er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Membantu Anak Belajar

Selain orangtua, sekolah juga berperan penting dalam membesarkan dan mensosialisasikan anak. Diperlukan jalinan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua untuk meningkatkan hubungan positif antara guru dan siswa.  Sikap orang tua dan guru yang sama terhadap pembelajaran anak akan memberikan teladan yang baik bagi anak. Orang tua dan guru perlu selalu mengkomunikasikan sikap dan reaksi anak sehingga anak akan merasa di dukung dan bisa menunjukkan reaksi yang jelas, terdorong untuk meningkatkan kemampuan, bertanggung jawab, merasa aman dan senang, dewasa dan mandiri.

Kerjasama orang tua secara aktif dengan sekolah bergantung pada minat, kemampuan, kesempatan, dan motivasinya. Pembelajaran akan berlangsung baik jika ada kerjasama antara orang tua dan guru. Guru adalah profesional dalam bidang pendidikan dan belajar, tetapi untuk anak berkebutuhan khusus, fungsi guru tidak akan optimal tanpa dukungan orang tua.

A. Tingkatan Keterlibatan Orang Tua di Sekolah
1. Orang tua sebagai mitra dalam pendidikan anak, tetapi pasif dalam menerima pelajaran dari sekolah sehingga anak merasa bingung dengan dua dunia yang berbeda. Pembiasan-pembiasaan di rumah berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah sehingga anak akan menemui masalah dalam pembelajaran dan penyesuaian.
2. Orang tua sebagai pendukung pembelajaran anak di sekolah. Orang tua sangat merespons positif semua pembelajaran yang berasal dari sekolah dan menuntun anak untuk mengerjakannya sehingga anak merasa bertanggung jawab terhadap dirinya berdasarkan bimbingan dari sekolah dan arahan orang tuanya.
3. Orang tua sebagai peserta aktif dalam pembelajaran sekolah. Di sini orang tua dan guru saling bekerja sama dan berkomunikai, memberikan masukan-masukan tentang pemberian PR dan permasalahan anak sehingga terjalin kesamaan sikap serta norma yang akan memantapkan anak dalam pembelajaran dan perkembangannya. Kerjasama seperti ini bisa membantu anak mencegah kesulitan belajar dan penyesuaian diri.Bagi anak berkebutuhan khusus, jenis hubungan yang saling percaya ini akan menunjang kesejahteraannya, penyesuaian sosialnya, dan terpenting belajarnya.

B. Pentingnya Keterlibatan Aktif Orang Tua Di Sekolah

1. Membuat orang tua sadar efek positif yang telah mereka buat terhadap anaknya ( bagaimana dan apa saja pengaruhnya, apa yang telah mereka lakukan di rumah untuk pembelajaran anak di sekolah) sehingga orang tua memahami bahwa rumah dan sekolah bukanlah dua dunia yang berbeda.
2. Membuat orang tua menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan sangatlah penting bagi pembelajaran anak di rumah dan di sekolah.
3. Diskusi orang tua dan guru tentang pembelajaran anak merupakan cara yang efektif yang akan berdampak positif bagi anak dalam kehidupan sehari-hari,
4. Membantu orang tua melihat bahwa cara mereka berinteraksi dengan anaknya di rumah mempengaruhi kesejahteraan, kebahagiaan, dan perkembangan sosial dan akademik anak. Kerjasama antara sekolah dan rumah dapat mencegah timbulnya permasalahan pada diri anak.
5. Mengembangkan wawasan guru dan sekolah tentang kehidupan anak sehari-hari. Wawasan, inisiatif, pengelaman, dan kreatifitas orang tua harus diperhatikan guru untuk menjalin  kerjasama yang positif sehingga pengalaman anak di sekolah terintredasikan secara bermakna dan relevan ke dalam kehidupan sehari-harinya.

Bila kerja sama antara guru dan orang tua sudah terjalin bagus akan memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan menyamakan langkah dalam membimbing anak.
Sumber: Anak Sulit Belajar Oleh Rini Utami Aziz,Penerbit Tiga Serangkai, Solo 2006

Peranan Keluarga Dalam Mendidik Anak

peran keluarga dalam mendidik anak
Peranan keluarga dalam mendidik anak

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.  Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak  dan  mendidik anak di rumah serta fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.

Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah antara lain:
• Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
• Menjamin kehidupan emosional anak
• Menanamkan dasar pendidikan moral anak
• Memberikan dasar pendidikan sosial
• Meletakan dasar-dasar pendidikan agama
• Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
• Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi  kehidupannya kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
• Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
• Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai  tujuan akhir manusia.

Fungsi keluarga/ orang tua dalam mendukung pendidikan anak di sekolah :
• Orang tua bekerjasama dengan sekolah
• Sikap anak terhadap sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah  yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
• Orang tua harus memperhatikan  sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya.
• Orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar   di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi   dan membimbimbing anak dalam belajar.
• Orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak
• Orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuki dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan.
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak. Pendampingan orang tua dalam pendidikan anak diwujudkan dalam suatu cara-cara orang tua mendidik anak. Cara orang tua mendidik anak inilah yang disebut sebagai pola asuh. Setiap orang tua berusaha menggunakan cara yang paling baik menurut mereka dalam mendidik anak. Untuk mencari pola yang terbaik maka hendaklah orang tua mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak.


Tips Untuk Mepersiapkan Anak Masuk TK

Berikut ini berikan beberapa tips untuk memepersiapkan anak masuk TK, yaitu:


1. Berpartisipasilah dalam aktivitas orientasi yang diadakan sekolah untuk anak-anak.
2. Kunjungi sekolah: temui murid-murid dan orangtua mereka
3. Anak lebih mudah menyesuaikan diri jika setidaknya ia mengenal satu anak di dalam kelasnya. Tanyakanlah kepada guru, siapa saja yang akan berada dalam kelas yang sama. Usahakan agar anak bermain dengan salah satu anak yang akan sekelas dengannya.
4. Jika anak mengikuti prasekolah sebelumnya, mintalah agar guru prasekolahnya berbicara dengan guru TK sebelum sekolah dimulai.
5. Ceritakanlah kepada anak Anda mengenai apa yang mesti dilakukannya di sekolah. Beritahukan bahwa ia mesti duduk dengan manis, mendengarkan guru, mengangkat tangan jika ingin bertanya dan guru akan memberi mereka perhatian secara bergiliran.
6. Ajarkan keterampilan sosial kepada anak mengenai bagaimana cara memperkenalkan diri: misalnya,”Hai, namaku Emil. Siapa namamu?” Doronglah agar mereka berpartisipasi di dalam
kelas.
7. Kelas di sekolah taman kanak-kanak didesain agar orangtua bisa berpartisipasi. TAnyakanlah pada guru apakah diperbolehkan menjadi sukarelawan di kelas.
8. Jalin hubungan dekat dengan guru melalui telepon atau catatan.

Al-quran Dapat Merangsang Tingkat Intelegensia (iq) Anak


Ternyata Al-Qur’an dapat merangsang tingkat inteligensia (IQ) anak, yakni ketika bacaan ayat-ayat Kitab Suci itu diperdengarkan dekat mereka. Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya tentang pengaruh bacaan Al-Qur’an dapat meningkatkan IQ bayi yang baru lahir dalam sebuah Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam sekitar tujuh tahun yang lalu. Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder.

Seperti diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu. Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat.
Dalam musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak.

Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar.

Selama dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa, terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak.
Memang bila orangtua tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan jalan membantu dari belakang, maka tetap tidak akan mempengaruhi kemampuan otak anak dalam menganyam neoron, karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik bila orangtua pun ikut aktif membantu.

Otak telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya. Hilangnya lingkungan ini hanya akan membuat otak menderita dan menganggur yang gilirannya mempengaruhi tingkat kecerdasannya.

Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu, termasuk lagunya, makin baik hasilnya. Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami substansi atau makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi memperkuat daya tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.
 http://azansite.wordpress.com



Belajar Berhitung Sambil Bermain


belajar berhitung | pgtk darunnajah
belajar berhitung sambil bermain
Belajar berhitung memang tidak harus selalu di dalam ruangan atau kelas. Dimana saja, kita bisa mengajarkan anak-anak usia prasekolah kita untuk berhitung dan mengenal angka.

Salah satu metode yang sering kita gunakan untuk mengajarkan anak berhitung adalah dengan drama atau bermain peran. Anak-anak biasanya tertarik untuk mengikuti tingkah orang dewasa. Mereka senang mengamati bagaimana orang dewasa melakukan transaksi jual beli, menerima telepon, dsb.

Pada permainan ini, anak-anak kita minta berpura-pura menjadi seorang pedagang yang menjual barang-barang. Nah, kita bisa ikut andil dengan berperan sebagai pembelinya. Berpura-puralah membeli dagangannya dan bertanya berapa barang yang ia miliki. Minta si kecil menghitung sendiri barangnya.

Di dalam kelas, Anda juga bisa mempraktekkan ini bersama dengan anak-anak lain. Bagilah menjadi 2 kelompok. Satu kelompok menjadi penjual, dan satu kelompok lain menjadi pembelinya. Pantau dan bantu mereka saat kesulitan menghitung. Anda boleh meminta anak-anak dengan kemampuan lebih untuk membantu kawannya yang belum bisa berhitung dengan baik. Dengan begitu, Anda telah mengajarkan kerja sama pada mereka.


Menyetop Kegemaran Anak Mencoret-Coret Di Sembarang Tempat


pgtk darunnajah | menstop kegemaran anak mencoret-coret
Anak umur 3 tahun biasanya senang sekali mencoret-coret di segala tempat. Biasanya di kursi, dimeja,ditembok atau didinding, dilemari dan lain-lain. Hal seperti itu merupakan perbuatan normal bagi anak umur segitu.
Perbuatan ini sangat berguna untuk persiapan belajar menggambar dan menulis. Oleh karena itu berbahagialah jika putera-puteri ibu telah mempersiapkan diri untuk masuk sekolah. Yang penting adalah bagaimana cara memindahkan kegemaran mencoret-coret tersebut agar tidak lagi di tembok, kursi atau tempat-tempat lain yang bukan untuk mencoretcoret tetapi ke tempat-tempat yang khusus untuk mencoret-coret. Misalnya:
- Belikan kapur minyak dan kertas-kertas yang agak lebar atau papan tulis dan kapur , selanjutnya pujilah setinggi langit hasil-hasil coretannya bila mencoret-coret di kertas atau papan tulis yang telah ibu sediakan.
- Celalah coretannya bila mencoba mencoret-coret tembok atau tempat-tempat lainnya yang bukan tempat yang disediakan untuk mencoret-coret.
- Amati hasil coretannya, di hasil coretan tadi pasti ada beberapa bentuk yang terwujud misalnya: bentuk bola, bentuk persegi (ketupat), bentuk ikan dan sebagainya. Kemudian tunjukkan secara heran (kagum) bentuk yang terjadi tersebut dan suruh anak mewarnainnya.
Cara diatas akan mempercepat mengalihkan perbuatannya mencoret-coret disembarang tempat tanpa membatasi keinginannya belajar menulis atau menggambar.
Sumber: Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pendidikan anak Oleh Suhartin R.i. Drs.,
Penerbit Gunung Mulia, 2004