er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah Pada Tahun Pertama


Sebagai orangtua tentu  bisa merasakan kecemasan anak pada saat-saat pertama anak akan masuk sekolah. Pada saat itu biasanya anak akan merasa cemas dan takut akan suasana baru yang harus mereka hadapi. Baik dengan lingkungan baru, teman-teman baru yang belum dikenal, dan saat pertama terpisah dari rumah. Untuk itu orantua harus mempersiapkan anak sejak jauh hari sebelumnya.

Mempersiapkan anak masuk sekolah sudah harus dimulai minimal seminggu sebelum hari pertama masuk sekolah. Seminggu sebelum sekolah orangtua bisa mempersiapkan segala keperluan sekolah anak dari seragam, alat-alat tulis, tas sekolah, sepatu dsb.  Sedang untuk mempersiapkan mental anak orangtua bisa mengundang teman-teman sebaya dengan anak yang akan masuk bersama-sama anaknya kesekolah. Orangtua bisa mengundang anak-anak tetangga, kerabatnya, atau anak-anak kenalannya sehingga saat masuk sekolah anak sudah mempunyai teman. Hal itu tentu akan mengurangi kecemasan anak saat masuk sekolah pertama kali karena sudah mengenal sebagian besar teman-temannya. Untuk membuat anak lebih tenang orangtua bisa membicarakan dengan anak tentang situasi esok saat masuk sekolah. Beritahu anak bahwa dia akan mendapat teman baru. Dan pastikan anak tahu bahwa ayah dan ibu akan menjemput pada jam yang sudah ditentukan.

Persiapkan segala peralatan dan keperluan anak sebelum tidur. Bantu anak untuk menghapal  nama-nama peralatan sekolahnya dan beritahu dimana dia harus menempatkannya di tas sekolah. Latih anak untuk mengenakan dan melepas pakainnya sendiri.  Jika anak sulit tidur karena cemas memikirkan hari esok saat masuk sekolah bacakan dongeng atau cerita untuk meredakjan kecemasan supaya anak bisa lekas tidur.
Saat masuk sekolah biasakan anak untuk sarapan pagi supaya anak tidak merasa lapar dan lelah saat disekolah. Biasakan juga anak kekamar mandi terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Temani anak pada hari pertama itu untuk menumbuhkan rasa tenang dan percaya diri anak, Bisa salah satu orangtua atau orang yang dikenal dengan baik oleh anak jika orangtua terlalu sibuk. Jangan tunjukkan rasa cemas saat meninggalkan anak disekolah dan  jangan lupa jemput anak tepat waktu supaya anak tidak merasa takut dan cemas karena teman-temannya sudah dijemput. Tanyakan padanya apa kegiatan apa saja yang dilakukan saat hari pertama masuk sekolah. Berikan dorongan semangat untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya akan apa yang telah dia buat.

Hari pertama sekolah biasanya merupakan hari yang melelahkan baik fisik maupun otaknya sehingga orangtua harus membuat anak tidur dengan segera. Tidur segera dan bangun segera  untuk membantu anak mendapatkan hasil yang diinginkan dan untuk menjaga kesehatannya. Setelah hari pertama anak akan terbiasa melakukan aturan-aturan yang harus dilakukan  untuk pergi kesekolah seperti:
  • Menyiapkan kebutuhan-kebutuhan dan perlengkapan sekolah di sore hari
  • Bangun pagi-pagi tanpa dipaksa
  • Sarapan pagi tanpa tergesa-gesa
  • Kekamar mandi sebelum berangkat
  • Berangkat sekolah tepat waktu
  • Berbincang-bincang untuk meredakan kecemasan anak
  • Berbincang dengan guru agar anak bisa mengikuti disiplin kelas.
Saat mengantar anak kesekolah gunakan untuk mengajari anak tentang aturan lalu lintas. Untuk memberikan petunjuk anak tentang segi-segi keamanan yang harus diikutinketika berjalan menyeberangi jalan. Beri penjelasan tentang rambu-rambu lalu lintas, dimana tempat menyeberang jalan dsb.  Ajari anak secara bertahap untuk mengikuti aturan-aturan keamanan karena seorang anak tidak dapat menentukan kecepatan dan jarak kendaraan-kendaraan dengan tepat sampai anak berusia kira-kira 11 tahun.
Ajarkan anak untuk berhati-hati dengan mengajarkan hal-hal penting untuk menjaga keamanannya seperti :
  • Selalu bersama-sama dengan anak-anak lain ketika keluar sekolah
  • Jengan berbincang-bincang dengan orang yang tidak dikenal
  • Jangan menerima permen atau hadiah-hadiah lain dari orang yang tidak dikenal baik
  • Jangan keluar dengan siapapun yang tidak dikenal meskipun orang itu bilang yang menyuruh orangtuanya.
Untuk membantu anak mendapatkan kemajuan dalam pelajaran dan menyesuaikan diri dengan teman- buatlah pertemuan antara orangtua dan guru untuk mengkonsultasikan hal-hal tersebut.  Berikan perhatian terhadap keluhan-keluhan anak tentang masalah-masalah atau kesulitan yang dihadapi anak. Buat solusi bagi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak akan tetapi batasi terhadap masalah-masalah yang menurut pandangan orangtua dapat menghambat kemampuan anak dan membuat anak tidak mau pergi kesekolah.
Sumber: “ Melahirkan Anak Masya Allah” Muhammad Sa’id Musri

Menumbuhkan Kepatuhan Anak

Jaman sekarang batas penghormatan dan kepatuhan sudah mulai kabur. Banyak anak membentak dan memarahi orangtua dianggap wajar. Akan tetapi kita tidak bisa hanya mencap anak durhaka kepada orangtua atau menyalahkan mereka semata. Disana ada andil orangtua dalam mendidik anaknya. Kadang-kadang orangtua tidak sadar bahwa mereka sendiri yang membentuk sikap durhaka pada anak-anaknya sendiri.  Anak-anak menjadi korban salah asuh ketika masih kecil atau dalam usia dini.Menanamkan ketaatan tidak perlu dengan kekerasan, ancaman atau hukuman. Berikut beberapa petunjuk atau saran yang bisa digunakan agar anak mau menaati perintah orangtua sejak dini dan melenyapkan keinginan anak untuk melawan atau mendurhakainya.

1. Wibawa Orangtua
Untuk menumbuhkan wibawa orangtua dalam agama Islam ada resep sederhana dalam Al-Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Muzzammil ayat 2-5:
“ Bangunlah dimalam hari (untuk Shalat), kecuali sedikit (daripadanya), setengahnya atau kurangilah sedikit dari padanya, atau lebihkan dari padanya dan bacalah Al-Qur’an itu perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan padamu ‘qaulan tsaqiila”.
Orangtua yang memiliki ‘qaulan tsaqiila ini tidak akan menemui kesukaran dalam memberikan perintah kepada anak-anak karena wajah mereka akan memancarkan cahaya bekas sujud di malam hari dan ucapan mereka akan penuh wibawa dan pesona.
2.Hikmah Pendidikan Luqman
Luqman mengajarkan anak-anaknya agar terlebih dahulu menaati Allah swt, barulah Luqman menyuruh anak-anaknya taat kepadanya itupun selama ketaatan kepada orang tua tidak bertentangan dengan ketaatannya kepada Allah swt. Ajarkan ketaatan kepada orangtua dengan dihubungkan dengan ketaatan kepada Allah swt. Sehingga anak terbiasa taat melakukan perintah orangtuanya baik ada maupun tidak ada orangtuanya itu karena anak punya rasa taat kepada Allah swt. Yang selalu mengetahui perbuatannya.
3. Penjelasan Yang Bisa Dimengerti
Berilah penjelasan yang bisa dimengerti. Penjelasan yang ringan sebatas kemampuan anak kenapa suatu perbuatan dilarang sedang perbuatan yang lain tidak.
4.Sebatas Kemampuan
Perintah yang diluar kemampuan anak akan menyebabkan krisis syaraf (neurotic) dan buruk peringainya. Perintah yang dipaksakan mungkin bisa membuat anak menurut dengan resiko akan membuat anak jadi membenci dan membangkang dengan cara berbohong dan mengembangkan peringai buruk lainnya.
Untuk mengetahui sampai di mana batas kemampuan anak sesuai perkembangan usianya, memerlukan pengetahuan tersendiri. Orangtua bisa mencari buku pedoman  atau rutin menanyakan kepada para ahli untuk memahami perkembangan anak ini.
5. Kemarahan anak
Sikap membangkang dan marah anak merupakan tiruan dari sikap orangtuanya. Bisa juga karena orangtua yang suka marah, mendidik anak terlalu ketat untuk tunduk secara buta kepada orangtua, atau mendidik anak dengan cara menyepeleknnya.
Kemarahan anak diwujudkan dengan sikap membangkang dan memberontak, dengan kepatuhan terselubung yang bisa meledak sewaktu-waktu.
6. Jangan Bertentangan
Gharizah atau naluri adalah kekuatan terpendam dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan beberapa pekerjaan tanpa berlatih terlebih dahulu. Gharizah sebaiknya diarahkan sedemikian rupa sehingga anak bisa mengatur dirinya sendiri. Jangan melarang anak bermain akan tetapi beri pembatasan waktu agar anak mengatur jadwalnya sendiri sekaligus melatih anak disiplin waktu.
7. Ancaman Yang Salah
Janganlah memberi ancaman kepada anak dengan sesuatu yang mungkin berguna bagi anak hanya karena menginginkan anak mematuhi perintah. Karena ketakutan yang tercipta pada bayangan anak akan sulit dihilangkan akibatnya hal-hal yang berguna itu akan ia takuti sampaai mereka dewasa. Misalnya menakut-nakuti anak dengan polisi, suntikan dll.
8. Tidak Dusta
Bnyak orangtua membujuk anak-anaknya supaya patuh dengan iming-iming akan dibelikan sesuatu misalnya permen, es krim, mainan dll. Setelah anak mematuhi keinginan orangtua maka orangtua pun membatalkan janjinya secara sepihak dengan beragam alas an. Akibatnya anak yang terbiasa dibohongi akan kehilangan kepercayaan kepada orangtuanya yang akan berbahaya nantinya.
9. Istiqamah
Orangtua harus konsisten dan istiqomah dalam menetapkan aturan, dan tidak cepat mengalah terhadap rengek dan tangis anak supaya anak sadar bahwa dia tidak bisa menggunakan senjata tangis untuk merayu ibunya untuk menuruti kemauan anak selama tidak ada alasan yang bisa ditolerir.
Sumber: “ Mendidik Dengan Cinta” Irawati Istadi

Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Membantu Anak Belajar

Selain orangtua, sekolah juga berperan penting dalam membesarkan dan mensosialisasikan anak. Diperlukan jalinan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua untuk meningkatkan hubungan positif antara guru dan siswa.  Sikap orang tua dan guru yang sama terhadap pembelajaran anak akan memberikan teladan yang baik bagi anak. Orang tua dan guru perlu selalu mengkomunikasikan sikap dan reaksi anak sehingga anak akan merasa di dukung dan bisa menunjukkan reaksi yang jelas, terdorong untuk meningkatkan kemampuan, bertanggung jawab, merasa aman dan senang, dewasa dan mandiri.

Kerjasama orang tua secara aktif dengan sekolah bergantung pada minat, kemampuan, kesempatan, dan motivasinya. Pembelajaran akan berlangsung baik jika ada kerjasama antara orang tua dan guru. Guru adalah profesional dalam bidang pendidikan dan belajar, tetapi untuk anak berkebutuhan khusus, fungsi guru tidak akan optimal tanpa dukungan orang tua.

A. Tingkatan Keterlibatan Orang Tua di Sekolah
1. Orang tua sebagai mitra dalam pendidikan anak, tetapi pasif dalam menerima pelajaran dari sekolah sehingga anak merasa bingung dengan dua dunia yang berbeda. Pembiasan-pembiasaan di rumah berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah sehingga anak akan menemui masalah dalam pembelajaran dan penyesuaian.
2. Orang tua sebagai pendukung pembelajaran anak di sekolah. Orang tua sangat merespons positif semua pembelajaran yang berasal dari sekolah dan menuntun anak untuk mengerjakannya sehingga anak merasa bertanggung jawab terhadap dirinya berdasarkan bimbingan dari sekolah dan arahan orang tuanya.
3. Orang tua sebagai peserta aktif dalam pembelajaran sekolah. Di sini orang tua dan guru saling bekerja sama dan berkomunikai, memberikan masukan-masukan tentang pemberian PR dan permasalahan anak sehingga terjalin kesamaan sikap serta norma yang akan memantapkan anak dalam pembelajaran dan perkembangannya. Kerjasama seperti ini bisa membantu anak mencegah kesulitan belajar dan penyesuaian diri.Bagi anak berkebutuhan khusus, jenis hubungan yang saling percaya ini akan menunjang kesejahteraannya, penyesuaian sosialnya, dan terpenting belajarnya.

B. Pentingnya Keterlibatan Aktif Orang Tua Di Sekolah

1. Membuat orang tua sadar efek positif yang telah mereka buat terhadap anaknya ( bagaimana dan apa saja pengaruhnya, apa yang telah mereka lakukan di rumah untuk pembelajaran anak di sekolah) sehingga orang tua memahami bahwa rumah dan sekolah bukanlah dua dunia yang berbeda.
2. Membuat orang tua menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan sangatlah penting bagi pembelajaran anak di rumah dan di sekolah.
3. Diskusi orang tua dan guru tentang pembelajaran anak merupakan cara yang efektif yang akan berdampak positif bagi anak dalam kehidupan sehari-hari,
4. Membantu orang tua melihat bahwa cara mereka berinteraksi dengan anaknya di rumah mempengaruhi kesejahteraan, kebahagiaan, dan perkembangan sosial dan akademik anak. Kerjasama antara sekolah dan rumah dapat mencegah timbulnya permasalahan pada diri anak.
5. Mengembangkan wawasan guru dan sekolah tentang kehidupan anak sehari-hari. Wawasan, inisiatif, pengelaman, dan kreatifitas orang tua harus diperhatikan guru untuk menjalin  kerjasama yang positif sehingga pengalaman anak di sekolah terintredasikan secara bermakna dan relevan ke dalam kehidupan sehari-harinya.

Bila kerja sama antara guru dan orang tua sudah terjalin bagus akan memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan menyamakan langkah dalam membimbing anak.
Sumber: Anak Sulit Belajar Oleh Rini Utami Aziz,Penerbit Tiga Serangkai, Solo 2006

Peranan Keluarga Dalam Mendidik Anak

peran keluarga dalam mendidik anak
Peranan keluarga dalam mendidik anak

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak di rumah serta fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.

Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah antara lain:
• Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
• Menjamin kehidupan emosional anak
• Menanamkan dasar pendidikan moral anak
• Memberikan dasar pendidikan sosial
• Meletakan dasar-dasar pendidikan agama
• Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
• Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi  kehidupannya kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
• Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
• Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai  tujuan akhir manusia.

Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
• Orang tua bekerjasama dengan sekolah
• Sikap anak terhadap sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah  yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
• Orang tua harus memperhatikan  sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
• Orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar   di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi   dan membimbimbing anak dalam belajar.
• Orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
• Orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.


Tips Untuk Mepersiapkan Anak Masuk TK

Berikut ini berikan beberapa tips untuk memepersiapkan anak masuk TK, yaitu:


1. Berpartisipasilah dalam aktivitas orientasi yang diadakan sekolah untuk anak-anak.
2. Kunjungi sekolah: temui murid-murid dan orangtua mereka
3. Anak lebih mudah menyesuaikan diri jika setidaknya ia mengenal satu anak di dalam kelasnya. Tanyakanlah kepada guru, siapa saja yang akan berada dalam kelas yang sama. Usahakan agar anak bermain dengan salah satu anak yang akan sekelas dengannya.
4. Jika anak mengikuti prasekolah sebelumnya, mintalah agar guru prasekolahnya berbicara dengan guru TK sebelum sekolah dimulai.
5. Ceritakanlah kepada anak Anda mengenai apa yang mesti dilakukannya di sekolah. Beritahukan bahwa ia mesti duduk dengan manis, mendengarkan guru, mengangkat tangan jika ingin bertanya dan guru akan memberi mereka perhatian secara bergiliran.
6. Ajarkan keterampilan sosial kepada anak mengenai bagaimana cara memperkenalkan diri: misalnya,”Hai, namaku Emil. Siapa namamu?” Doronglah agar mereka berpartisipasi di dalam
kelas.
7. Kelas di sekolah taman kanak-kanak didesain agar orangtua bisa berpartisipasi. TAnyakanlah pada guru apakah diperbolehkan menjadi sukarelawan di kelas.
8. Jalin hubungan dekat dengan guru melalui telepon atau catatan.

Al-quran Dapat Merangsang Tingkat Intelegensia (iq) Anak


Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu. Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder.

Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat.
Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak.

Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar.

Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak.
Memang bila orangtua tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan jalan membantu dari belakang, maka tetap tidak akan mempengaruhi kemampuan otak anak dalam menganyam neoron, karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik bila orangtua pun ikut aktif membantu.

Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya. Hilangnya lingkungan ini hanya akan membuat otak menderita dan menganggur yang gilirannya mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu, termasuk lagunya, makin baik hasilnya. Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami substansi atau makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi memperkuat daya tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.
 http://azansite.wordpress.com