokok apabila asalnya seorang perokok; atau setidak-tidaknya tidak merokok di depan anak-anaknya.

Ketiga, ajarkan kesadaran multikultural dan toleransi terhadap keragaman dan perbedaan. Baik keragaman adanya berbagai golongan dalam Islam maupun di luar Islam. Hal ini dapat dilakukan melalui representasi boneka, gambar dan buku. Seperti boneka orang-orang dari berbagai suku, bangsa dan agama. Gambar masjid, gereja, pagoda, dan buku-buku tentang perayaan masing-masing. Bagi seoang muslim, agama terbaik adalah Islam (QS Ali Imron 3:19). Pada waktu yang sama seorang muslim dituntut untuk mengakui dan mengapresiasi perbedaan pilihan (QS Al Hujurat 49:13). Toleransi dan menghormati perbedaan, dengan demikian, menjadi salah satu nilai pokok (core value) Islam.

Keempat, anak usia 4 tahun memiliki kebutuhan kuat untuk dianggap penting dan berharga. Pujilah pencapaian yang diraihnya, dan berikan hadiah berupa kesempatan untuk merasakan kebebasan dan kemandirian.

Yang tak kalah pentingnya, orang tua, terutama ibu, harus rajin mengasah kemampuan. Dengan cara banyak membaca bacaan seputar pendidikan anak dan berkonsultasi dengan ahlinya.afatih.wordpress.com

Pendidikan Islami Anak Umur 3 Tahun

Tanpa terasa usia anak tersayang sudah mencapai 3 tahun. Kemampuan anak, baik fisikal, sosial maupun intelektual, juga sudah meningkat drastis. Namun pada saat yang sama, problema pun juga semakin bertambah. Apalagi, kalau anak laki-laki yang relatif lebih bandel dibanding anak perempuanHal penting bagi orang tua dalam pendidikan anak adalah hindari mempermalukan anak terutama di depan orang lain. Apalagi sampai menyebutnya sebagai anak nakal atau bodoh. Rasulullah sendiri selalu memperlakukan putrinya, Fatimah, dengan penuh kasih sayang. Beliau juga memperlakukan anak-anak lain dengan penuh respek. Pernah seorang Sahabat Nabi membawa putranya yang masih kecil ke masjid dalam suatu halaqah dengan Nabi. Nabi membawa dan mendudukkan anak tersebut di depan beliau.

Selain itu, tips berikut mungkin membantu orang tua meningkatkan daya kemampuan intelektual dan sosial anak usia 3 tahun.

Beri mereka buku untuk dibaca, dan bacakan buku yang sama pada mereka. Pastikan buku-buku Islami menjadi bacaan utama. Dorong anak untuk mengulang suatu cerita dan membahas ide-ide dan kejadian di dalamnya. Baca judul cerita, tunjukkan kata-kata penting pada halaman dan tanda-tanda jalan.

Ulangi bacaan doa-doa pendek yang biasa dibaca sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Seperti doa sebelum dan sesudah makan. Sebelum dan sesudah bangun tidur, dsb.

Sering-seringlah berbicara dengan anak; pakailah kalimat pendek, ajukan pertanyaan dan dengarkan.

Motivasi agar mereka suka membaca dan menulis dengan cara memberikan daftar belanja atau catatan lain. Beri mereka kertas, notebook kecil dan spidol.

Tambahkan informasi baru pada kata yang diucapkan anak. Apabila anak mengatakan “bola”, maka tambahkan, “Ya, bola berwarna kuning.”

Nyanyikan lagu sederhana yang dapat membantu anak mengenal nama-nama. Termasuk nama-nama salat lima waktu.

Minta anak membantu pekerjaan rumah seperti menaruh baju kotor di mesin cuci, sampah di tempat sampah, menyiram bunga, dsb.

Bermain sepakbola atau bola basket mini, tunjukkan pada mereka bagaimana cara menyepak dan memasukkan bola basket ke tempatnya.

Motivasi mereka untuk menggambar. Jangan ditanya menggambar apa. Anak usia 3 tahun hanya tertarik pada proses menggambar, bukan apa yang digambar.

Ajari menghitung benda-benda di sekitar; seperti kue, gelas, mainan. Apabila mungkin, pindah satu-satu saat menghitung.

Dengan bantuan buku referensi, jelaskan dengan bahasa sederhana mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Beri penjelasan yang benar dna konsisten, jangan berbohong. Sikap konsisten sangat penting agar anak tidak bingung. Dan agar perilaku negatif tersebut tidak ditiru anak.

Kapan Anak Kita Mulai Patuh

Orang lain sering memberi sebutan pada anak kita denga sebutan “kecil tapi nakal”. Terkadang juga mereka mengeluh akan kebiasaan anak melempar atau merusak sesuatu. Jangan kaget mendengar hal ini karena anak suka melanggar segala sesuatu yang dibilang “jangan” dan “tidak boleh”.Yang menjadi pertanyaan, kapan anak mulai mendengarkan orang tua dan menuruti segala yang dikatakan orang tua? Berdasarkan penelitian dari Kristin H.Lagattuta dari california University, Amerika Serikat, semakin dewasa anak, semakin mengerti akan akibat apa yang telah dilakukan sebagai bukti dari tingkat kematangan emosi.

Usia 4-7 tahun merupakan usia penyerapan bagi anak. Pad ausia ini, anak akan mengerti dampak dari perbuatan dan mengerti aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar. Selain itu, anak sudah dapat berpikir positif.
Pada usia ini, anak semakin tahu bahwa kepuasaan emotional dibentuk tidak hanya dari segera terpenuhinya keinginan anak, tetapi juga dari kewajiban untuk menuruti apa yang diinginkan anak dan lingkungannya.

Menurut hasil riset tersebut, pada usia 7 tahun, anak akan memasuki tahap berpikir fokus dengan emosi yang lebih matang dan patuh. Hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar teori untuk penelitian perkembangan otak anak dan kesadaran moral anak. Ini merupakan informasi penting bagi guru dan orang tua untuk membantu anak mengembangkan sikap emtional anak.

Langkah Mudah Mengajak Anak Membaca

Usia batita adalah masa yang paling tepat bagi anak untuk dikenalkan pada huruf dan kata serta menumbuhkan keinginan bacanya. Meski demikian, syarat dan ketentuan berlaku di sini, yaitu:
1.Ajarkan membaca dengan cara yang menyenangkan
2.Jangan paksa anak, kalau sudah terlihat bosan segera hentikan.
3.Jangan pasang target-target tertentu, seperti sekian bulan sudah hafal sekian huruf
4.Berikan contoh langsung, anak yang tumbuh dari keluarga suka membaca lebih mudah mencintai kegiatan baca.

Langkah-langkah

Dengan kondisi menyenangkan tanpa target, inilah yang dapat Anda lakukan untuk mengajak anak Anda membaca:

1.Memasang karpet huruf

Pasanglah karpet huruf di kamar anak. Saat ini banyak tersedia karpet dengan motif huruf serta gambar-gambar menarik yang terbuat dari bahan karet yang bisa dilepas-lepas ataupun bahan wol. Dengan demikian setiap hari, tanpa disadari anak akrab dengan berbagai bentuk huruf.

2.Tempel nama

Tempelkan nama anak di pintu kamar atau lemarinya. Dengan melihat tulisan namanya setiap hari, si kecil akan hafal huruf-huruf tertentu sehingga ia tidak kaget saat belajar mengeja namanya.

3.Ada huruf di mana-mana

Kalau anak terlihat mulai asyik belajar mengenal huruf, orangtua bisa menempel huruf di tempat-tempat yang mudah terlihat. Misal, di lemari, pintu kulkas, dinding, kursi, buku dongengnya, dan sebagainya. Metode ini diharapkan mempermudah anak dalam belajar bunyi-bunyian huruf karena ia sudah mengenal bentuk huruf sebelumnya.

4.Kartu bergambar

Biasanya kartu baca itu berukuran 8×10cm, dengan gambar tertentu disertai tulisan di bawahnya. Contoh, gambar buah apel dengan tulisan APEL di bawahnya. Cara bermainnya cukup mudah, tunjukkan beberapa kartu supaya anak ingat. Lakukan dengan cara menyenangkan, misalnya menyelipkannya di antara kegiatan bermain.

5.Lagu-lagu

Beberapa lagu memang dibuat untuk mengajarkan kenal huruf pada anak. Nyanyikan lagu sambil bermain atau setelkan CD-nya saat bermain bersama anak. Lama-lama anak akan hafal karena sering menirukan bunyinya.

Cara Merangsang Anak Belajar

Kadang kita melihat, ada sebagian anak tampak senang sekali dengan situasi sekolahnya. Otak anak diibaratkan seperti spons yang dapat menyerap apa saja yang terjadi dengan lingkungannya. Anak-anak seperti ini biasanya menunjukkan prestasi belajar yang baik nantinya.Namun sebagian lain dari anak-anak tersebut tampak menunjukkan sikap negatif terhadap sekolah. Mereka tampak enggan melakukan berbagai kegiatan. Atau malah suka menyendiri dari pada bergabung bersama teman-temannya. Jika demikian, bagaimana mengharapkan anak-anak ini berprestasi kelak?
Yang sering terjadi kemudian, orang tua lalu menyalahkan guru dan sekolah karena rendahnya motivasi anak-anak mereka untuk belajar. orang tua memiliki pengaruh positif yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya.
Berikut ini beberapa kiat/cara yang dapat diterapkan sejak dini untuk membantu meningkatkan keinginan si kecil belajar dan berprestasi di sekolahnya kelak. Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan.

1.Menciptakan Rutinitas

Rutinitas membantu anak mandiri menjalani hari-harinya. Jika terus bergantung pada orang dewasa, anak-anak ini akan memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, dan belajar bahwa orang lain akan selalu mengambil tanggung jawab dirinya. Akibatnya, aktivitas Anda juga terganggu dengan ketergantungan anak. Karenanya, ciptakan rutinitas sejak dini dengan membiarkan si kecil melakukan sendiri kegiatan rutinnya. Misalnya, bangun tidur, diikuti dengan membersihkan tempat tidur, menggosok gigi lalu sarapan bersama-sama Anda.

2.Pembiasaan Belajar

anak usia pra sekolah memang belum memiliki beban akademis yang mengharuskannya belajar pada waktu-waktu tertentu di rumah. Namun tidak ada salahnya Anda membiasakan anak duduk di meja belajar yang disediakan baginya pada saat yang sama setiap harinya, dan untuk jangka waktu yang sama pula.

3.Meningkatkan Komunikasi

Komunikasi yang baik merupakan prioritas utama dari semua kebiasaan yang dapat meningkatkan keinginan anak berprestasi. Mendengar adalah salah satu bagian penting dalam komunikasi. Jika orang tua terbiasa mendengar anaknya berbicara, maka anak juga akan mendengar jika Anda berbicara. Menurut Dr. Rimm, jika orang tua memiliki kebiasaan bercakap-cakap secara teratur setiap harinya, anak akan lebih terbuka kelak ketika memasuki usia remaja. Terkadang, keengganan anak untuk berprestasi (underachievement) merupakan efek lanjutan dari komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.

4.Bermain & Permainan

Bermain merupakan sarana utama bagi anak untuk belajar dan permainan merupakan bentuk latihan yang bagus untuk menghadapi kompetisi. Manfaat mainan dan permainan, antara lain meningkatkan imaginasi dan pelampiasan emosi. Cobalah bersenang-senang bersama dengan menciptakan berbagai permainan dengan anak.

5.Menjadi Model Bagi Anak

Anak akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan Anda, orang tuanya, sebagai model yang patut diikuti. Namun, tentu saja si kecil hanya akan meniru perilaku yang terlihat olehnya. Anda bisa mulai menunjukkan pada si kecil bahwa Anda sangat menyukai apa pun yang Anda kerjakan. Karena, jika tidak, si kecil akan meniru perilaku Anda yang gemar mengeluhkan pekerjaan. Bukan tidak mungkin jika nantinya si kecil akan sering mengeluhkan pelajaran maupun guru-guru di sekolahnya jika Anda tidak segera mengubah sikap.

Jika Anak Tidak Mau Ditemani

Anda mungkin menemukan tiba-tiba anak anda menjadi sosok yang gagah perkasa. Atau kadang-kadang anak masih suka merengek. Memang seperti itulah anak yang baru benar-benar mandiri saat usia 3 tahun.Jika pada usia 2 tahun anak sudah mulai ingin bermain sendiri tanpa ditemani, sebenarnya mereka berlatih dan mencoba berpisah dari orang terdekatnya. Jadi, Anda tidak perlu merasa tersinggung bila dia merasa tidak membutuhkan Anda.

Awal Yang Baik

Keinginan anak untuk main sendiri merupakan awal yang baik karena anak sudah mulai merasa aman dan identitas dirinya semakin kuat. Berilah dukungan untuk menguatkan keyakinannya bahwa ia sudah besar.

Hal ini akan memudahkan anak ketika dia masuk sekolah nantinya. Tugas orang tua adalah menyeimbangkan antara mengasuh, melindungi, dan membimbing anak serta membiarkannya melakukan eksplorasi.

Bila tiba-tiba anak cemas dan berteriak saat tidak ada orang disekitarnya, Anda tidak perlu cemas karena hal itu wajar. Keinginan anak untuk mandiri sangat erat hubungannya dengan kesadarn tubuh anak.

Hindari menyuruh anak mencium atau memeluk orang lain pada usia ini, tapi biarkanlah dia membangun sendiri keinginannya untuk mencari perhatian dan mengekspresikan perasaannya.

Jika orang lain merasa kecewa tatkla anak anda tidak memeluknya, katakan saja jika Anda tidak pernah memaksa anak melakukan apa yang tidak disukainya. Ini merupakan bagian dari pembangunan kemandirian anak.

Mengatasi Fobia Sosial Anak

Fobia adalah jenis gangguan yang disebabkan oleh ketakutan yang tidak beralasan sehingga sering kali memaksa individu untuk menghindari situasi sosial. Fobis memiliki beberapa ciri fisik seperti tangan yang gemetar, gemetar saat berbicara, tangan yang berkeringat, rasa cemas yang berlebih, otot yang menegang, dan mudah pegal. Selain itu, sering muncul gangguan pola tidur, merasa lelah, rasa sesak di dada, dan pusing.Anak yang terkena fobia memiliki ciri kognitif seperti takut pada penilaian orang lain, takut dikritik, berfikir negatif, beranggapan orang lain manilai buruk tentang dirinya. Selain itu, anak juga cenderung mengisolasi diri, lemah, bodoh, khawatir, dan takut bertemu orang asing. Malahan, anak merasa tidak mampu berkompetisi dan berperilaku sebagaimana orang lain.

Ada beberapa terapi yang bisa diberikan pada anak dengan gejala fobia. Salah satunya adalah terapi perilaku atau kognitif yang disebut hypnotherapy. Terapi tersebut tergantung pada derajat gangguan yang timbul. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dulu dengan ahli.

Sebenarnya fobia tidaklah menurun secara genetik, tetapi kecemasan yang timbul pada ibu bisa berpengaruh pada psikis anak. Orang tua yang cemas misalnya biasanya menjadi over protektif yang secara tidak langsung menimbulkan kecemasan tersendiri pada anak.

Dampak yang terjadi bisa mempengaruhi perubahan dan kehidupan sosial, sekolah, dan pribadi. Nilai prestasi bisa menurun disekolahan dan menolak untuk berada dikeramaian.

Jika fobia terjadi pada anak usia pra-sekolah, anak sering frustasi, berteriak, dan mogok. Pada usia ini, anak ingin melakukan apapun sendirian meskipun pada dasarnya mereka belum mampu.

Ada beberapa tip untuk melatih kemandirian anak seperti mendorong anak mencoba apa yang diinginkan, memberi pujian pada anak, mendampingi anak menyelesaikan tugas, dan membantu mengeluarkan segala kemampuannya.

Berilah sarana pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan memberi kesempatan melakukan segala hal yang diminatinya selama hal tersebut wajar dan tidak berbahaya

Kesalahan dalam Membesarkan Anak

Jadwal kerja yang padat, dan problema sehari-hari, seringkali membuat orangtua sulit bertemu anaknya. Tak jarang, anak-anak ditinggal bersama pengasuh atau dititipkan ke kakek-neneknya. Ketika hal ini terjadi, tak ada yang bisa memastikan anak akan mendapatkan pelajaran mengenai moral, atau nilai-nilai yang menjadi pegangannya dalam hidup bermasyarakat. Anda mungkin tak menyadari, namun ada hal-hal yang seringkali lalai kita ajarkan pada anak:

1.Memanjakan anak

Bukan rahasia lagi, para orangtua mencintai anak-anaknya dan ingin mereka mendapatkan segala yang tak mereka miliki di masa kecilnya. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk perlakuan seperti ini. Tak sedikit orangtua yang bermaksud baik untuk anak-anaknya malah berujung memanjakan anak-anaknya ke tingkat sampai si kecil tidak bahagia dengan apa yang ia miliki. Ini akan menghasilkan anak yang tak pernah puas, dan selalu meminta lebih. Padahal, umumnya, si kecil bukannya ingin punya selemari mainan, tetapi waktu untuk bersama orangtuanya. Jika orangtua terus memanjakan anaknya, bagaimana mereka akan belajar menerima kekecewaan dalam hidup di masa depan? Atau bagaimana mereka akan belajar bersyukur atas apa pun?

2.Kekurangan disiplin
Ketika Anda terlalu malas untuk mendisiplinkan anak, Anda menciptakan “monster cilik” untuk mengganggu kerabat, guru, orangtua teman-temannya, dan siapa pun yang kenal dengannya. Adalah hal yang tak benar jika membiarkan si kecil menggunakan perabot rumah sebagai tempatnya bereksperimen. Berlompatan, berlarian, merusak barang, membuat keadaan rumah seperti kapal pecah, atau membongkar barang seenaknya. Mereka seharusnya bisa bertingkah sopan dan tenang, baik di dalam maupun di luar rumah. Anda tak mau, kan, anak Anda menciptakan kekacauan di rumah temannya? Jika bukan Anda yang mendisiplinkan si kecil, orang lain mungkin akan melakukannya, dan Anda tak akan suka hal ini.

3.Tidak mengajarkan tanggung jawab yang cukup kepada si kecil

Anak-anak seharusnya tidak menunggu imbalan ketika mereka harus melakukan pekerjaan di rumah. Tempat tinggal mereka adalah rumah, bukan hotel. Mereka seharusnya menyadari bahwa itu adalah tempat tinggal bersama, dan ada tanggung jawab untuk menjaganya tetap bersih dan nyaman. Jika mereka tumbuh tanpa tanggung jawab yang cukup, bagaimana mereka bisa bertanggung jawab ketika mereka bekerja nanti? Atau bagaimana mereka bisa menyelesaikan kuliah yang butuh kemandirian, dan mempertanggungjawabkan uang orangtuanya?

4.Bukan pasangan terbaik
Seperti kita ketahui, anak mencontoh orang dewasa di dekatnya dengan sangat baik. Bagaimana Anda dan pasangan bertingkah di depan si kecil adalah hal yang penting. Tanpa kita sadari, perilaku dan tingkah kita terhadap pasangan akan dicontoh anak dalam memperlakukan pasangannya di masa mendatang. Bagaimana Anda memanggil, berteriak ketika bertengkar, atau membelai lembut, akan menjadi pembelajaran mereka. Anak belajar lebih banyak lewat pandangan mereka ketimbang lewat pendengaran. Jika Anda memperlakukan pasangan Anda dengan cinta dan hormat, ini juga akan menunjukkan kepada anak-anak Anda nilai sebuah keluarga. Hal ini akan membantu mereka merasa bahwa keluarga merupakan tempat bernaung dan nyaman, di luar dunia yang terlihat gelap dan menyeramkan.

5.Ekspektasi berlebihan

Ketika berjanji kepada anak-anak, Anda harus menge-set ekspektasi yang masuk akal, terutama ketika berhadapan dengan yang masih amat kecil. Jangan berharap berlebihan kepada si kecil. Misalnya, agar si kecil bisa duduk diam ketika Anda pergi ke restoran. Jangan juga mengharap anak laki-laki Anda ikut tim basket, padahal ia lebih senang ikut marching band. Akan lebih baik jika Anda mampu mengenali kelebihan anak, dan membimbing mereka untuk mengekspresikan dirinya dalam bidang tersebut.

6.Terbiasa dilayani
Jangan biarkan anak tumbuh menjadi anak yang cengeng. Anak-anak jaman sekarang terbiasa dibantu dan dilayani dalam segala hal. Dari membersihkan kamar hingga memasang plester. Karena terlalu sering dilayani, anak-anak sekarang menjadi kurang ajar. Mengajarkan mereka untuk bertahan melewati masa susah, atau sakit, akan membuat mereka lebih kuat. Ajarkan mereka untuk mengerjakan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan si Mbak. Hal ini bukan berarti Anda tidak mencintainya. Justru karena mencintainya, Anda ingin mereka bisa mandiri.

7.Memaksakan tren kepada anak-anak
Biarkan anak-anak menjadi anak-anak. Orangtua seharusnya tidak mendorong tren kepada anak-anak. Karena Anda tidak berhasil menjadi juara lomba kecantikan di masa kecil, bukan berarti Anda bisa membuat si kecil mengikuti dan memenangi kontes-kontes seperti itu. Mengajarkan anak soal gairah dan tujuan memang baik, tetapi biarkan mereka tumbuh menjadi apa yang mereka mau. Si kecil sudah cukup merasakan kesulitan untuk tumbuh besar di lingkungan yang penuh tekanan, jadi jangan paksa mereka menjadi seseorang yang Anda impikan terjadi pada Anda dulu.

8.Pembangkang

Ini termasuk hal yang sulit dilakukan. Jika Anda mengultimatum si kecil dengan hukuman jika melakukan kenakalan, lakukan jika ia melakukan kenakalan tersebut. Meski berat, namun hal ini penting untuk menunjukkan kepada si kecil bahwa Anda serius dengan perkataan Anda. Jika tidak, omongan Anda hanya akan dianggap sebagai angin lalu. Ujung-ujungnya, anak-anak tak akan menaruh kepercayaan lagi pada orangtuanya.

Kualitas anak kita adalah buah dari hasil asuhan kita

Buruk Cermin Jangan Dibelah
Kualitas dan sikap anak-anak kita adalah buah dari model pengasuhan dan pendidikan yang kita terapkan sehari-hari di rumah. Walaupun kita semua pasti mencintai anak-anak kita, tetapi pada prakteknya apa yang kita lakukan secara praktis kepada anak-anak kita terkadang bukan seperti yang kita niatkan. Niat kita baik, tapi tak jarang apa yang kita ucapkan dan sikapkan kepada anak tanpa sengaja merupakan sebuah hal yang buruk dan mempengaruhi perkembangan kejiwaannya.
Daripada terus mengeluh, menyalahkan anak, atau menyalahkan lingkungan; lebih baik kita melakukan refleksi atas apa-apa yang sudah (bukan sekedar harapan) kita pada anak-anak kita. Dalam refleksi itu, ada baiknya kita mengambil inspirasi kembali dari Dorothy Low Noite (”Children Learn What They Live With”). Thanks Dorothy, it’s so inspiring…
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia belajar menjadi pemberontak
Jika anak hidup dalam ketakutan, ia selalu merasa cemas dalam hidupnya
Jika anak sering dikasihani, ia belajar meratapi nasibnya
Jika anak dibesarkan dalam olok-olok, ia akan menjadi seorang pemalu
Jika anak dikelilingi rasa iri, ia tak akan puas dengan apapun yang dimilikinya

Jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia akan tumbuh menjadi penyabar
Jika anak senantiasa diberi dorongan, ia akan berkembang dengan percaya diri
Jika anak dipuji, ia akan terbiasa menghargai orang lain
Jika anak diterima dalam lingkungannya, ia akan belajar menyayangi
Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan senang menjadi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dalam kejujuran, ia akan terbisa melihat kebenaran
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan besar dalam nilai keadilan
Jika anak dibesarkan dalam rasa aman, dia akan mengandalkan diri dan mempercayai orang lain
Jika anak tumbuh dalam keramahan, ia akan melihat bahwa dunia itu sungguh indah

Semoga kita masih punya waktu untuk dapat memberikan yang terbaik bagi masa depan anak-anak terkasih kita…Amiiinn...

Orang Tua adalah modal Utama

Meski sering tidak disadari orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Celoteh, tindak-tanduk, bahkan mimik muka kita pun bisa ditiru anak. Untuk perilaku positif tentu kita senang. Tapi untuk yang buruk? Tentu tak satu pun orangtua ingin menularkan pada anak mereka.Ada cerita soal imitasi ucapan ibu pada anaknya. Ketika seorang ibu memanggil anak sulungnya keluar kamar, tiba-tiba anaknya dengan dengan fasih meneruskan ucapan ibunya saat mengingatkannya untuk segera bersiap sekolah.
“Nanti terlambat, sebentar lagi jam setengah tujuh, ayah sudah mau berangkat, jangan sampai ketinggalan, ayo minum susunya, habisakan rotinya!” tiru sang anak sambil bersungut-sungut manuju meja makan.
“Udah hafal deh Bu! Bosen” sambung sang anak cuek sambil duduk di ruang makan. Sang ibu tidak menyangka kalau ucapan yang tanpa sadar diucapkan berulang-ulang setiap pagi bisa ditiru persis sekali sampai nada tinggi rendahnya pula.
Kemudian ada cerita lainya, saat seorang ayah mendapat pujian dari jamaah masjid di daerahnya, “Hebat ya anak-anaknya pak ikhsan, semua pada rajin ke masjid, sama kayak bapaknya.”
Mendengar ini, bisa terjadi jika sang ayah memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dan untuk menjadi contoh yang baik ini, sang ayah bertahun-tahun harus melawan sifat malasnya untuk pergi shalat subuh di masjid.

Orang tua adalah model utama

Dalam bersikap dan bertingkah laku setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya, mulai dari orangtua, nenek-kakek, om-tante, pengasuh, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari tv dan vcd yang ia tonton.
Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat dan menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti. Atau, tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.
Orangtua pada umumnya menjadi model utama bagi anak. Karena ayah dan ibu adalah dua orang yang berperan dalam pola asuh anak sejak dia hadir ke dunia. Maka, jangan kaget bila cara saat orangtua marah maupun saat menunjukkan kasih sayang, semua akan ditiru dan dipelajari anak.
Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akn mempelajarinya dan berpikitr, “oh, kalau marah atau kesal sama orang, begitu ya caranya.” Sehingga, ketika anak kesal pada temannya, maka dia akan begitu juga.
Sebaliknya jika orang tua mengajarkan untuk saling sayang, saling menghormati, tamu datang dihormati, hormat pada orangtua dan kakak, sayang pada adik, bahkan binatang pun disayang. Anak pun akan menirunya. Pada semua orang anak akan menunjukkan rasa hormatnya dan bersikap santun.

Ayo, jadi model yang baik

Banyak orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya, namun perilaku yang diharapkanya belum dilakukannya. Misalnya, berharap anaknya senang membaca, tetapi orangtua sendiri tidak suka membaca. Menyuruh anaknya sholat berjamaah, padahal dirinya sendiri sering meninggalkanya. Tentu cara ini tidak akan efektif.
Contoh yang baik, akan lebih melekat pada anak bila diiringi dengan penjelasan. Apa manfaatnya senang membaca buku, apa keuntungannya berjamaah di masjid dan sebagainya.
Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak.

Membangun Kepercayaan Diri Anak

Memiliki anak yang memiliki kepercayaan diri alias ‘PD’ tentunya menyenangkan. Karena dengan kepercayaan diri yang mereka miliki ini dapat menciptakan prestasi dalam kehidupan mereka nantinya, dan juga keberhasilan dalam bersosialisasi tentunya.Berikut beberapa tips untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri anak:

*Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan aman bagi anak merupakan awal dari segalanya. Berikanlah rutinitas yang dirasa cukup nyaman bagi mereka.

*Perkenalkan mereka dengan lingkungan sekitar, secara bertahap dan berkala kenalkan mereka dengan kehidupan bersosialisasi. Misalnya pada saat kita sedang bermain dengannya, ada anak kecil yang berada disana, dorong mereka untuk berkenalan dan bermain bersama. Hal ini untuk mengembangkan kemampuan sosialnya dan agar dia tidak merasa malu pada saat berada di tempat umum.

*Jangan terlalu sering mengajak anak menonton televisi, karena berdasarkan penelitian hal ini terbukti membuat anak cenderung bersikap individu.

*Doronglah anak agar aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler diluar, sehingga mereka semakin banyak bertemu orang lain.

*Minta anak untuk membantu kegiatan kita, karena dengan dimintai bantuan akan membuat dia merasa mampu dan penting

*Berikan dukungan atas hal-hal yang dipelajarinya, dan ucapkanlah bahwa anda yakin dia akan berhasil.

*Dan yang pasti, selalu berikan dorongan yang positif kepada mereka!

Anak Kita Agresif

Jika anda mempunyai buah hati berusia 2 s.d. 3 tahun, anda mungkin sering dibikin pusing karena anak anda agresif, suka memukul, menggigit atau jenis kekerasan yang lain.

Anda mungkin sedikit shock jika saya katakan bahwa perilaku agresif anak anda itu adalah perilaku NORMAL dalam perkembangan anak.

Mengapa ?
Usia 2 s.d. 3 tahunan bisa dikatakan sebagai usia transisi awal pada perkembangan anak, dimana anak sedang mengalami keinginan yang sangat besar untuk menjadi mandiri.

Dilain pihak, kemampuan bahasa anak masih belum mencapai tahap yang cukup untuk bisa berkomunikasi dengan sempurna.

Gap terhadap kedua kemampuan yang sedang berkembang ini akan 'dilepaskan' oleh anak dalam bentuk tindakan fisik seperti bertindak agresif dan sejenisnya. Memang hanya itulah cara yang paling mudah dilakukan oleh anak untuk mengungkapkan emosinya.

Untuk itu, sebagai orangtua kita HARUS memahami bahwa sikap agresif seperti memukul atau menggigit pada level tertentu adalah sangat normal, karena anak masih terfokus pada pemikiran 'SAYA' atau 'MILIK SAYA'.

Dengan mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri anak anda ini, andapun menjadi lebih tenang dan tidak perlu terlalu khawatir melihat perilaku agresif anak anda (tentunya perilaku agresif yang tidak terlalu kelewatan).

Jadi, jangan sampai perilaku agresif anak anda membuat anda menjadi panik, yang berakibat pada perlakuan kekerasan anda terhadap anak.

INGAT !
Kemampuan anda untuk mengendalikan emosi/rasa marah anda merupakan LANGKAH PERTAMA yang akan menentukan apakah anda akan bisa mengendalikan anak anda atau tidak.

Bagaimana mungkin anda meminta anak anda tidak boleh memukul dengan cara anda memukulnya. Padahal anak seusia ini melakukan segala sesuatunya dengan cara MENIRU lingkungannya.
Iya 'kan... ?

Yang penting dan harus selalu diingat, anda harus selalu menasehati anak anda bahwa perilaku agresif tersebut tidak baik dan tidak dapat anda terima. Selain itu, anda harus membantu anak anda dengan menunjukkan cara lain untuk mengungkapkan perasaan atau emosi anak.

Anda setuju dengan saya tentang hal diatas ?

Saya tahu, anda masih memendam sebuah pertanyaan besar, yaitu : Langkah kongkret seperti apa yang bisa saya lakukan untuk menasehati ataupun menunjukkan cara pengungkapan emosi anak ?

Ada beberapa hal yang telah kami terapkan dengan hasil yang cukup efektif.

1.Peringatan Awal/Dini dan Batasan yang Jelas

Hhmmm itu lagi ! Mungkin begitu komentar langsung dari anda yang telah membaca eBook 3 Tahun Pertama yang Menentukan.

BETUL !
Dari pengalaman saya, cara inilah yang PALING EFEKTIF untuk mengendalikan dan mencegah perilaku anak sebelum dia terlanjur melakukan tindakan agresif.

Dengan peringatan awal ini, anak menjadi tahu dan siap secara mental terhadap apa yang akan terjadi jika dia berbuat sesuatu yang diluar batasan yang telah anda tetapkan.

Anda harus dengan JELAS dan SINGKAT menyampaikan kepada anak anda hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya di setiap kegiatan/permainan bersama dengan orang lain.

Dan yang penting, anda harus secara KONSISTEN menjalankan apa yang telah anda sampaikan kepada anak anda.

Misalnya, jika anak anda senang bermain mandi bola di taman bermain, sebelum anak anda mulai bermain, anda bisa mengatakan bahwa dia boleh bermain dengan teman-temannya, tetapi jika melemparkan bolanya ke anak lain, maka dia akan segera diminta berhenti.

Jika ternyata anak anda kelihatan agresif dengan melemparkan bola ke anak lain, maka anda harus SEGERA membawa anak anda keluar dari tempat mandi bola tersebut.

JANGAN ditunggu sampai dia melakukannya 2 atau 3 kali, baru anda bereaksi !

Anak anda perlu tahu SEGERA bahwa tindakannya tidak bisa anda terima, dan apa yang anda katakan sebelumnya memang berlaku.

2.Cooling-Down

Cooling-down disini pada dasarnya hampir sama dengan time-out yang telah dibahas di edisi beberapa bulan yang lalu.

Untuk contoh mandi bola diatas, begitu anak anda bersikap agresif, anda SEGERA membawa anak anda keluar dari tempat mandi bola, kemudian ajaklah dia duduk bersama anda untuk melihat anak lain bermain mandi bola. Kemudian jelaskan bahwa dia boleh bermain lagi jika dia berjanji tidak akan mengulangi tindakan agresifnya.

Cara ini jauh lebih efektif daripada anda berteriak-teriak atau bahkan memukul anak anda.

Ini merupakan sebuah time-out sekaligus cooling-down bagi anak anda. Dengan cara ini, anak anda akan menyadari bahwa tindakannya berhubungan dengan konsekuensi yang akan dihadapinya.

3.Mengajarkan Tindakan Alternatif

Setelah anak anda sudah tenang, anda bisa membicarakan secara baik-baik dengan anak anda apa yang telah membuat dia marah. TEKANKAN bahwa dia BOLEH marah, tetapi TIDAK BOLEH melampiaskannya dengan melempar, memukul ataupun menggigit.

Anda bisa mengajarkan alternatif lain seperti misalnya dengan berteriak, menendang bola, atau yang lain.

Anak saya, Rihan, lebih senang berteriak jika sedang marah. Kalau di rumah, Rihan kami belikan bola khusus bergambar gpower rangerh yang bisa ditendang dan dipukul tapi bolanya tidak mental jauh (ada pemberatnya). Bola tersebut yang akan menjadi sasaran ungkapan kemarahannya.

4.Memberikan Pujian

Ini merupakan cara yang sangat EFEKTIF pula untuk MENCEGAH anak bertindak agresif.

JANGANLAH kita hanya memperhatikan perilaku anak yang tidak baik saja, tetapi HARUS memperhatikan tindakannya yang baik dan dengan tulus memberikan pujian.

Contohnya, jika dia sedang bermain gperosotanh dengan teman-temannya dan anak anda tidak mendorong temannya tetapi bisa sabar menunggu giliran, maka pujilah bahwa tindakannya itu sangat bagus.

Dengan begitu dia merasa mendapatkan perhatian lebih baik dengan emosi yang positif daripada merasa diperhatikan setelah berbuat kesalahan.

Hal ini kelihatan sepele, tetapi saya perhatikan jarang sekali orangtua yang dengan aktif dan sungguh-sungguh melakukannya.


Masih banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan, tetapi 4 hal diatas merupakan tindakan terpenting yang cukup efektif untuk mencegah dan mengatasi anak bertindak agresif.

Tetapi yang HARUS selalu diingat adalah bahwa

gTIDAK ADA resep khusus yang 100% bisa diterapkan kepada semua anak !

Mengatasi Anak yang Bertengkar

Saudara kandung baik kakak maupun adik, memang merupakan sebuah interaksi atau relasi yang dapat menimbulkan konflik, persaingan saudara kandung, rasa berbagi, bermain, menolong, mengajarkan dan lain lain. Dalam relasi saudara kandung terdapat berbagai macam perbedaan dilihat dari segi usia anak, rentang usia antar saudara, urutan kelahiran, dan jenis kelamin saudara kandung.Semua 4 macam tersebut memiliki pengaruh yang berbeda beda, misalnya saudara kandung yang berjenis kelamin sama akan lebih hebat bertengkar dibandingkan dengan berbeda jenis kelaminnya. Saudara kandung yang terpaut pendek rentang usia juga lebih hebat pertengkarannya dibandingkan dengan berbeda jauh rentang usianya.

Perkembangan Usia

Faktor usia juga turut mempengaruhi pertengkaran anak, semakin bertambah usia maka perkembangan moral anak juga semakin meningkat dibandingkan dengan usia remaja dan kanak kanak.
Seperti misalnya usia saudara kandung yang terpaut antara 17, 14 dan 8 tahun memiliki sikap dan karakteristik yang berbeda, tentu saudara yang berumur 17 tahun lebih bisa mengerti dibandingkan dengan saudara yang masih berumur 4 tahun.

Membandingkan Anak

Membanding bandingkan anak juga dapat menjadi pemicu anak bersifat cemburu terhadap saudaranya yang lain. Ia akan lebih melihat kelebihan yang dimiliki saudaranya dari pada dirinya sendiri. Kecemburuan merupakan faktor yang biasanya menjadi pemicu pertengkaran anak.
Ketika bertengkar pun sebaiknya orangtua tidak melihat siapa yang melakukan terlebih dahulu karena hal ini dapat membuat anak seperti halnya seorang penjahat dan korban. Terutama jika hal ini berlangsung lama dapat menimbulkan kebencian pada saudara kandungnya karena ia sering dipersalahkan. Perlakukan mereka pada posisi yang sama.

Bersikap Tenang

Ketika bertengkar janganlah orangtua membentak dan mengeluarkan emosi pada mereka, bersikaplah sabar dan tenanglah ketika menghadapi pertengkaran diantara mereka. Karena emosi hanya akan menambah suasana hati anak menjadi lebih buruk.

Meminimalisir Penyebab Pertengkaran

Anak bertengkar tentu memiliki sebab, bisa karena merebutkan mainan, baju, boneka, tempat duduk dll. Coba untuk mencegah dan meminimalisrnya, misalnya dengan menyediakan mainan atau boneka yang sama dan warna yang sama juga.

Saling Berdamai

Jika anda menginginkan anak lebih akur maka coba ajarkan pada mereka bagaimana hidup berdamai dengan saling bersalaman dan meminta maaf ketika bertengkar.

Berilah Dorongan Positif

Jika anak kembali akur dan ketika bermain tidak lagi bertengkar, berilah pujian pada mereka. Dan katakan bahwa anda menyayangi dan menyukai kebersamaan mereka dengan tidak bertengkar lagi.

Nilai Budaya Keluarga


Perkembangan moral, nilai dan budaya dalam sebuah keluarga dapat mempengaruhi bagaimana setiap anggota keluarga saling menghormati dalam menjalin hubungan. Mulailah dari orangtua untuk saling menghormati dan menyayangi terhadap anggota keluarga yang lain. Sehingga anak bisa belajar dari apa yang orangtua ajarkan pada mereka. sebuah nasehat saja tidak cukup jika orangtua ternyata tidak sama antara perbuatan dan perkataan mereka, mulailah menanamkan dan membangun nilai dan budaya (kebiasaan) saling menghormati dan menyayangi diantara anggota keluarga.
Bagaimanapun juga, persaingan antar saudara kandung dalam keluarga tidak dapat dihindari. Dan tentu saja dalam praktiknya tidak bisa semudah itu, dibutuhkan beberapa penyesuaian agar keduanya bisa berdamai dan menghindari konflik antar saudara kandung. Karena semakin keras orangtua, maka anak akan semakin sulit untuk menuruti kata-kata orangtuanya.
Namun, naluri keibuan, kasih sayang dan kepekaan anda sebagai orang tua akan sangat membantu meminimalkan perasaan cemburu dan permusuhan diantara mereka, sehingga akan timbul perasaan empati, kesediaan sikap untuk berbagi dengan saudaranya yang lain dan kesediaan untuk bersikap damai.

Mengatasi anak usia dini malas sekolah

Anak usia dini biasanya pada awal masuk sekolah akan merasa jenuh, takut, atau bahkan malas hal ini sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar.

Kata malas kalau dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas sekolah berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk sekolah (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)
Jika anak-anak tidak suka sekolah dan lebih suka bermain, itu berarti sekolah dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar atau sekolah. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Penyebab Anak Malas Sekolah


1.Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a.Takut
b.Sedang sakit
c.Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
d.IQ/EQ anak


2.Faktor ekstrinsik
a.Suasana sekolah yang tidak nyaman
b.Letak sekolah yang terlalu jauh
c.Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.

Mengatasi Malas Sekolah Anak

Mencari penyebab anak menjadi malas sekolah adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain sbb:

1 Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk sekolah pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif sekolah pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab untuk sekolah pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.

2.Mengantar anak sekolah, mendampingi pada awal masuk sekolah.
Mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah sangatlah penting khususnya pada anak usia dini. Hal yang akan dihadapi biasanya pada anak yang penakut atau kurang percaya diri biasanya akan menangis atau mogok. Peran guru dan orang tua disini sangat besar perannya dalam meyakinkan anak untuk berani dan mandiri. Orang tua harus percaya kepada guru untuk mendidik dan memberi motivasi untuk mandiri.


3.Berikan insentif jika anak ingin sekolah.
Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau sekolah tanpa mesti disuruh.

4.Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas sekolah. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

5.Menciptakan disiplin.
Jadikan sekolah sebagai rutinitas yang pasti.

6.Menegakkan kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.

7.Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak dalam hal ini jika anak sakit/sedih.

Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas sekolah adalah

1.Memilihkan sekolah yang berkualitas dan religi serta dapat dipercaya untuk mendidik dan membimbing putra putri kita.

2.Memantu perkembangan anak di sekolah artinya tidak 100% tugas itu diserahkan kepada guru.
PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak usia dini (0-6 tahun) masih sangat rendah. Hal itu disebabkan antara lain karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini itu sendiri.
"Meskipun selama ini pemerintah dan masyarakat telah menyelenggarakan berbagai program layanan pendidikan bagi anak usia dini. Namun, kenyataannya hingga saat ini masih banyak anak usia dini yang belum memperoleh layanan pendidikan. Banyak anggapan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendidikan yang tepat diberikan kepada anak asalah pada saat anak mulai masuk usia kematangan yang siap untuk bersekolah yaitu antara 5 - 7 tahun. Sedangkan yang sebenarnya adalah bahwa pendidikan bisa dimulai dari usia 0 - 6 tahun.
Disamping saat ini belum ada sistem yang bersifat holistik untuk menjamin keterpaduan dalam penanganan anak usia dini.
Masih banyaknya anak usia dini yang tidak tersentuh pendidikan apa pun juga disebabkan masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan untuk mereka. Hal itu diperburuk oleh relatif rendahnya kualitas tenaga yang sudah ada.
Faktor lain adalah letak geografis yang membuat mereka sulit untuk menjangkau lokasi belajar dan yang lebih parah lagi adalah tingkat ekonomi yang menjadi penyebab utama mengapa orang tua tidak sesegera mungkin mempersiapkan anaknya untuk belajar sejak dini

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak :

1.Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2.Intelligensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3.Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4.Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5.Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak :

- Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
- Bermain dapat digunakan sebagai terapi
- Bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan anak
- Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
- Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
- Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A.Permainan Aktif

1.Bermain bebas dan spontan

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2.Sandiwara

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3.Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, atau memainkan alat musik.

4.Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5.Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B.Permainan Pasif

1.Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2.Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3.Menonton televisi

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

Tips Memilih Sekolah untuk Anak Pra Sekolah

Beberapa hari kedepan tahun ajaran baru akan segera di mulai. Sebagai orang tua tentu kita ingin pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita bukan? Terutama untuk anak usia dini karena mereka berada pada masa usia keemasan (0 s.d 8 tahun) yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka kedepan. Karena itu, pemilihan sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan pendidikan anak usia dini menjadi hal yang harus diperhatikan, mengingat banyak sekolah yang masih belum menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa diantaranya masih menerapkan pembelajaran konvensional yang satu arah. Anak masih dijadikan objek pembelajaran, bukan subjek pembelajaran sehingga. kretaivitas anak seperti digembok. Belum lagi, peletakan bermain yang hanya sebagai selingan kegiatan belajar, bukan inti pembelajaran. Padahal lewat bermain-lah anak belajar. Belajarnya anak ya bermain.
Sulit memang memilih sekolah yang benar-benar berkualitas dan tidak menyalahi filosofis pendidikan anak usia dini. Meskipun di kota besar banyak sekali pra sekolah yang menawarkan berbagai keunggulannya, tapi kita harus hati-hati dalam menentukan pilihan. Kita perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum membuat keputusan. Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang profesional dalam memberikan stimulasi positif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekolah yang menyatakan diri sebagai sekolah yang berkualitas dengan menjual gedung dan fasilitas pendidikan yang lengkap atau memiliki jargon sebagai sekolah berstandar internasional. Padahal bisa jadi pembelajarannya tidak sebaik gedung atau jargon yang dielu-elukan.
Beberapa poin berikut merupakan hal yang bisa kita lakukan dalam memilih sekolah yang terbaik bagi putra-putri kita

•Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dari media cetak, elektronik, internet atau dari teman dan keluarga tentang sekolah yang berkualitas. Jika memungkinkan, datang ke pameran pendidikan sehingga kita bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap langsung dari lembaganya.

•Setelah menetukan beberapa pilihan, lakukan observasi dengan mendatangi langsung ke sekolah. Tanyakan banyak hal seditail mungkin pada pihak sekolah mengenai kurikulum dan profil sekolah, jumlah quota siswa per kelas, latar belakang pendidikan guru dan kepala sekolah, prestasi yang pernah diraih sekolah, biaya dan sistem pembayaran, fasilitas pendidikan, status sekolah serta yayasan yang menaungi sekolah.

•Tanyakan status atau akreditasi sekolah dan perijinannya (banyak orang tua yang lupa menanyakan ini, padahal meskipun pra sekolah, hal ini sangat penting karena ijin dari diknas menjadi salah satu indikator kualitas sebuah lembaga pendidikan).

•Lakukan observasi tentang keadaan fisik sekolah, mulai dari suasana kelas, kantin, fasilitas olah raga dan kamar kecil serta tempat ibadah. Apakah cukup bersih untuk kenyamanan belajar anak kita? anak usia dini kondisi fisiknya masih rentang terhadap berbagai penyakit, sehingga kebersihan menjadi hal penting untuk diperhatikan.

•Lakukan observasi kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung untuk melihat kemampuan guru mengajar dan pembelajaran yang dilakukan (jika anda tidak diijinkan pihak sekolah untuk melakukan observasi kelas, nyatakan bahwa anda sebagai orang tua calon siswa berhak untuk melakukannya).

•Jangan lupa ajak anak untuk melihat sekolah yang akan dipilih. Libatkan mereka dalam pengambilan keputusan.

•Jangan mudah tertipu dengan fasilitas dan jargon sekolah. Bisa jadi sekolah sederhana ternyata memiliki guru yang kreatif sehingga bisa merubah kesederhanaan menjadi media belajar yang kaya makna bagi anak. Sebaliknya, sebaik apapun fasilitas dan kurikulum yang disuguhkan akan menjadi tidak bermakna ketika guru tidak mampu menghidupkannya.

•Usia prasekolah adalah usia emas ketika anak menyerap berbagai nilai dan norma kehidupan. Pilihlah sekolah yang memiliki guru-guru yang shaleh dan shalehah sehingga anak-anak bisa menyerap ruh spiritualitas yang terpancar dari keindahan akhlak mereka. Pilihlah sekolah yang memiliki guru-guru yang ikhlas dalam mengajar anak-anak kita.

Setelah mendapatkan berbagai informasi dan melakukan observasi, jangan lupa untuk berdiskusi dengan pasangan dan anak kita. Sebelum mengambil keputusan final, tidak ada salahnya kita beristikharah, memohon pada Allah supaya menunjukan sekolah yang terbaik untuk anak kita. Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa melibatkan Allah dalam setiap keputusan yang kita ambil, termasuk dalam memilih sekolah untuk anak kita. Kadang kala kita menganggap hal ini terlalu kecil. Tapi bukankah anak adalah amanah besar yang Allah titipkan pada kita? Kita harus senantiasa memberikan pendidikan yang terbaik bagi mereka, karena semuanya akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Dan hanya Allah-lah yang tahu sekolah mana yang cocok untuk anak kita. Wallahualam.

Permainan seru mengasah Panca Indera Anak

1.Buah untuk dilihat, dicium dan dicicipi
Umur : 2 tahun ke atas
Material : Buah-bahan
Cara bermain :
•Sediakan buah-buahan (misalnya apel merah, pisang, jeruk anggur).
•Perlihatkan dan perkenalkan kepada si kecil nama buah satu per satu.
•Mintalah si kecil untuk menyebutkan kembali nama-nama buah-buahan tersebut
•Setelah mengenal warna si kecil dapat anda ajak diskusi mengenai warna,rasa, tekstur dan lain-lain..
Variasi
•Menggunakan buah plastik (tentunya tidak ada kegiatan mencium dan mencicipi)
•Menggunakan aneka sayur atau daging sebagai pengganti buah-buahan
•Menutup mata dengan sapu tangan, dan minta ia menebak buah yang sedang dipegangnya, atau yang kita masukkan ke mulutnya

2.Berjalan-jalan sambil mendengar suara
Umur : 5-7 tahun
Material : Bila memungkinkan bawalah tape recorder untuk merekamsuara-suara yang Anda dan si kecil dengar selama perjalanan, alternatif lain, bawalah buku catatan.
Cara bermain :
•Ajak si kecil berjalan-jalan. Tak perlu jauh, ke taman dekat rumah juga boleh
•Anda bisa katakan pada si kecil,”Selama perjalanan kita hanya boleh mrndengar dan tidak boleh bersuara.”Atau bisa saja tidak ada aturan itu, namun anda dan si kecil bisa saja berhenti sejenak di beberapa tempat dan mendengar suara di sekitarnya.
•Pada saat berhenti,ciptakan suasana hening, sehingga banyak suara-suara itu dengan tape recorder.
•Setelah sampai di rumah, anda bisa memutar tape recorder dan melakukan diskusi tentang suara yang direkam tersebut
•Bila anda menggunakan buku catatan, diskusikan berdasarkan hasil catatan.
Variasi :
•Pergi ke tempat yang jarang didatangi si kecil, seperti pantai atau gunung. Disana si kecil bisa mendengar debur ombak atau gemerisik aliran sungai.

3.Mencium toples dengan aroma yang berbeda
Umur : 3 tahun
Material ;
8 buah toples dan 4 macam aroma yang berbeda (misalnya: kayu putih, mint, durian dan kopi)
Teteskan aroma tersebut di atas kapas. Masukkan kapas k edalam botol. Masing-masing aroma dimasukkan ke dalam dua toples yang berbeda.
Beri tanda di bawah botol untuk pasangan botol dengan aroma yang sama. Taruh botol-botol tersebut di baki.
Cara bermain :
•Dekatkan salah satu botol ke hidung anak anda. Tanyakan, “Ade, tahu, aroma apa ini?, bila si kecil tahu, lanjutkan ke botol yanglain
•Bila si kecil tidak tahu, anda harus memberitahunya lalu lanjutkan ke botol yang lain.
•Setelah itu ajak anak untuk memasangkan botol yang aromanya sama.

4.Permainan kantong misteri
Umur : 2 tahun ke atas
Material : 2 buah kantong dengan tali cord yang sama (tidak tembus pandang), 2 set benda dengan bentuk geometris berbeda (kubus, bola, prisma, dll). Masukkan benda tersebut ke dalam kantong, setiap bentuk ada dalam tiap kantong.
Cara bermain :
•Berikan satu kantong misteri pada anak, dan satunya lagi Anda pegang
•Masukkan tangan anda ke dalam kantong dan ambillah sebuah benda, contohnya kubus, keluarkan dan tunjukkan kepada buah hati anda, “lihat, bunda dapat kubus. Ade ingat, nama benda ini kubus.
•Minta anak anda untuk mengambil be nda yang bentuknya sama dari kantong tanpa membukanya(ia hanya boleh meraba).
•Bila si kecil sudah mendapatkan, puujilah dia
•Selanjutnya Anda coba dengan bentuk benda yang lain
Variasi :
Untuk permainan yang sederhana, Anda bisa lakukan dengan bentuk benda yang biasa ditemukan sehari-hari, misalnya sendok, pensil, bola kecil, dll.
Selamat bermain!
Daftar Pustaka
1.Majalah Parents Guide Vol V No 6 Maret 2007.
2.R. Oberlander, June. Slow and steady get me ready. Primamedia Pustaka. Jakarta : 2005.

Hari-hari Pertama di Sekolah

Bagi sebagian anak, hari pertama di sekolah merupakan hari yang mendebarkan. Bagaimana tidak? Sejak jauh-jauh hari mereka sudah membayangkan hal-hal yang akan terjadi atau seharusnya mereka lakukan saat itu. Nah, ingin tahu apa yang biasanya dipikirkan oleh murid tentang hari pertama tersebut? Berikut ini merupakan tujuh hal yang ingin diketahui oleh si calon murid:1.Apakah murid sudah berada di kelas yang tepat?
Murid sering memikirkan bagaiman pembagian ruang kelas dari sekolah yang akan dimasukinya, seperti dimana letak kelas, letak ruang guru, letak ruang kepala sekolah, letak toilet, dan sebagainya.

2.Dimana sebaiknya murid duduk?
Pembagian tempat duduk juga sering dikhawatirkan oleh murid. Dimana ia akan duduk nantinya, siapa teman-teman sekelasnya, dan lain-lainnya.

3.Bagaimana peraturan di kelas?
Nah, setelah si murid berada di kelasnya, ia biasanya ingin tahu, bagaimana sih peraturan kelasnya? Apakah murid harus memberikan hormat kepada setiap guru yang masuk ke kelasnya? apakah letak duduk murid diatur oleh wali kelas atau murid boleh memilih sendiri? dan pertanyaan-pertanyaan lain seputar kelas dimana murid berada.

4.Pelajaran apakah atau apa yang harus dilakukan dalam setahun di sekolah?

Pertanyaan mengenai pelajaran atau kegiatan yang akan dilakukan di kelas selama setahun kedepan juga sering berada di dalam pikiran murid. Misalnya pelajaran prakarya, apa yang akan dipelajarinya? apakah murid akan mempraktekkan pelajaran yang didapatkan, misalnya membuat bunga dari kertas? berapa kali ulangan yang akan diadakan? dan sebagainya.

5.Bagaimana murid dapat lulus sekolah?
Seiring dengan berita-berita yang lalu mengenai banyaknya murid yang tidak lulus tentunya juga menghantui para murid terutama di kelas akhir. Pastinya mereka tidak ingin berada dalam situasi seperti itu. Oleh karenanya, mereka berusaha mencari tahu apa yang harus dilakukan agar murid dapat lulus sekolah dengan hasil baik. Sebaiknya berikan pengertian kepada murid tersebut untuk tidak takut atau bahkan trauma dengan hal ini. Berikan semangat padanya bahwa apabila ia belajar dengan baik, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

6.Siapa guru yang mengajar dan guru yang menjadi wali kelasnya?
Guru yang mengajar dan guru yang menjadi wali kelas juga sering menjadi bahan omongan para murid. Diantara murid biasanya mempunyai klasifikasi siapa guru favorit dan siapa guru yang kurang menyenangkan.

7.Apakah guru akan memperlakukan murid dengan baik?
Poin ini berhubungan dengan poin diatas. Bagi para murid yang mendapatkan wali kelas "guru favorit", dipastikan mereka tidak mempunyai rasa khawatir bahwa wali kelas mereka tersebut akan memperlakukan para muridnya dengan baik. Namun bagi murid yang mendapatkan wali kelas yang kurang mereka senangi, biasanya kekhawatiran akan muncul

Masa-Masa Penting Pertumbuhan Anak

Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia oleh: Emmy Soekresno, S.Pd.
Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia.

Dalam lima tahun pertama yang disebut eThe Golden Yearsf , seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Karena itu, di masa-masa inilah anak-anak seyogyanya mulai diarahkan. Karena saat-saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali, sebagai orang tua yang proaktif kita harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan perkembangan sang buah hati, amanah Allah.
Urgensi mendidik anak sejak dini juga banyak disebutkan dalam Al Qur'an dan Al Hadits antara lain :

1. Terjemahan QS. At Tahrim (66) ayat 6
"Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang..."
Memelihara, menurut sayyidina Ali: didik dan ajarilah, sedangkan menurut sayyidina Umar: melarang mereka dari apa yang dilarang Allah dan memerintahkan mereka apayang diperintahkan Allah.

2. Terjemahan Al Hadits
"Setiap yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi".
Hadits: seorang bayi mengencingi Rasulullah.
Di dalam buku "Pendidikan Anak Dalam Islam" karangan Abdullah Nashih Ulwan disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat memperhatikan tentang 7 (tujuh) segi dalam mendidik anak, yaitu :

1.Segi Keimanan
-menanamkan prinsip ketauhidan, mengokohkan fondasiiman ;
-mencari teman yang baik ;
-memperhatikan kegiatan anak.
2.Segi Moral
-kejujuran, tidak munafik ;
-menjaga lisan dan berakhlak mulia
3.Segi Mental dan Intelektual
-mempelajari fardhu 'ain dan fardhu kifayah ;
-mempelajari sejarah Islam ;
-menyenangi bacaan bermutu yang dapat meningkatkan kualitas diri ;
-menjaga diri dari hal-hal yang merusak jiwa dan akal
4.Segi Jasmani
-diberi nafkah wajib, kebutuhan dasar anak seperti makanan, tempat tinggal, kesehatan, pakaian danpendidikan ;
-latihan jasmani, berolahraga, menunggang kuda, berenang, memanah, dll ;
-menghindarkan dari kebiasaan yang merusak jasmani
5.Segi Psikologis
-gejala malu, takut, minder, manja, egois dan pemarah
6.Segi Sosial
-menunaikan hak orang lain dan setiap yang berhak dalam kehidupan ;
-etika sosial anak
7.Segi Spiritual
-Allah selamanya mendengar bisikan dan pembicaraan, melihat setiap gerak-geriknya dan mengetahui apa yang dirahasiakan ;
-memperhatikan khusu', taqwa dan ibadah

Jika begitu banyak yang harus kita ajarkan pada anak, kapan waktu terbaik untuk memulai pendidikan kepadabuah hati ?
Simaklah beberapa hasil penelitian baru berikut ini :
1.Fakta tentang otak :
a.Saat lahir, bayi punya 100 miliar sel otak yang belum tersambung. Pada usia 0-3 tahun terdapat 1000 triliun koneksi (sambungan antarsel). Pada saat inilah anak-anak bisa mulai diperkenalkan berbagai hal dengan cara mengulang-ulang :
-memperdengarkan bacaan Al Qur' an ;
-Bahasa Asing seperti bahasa Inggris ;
-memperkenalkan nama-nama benda dengan cara bermaindan menunjukkan gambar ;
-memperkenalkan warna dengan menunjukkan kepadanya dalam bentuk benda yang dia kenal, warna-warna cerah di kamarnya dan gambar ;
-memperkenalkan aroma buah melalui buku ;
-membacakan cerita atau dongeng
Pada usia 6 tahun, koneksi yang terus diulang (mengalami pengulangan - pengulangan) akan
menjadi permanen. Sedangkan koneksi yang tidak digunakan akan dipangkas alias dibuang.
Oleh karenanya, usia sebelum 6 tahun adalah saat yang tepat untuk mengoptimalkan daya
serap otak anak agar tidak terpangkas percuma.
b.Otak yang belum matang rentan terhadap trauma, baik terhadap ucapan yang keras maupun tindakan yang menyakitkan. Susunan otak terbentuk dari pengalaman. Jika pengalaman anak takut dan stress, maka respons otak terhadap dua hal itulah yang akan menjadi arsitek otak sehingga dapat merubah struktur fisik otak. Itulah mengapa kita harus menghindarkan diri dari memarahi anak atau memukulnya. Jika anak kita melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak sopan, sebaiknyalah kita mulai mengajarkannya mana yang betul dan sopan santun dengan cara yang arif serta penuh kesabaran. Kita dapat mencontoh bagaimana Rasulullah saw. bersikap sangat penuh kasih sayang terhadap anak-anak.
c.Otak terdiri dari dua belahan yaitu kanan dan kiri yang memiliki fungsi yang berbeda namun saling mendukung.
-Pekerjaan otak kiri berhubungan dengan fungsi verbal, temporal, logis, analitis, rasional serta kegiatan berpola.
-Pekerjaan otak kanan berhubungan dengan fungsi kreatif dan kemampuan bekerja dengan gambaran (visual) dan berfikir intuitif, abstrak dan non-verbal serta kemampuan taktil/motorik halus pada tangan, termasuk pembentukan akhlak dan moral.
Sistem pendidikan kita maupun ilmu pengetahuan pada umumnya cenderung kurang memperhatikan kepandaian yang tak terucapkan. Jadi, masyarakat modern cenderung menganaktirikan belahan otak kanan.
Menurut Bob Eberle, seorang ahli pendidikan, "prestasi pikiran manusia memerlukan kerja yang terpadu antara belahan kiri dan otak kanan". Kalau tujuan kita adalah mengembangkan pribadi yang sehat dan jika kita ingin menumbuhkan kreativitas secara penuh, maka diperlukan pengajaran untuk menuju keseimbangan antara fungsi kedua belahan otak itu.
2.Fakta tentang stress
a.Anak yang mengalami stress pada usia kritis 0-3 tahun akan menjadi anak yang hiperaktif, cemas danbertingkah laku seenaknya.
b.Anak dari lingkungan stress tinggi mengalami kesulitan konsentrasi dan kendali diri.
c.Cara orang tua berinteraksi dengan anak di awal kehidupan akan membuat dampak pada perkembangan emosional, kemampuan belajar dan bagaimana berfungsi di kehidupan yang akan datang.
3.Ciri-ciri anak pada milenium kedua :
-mampu berpikir cepat ;
-mampu beradaptasi dengan cepat dan benar ;
-memiliki keimanan kuat sebagai filter ;
-menguasai bahasa dunia ;
-mampu menyelesaikan masalah dengan cepat ;
-orang tua mempunyai 7 kebiasaan efektif.

Dilihat dari berbagai hasil penelitian di atas dapat diperoleh gambaran tentang waktu terbaik dalam memulai mendidik anak yaitu sedini mungkin. Juga bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi anak agar otaknya tidak mengalami trauma, serta dapat lebih meyakinkan kita lagi sebagai orang tua untuk terus menerus menambah ilmu agar dapat membantu anak mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
Satu pesan sederhana dalam mendidik anak, yang mungkin belum kita sadari sepenuhnya. Betapa banyak yang dapat kita ajarkan kepada anak kita tiap hari, hanya dengan berada di dekatnya. Dengan mengasuh, bermain dan bercakap-cakap dengan bayi kita yang mungil, kita bisa menjadi guru pertama bagi si kecil. Jangan lupa anak tumbuh dan berkembang sangat pesat, pakailah prinsip e it's now or never e (kalau tidak sekarang berarti tidak sama sekali) dalam mendidik anak.
Wallahu a'lam bi showwab.
Ya Allah berikanlah berkat dan kemampuan kepada kami untuk mendidik, merawat dan mengasuh anak-anak kami. Amiin.

Film Kartun Baik Atau Tidak Untuk Anak?

Ada banyak film kartun yang bagus buat anak. Yang bisa ditonton di TV ataupun di komputer yach. Tinggal bagaimana Mbak sebagai orang tua memilihkan sarana yang tepat buat anak. Hal ini akan membuat proses belajar mudah dan menyenangkan, baik bagi anak maupun orang tuaFilm kartun identik dengan tokoh khayalan di dalamnya. Menurut psikolog anak, Tony Buzan, yang buku-bukunya terjual laris manis di seluruh dunia, bahwa tiap otak dilahirkan untuk berfantasi. Otak anak dalam keadaan yang masih relatif murni, mampu berfantasi dalam sebuah keadaan yang luar biasa jelasnya.
Dalam otak anak, penciptaan teman khayalan adalah sebuah proses yang sama persis dengan apa yang digunakan oleh para penulis dongeng terkenal, penulis cerita film seperti Star Trek, Mickey Mouse, dll.

Apa sih manfaat teman khayalan yang dimiliki oleh anak?

•Mereka melatih dimensi majemuk dari imajinasi anak.

•Mereka menjadi tokoh nyata yang dapat memerankan situasi kehidupan nyata yang “direka-reka” oleh anak.

•Mereka berperan sebagai pendamping yang bisa diajak berdiskusi tentang hal-hal yang intim oleh anak.

•Tokoh-tokoh khayalan, seperti juga hewan peliharaan, “selalu penuh pengertian”.

•Teman khayalan memberikan pertemanan yang nyata, bukan sekedar bayangan. Penelitian telah menunjukkan bahwa reaksi otak terhadap citra nyata yang tertangkap oleh mata di dunia luar dan citra internal yang dibentuk oleh imaginasi, di segala tingkatan termasuk tingkat molekul/muskuler, benar-benar hal yang identik.

•Mereka melatih anak untuk bahagia saat berada sendirian di tengah pikirannya, sekaligus bisa mengembangkan kecerdasan kreatif, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan interpersonalnya.

•Mereka mendorong rasa percaya diri, sebagaimana yang dilakukan oleh teman baik.

Mengapa Anak Harus Mampu Membaca Ekspresi Wajah

"Di sebuah keluarga, Adi (usia 5 tahun) tiba-tiba melemparkan mainan yang sedang dipegangnya, sehingga adiknya yang terkena lemparan menangis keras. Mama Adi yang melihat hal ini langsung menunjukkan ekspresi wajah yang sedih bercampur marah di depan Adi tanpa mengatakan sepatah katapun. Tetapi Adi sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya, dan tetap melemparkan mainannya kesana-kemari."

Apakah anda pernah melihat kejadian yang mirip dengan cerita diatas ?Mengapa Adi bersikap seperti itu ? Ternyata Adi tidak bisa memahami dengan baik apa maksud dari ekspresi wajah Mamanya.


Pertanyaannya, perlukah anak seusia Adi mengerti apa maksud dari setiap ekspresi wajah orang lain ?


Sebuah grup di Universitas Delaware mengadakan penelitian panjang terhadap anak usia pra-sekolah (usia 5 tahun) selama 4 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mampu memahami ekspresi wajah orang lain dengan baik ternyata lebih jarang mengalami masalah dalam perilaku sosial maupun gangguan belajarnya.

Inti dari penelitian ini adalah bahwa pemahaman emosional dan kemampuan anak dalam mengatur emosinya sangat penting bagi anak dalam menghadapi lingkungan sosialnya di masa depan. Istilah populernya adalah, disamping IQ, EQ (Emotional Quotient / Kecerdasan Emosi) juga merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kesuksesan anak di masa depan.

Adalah tugas kita sebagai orangtua untuk mengajarkan kepada anak kita tentang cara mengungkapkan perasaan yang sedang dialami oleh anak, dan mengenal nama dari perasaan tersebut. Dengan demikian anak akan menjadi mengerti perasaan orang lain dari ekspresi wajahnya. Anak yang tidak bisa mengungkapkan perasaannya cenderung untuk berperilaku

kasar dalam bentuk kekerasan seperti memukul, melempar, dsb.

Bagaimana cara mengajarkan hal ini kepada anak sejak dini ?

Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya adalah :

1.Bercerita/mendongeng kepada anak tentang cerita yang berisi berbagai ekspresi perasaan dari para pemeran dongeng tersebut. Dalam bercerita ini anda perlu menunjukkan ekspresi tersebut dengan sungguh-sungguh, sehingga anak dapat menangkap perasaan yang ada di balik ekspresi wajah anda.

2.Jika anda bisa menggambar berbagai ekspresi wajah seperti tertawa, sedih, marah, dsb., anda bisa menggambarkannya di setiap muka ujung jari, dan ketika mau tidur, anda bisa bercerita

sambil menunjukkan gambar tersebut. Setelah itu, anda tanyakan kepada anak anda, misalnya, "Adi hari ini mengalami gambar yang ada di jari mana ?".
3.Dan masih banyak lagi...

Bagi yang belum pernah menerapkannya....

Selamat Mencoba !