er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Orang Tua adalah modal Utama

Meski sering tidak disadari orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Celoteh, tindak-tanduk, bahkan mimik muka kita pun bisa ditiru anak. Untuk perilaku positif tentu kita senang. Tapi untuk yang buruk? Tentu tak satu pun orangtua ingin menularkan pada anak mereka.Ada cerita soal imitasi ucapan ibu pada anaknya. Ketika seorang ibu memanggil anak sulungnya keluar kamar, tiba-tiba anaknya dengan dengan fasih meneruskan ucapan ibunya saat mengingatkannya untuk segera bersiap sekolah.
“Nanti terlambat, sebentar lagi jam setengah tujuh, ayah sudah mau berangkat, jangan sampai ketinggalan, ayo minum susunya, habisakan rotinya!” tiru sang anak sambil bersungut-sungut manuju meja makan.
“Udah hafal deh Bu! Bosen” sambung sang anak cuek sambil duduk di ruang makan. Sang ibu tidak menyangka kalau ucapan yang tanpa sadar diucapkan berulang-ulang setiap pagi bisa ditiru persis sekali sampai nada tinggi rendahnya pula.
Kemudian ada cerita lainya, saat seorang ayah mendapat pujian dari jamaah masjid di daerahnya, “Hebat ya anak-anaknya pak ikhsan, semua pada rajin ke masjid, sama kayak bapaknya.”
Mendengar ini, bisa terjadi jika sang ayah memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dan untuk menjadi contoh yang baik ini, sang ayah bertahun-tahun harus melawan sifat malasnya untuk pergi shalat subuh di masjid.

Orang tua adalah model utama

Dalam bersikap dan bertingkah laku setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya, mulai dari orangtua, nenek-kakek, om-tante, pengasuh, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari tv dan vcd yang ia tonton.
Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat dan menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti. Atau, tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.
Orangtua pada umumnya menjadi model utama bagi anak. Karena ayah dan ibu adalah dua orang yang berperan dalam pola asuh anak sejak dia hadir ke dunia. Maka, jangan kaget bila cara saat orangtua marah maupun saat menunjukkan kasih sayang, semua akan ditiru dan dipelajari anak.
Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akn mempelajarinya dan berpikitr, “oh, kalau marah atau kesal sama orang, begitu ya caranya.” Sehingga, ketika anak kesal pada temannya, maka dia akan begitu juga.
Sebaliknya jika orang tua mengajarkan untuk saling sayang, saling menghormati, tamu datang dihormati, hormat pada orangtua dan kakak, sayang pada adik, bahkan binatang pun disayang. Anak pun akan menirunya. Pada semua orang anak akan menunjukkan rasa hormatnya dan bersikap santun.

Ayo, jadi model yang baik

Banyak orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya, namun perilaku yang diharapkanya belum dilakukannya. Misalnya, berharap anaknya senang membaca, tetapi orangtua sendiri tidak suka membaca. Menyuruh anaknya sholat berjamaah, padahal dirinya sendiri sering meninggalkanya. Tentu cara ini tidak akan efektif.
Contoh yang baik, akan lebih melekat pada anak bila diiringi dengan penjelasan. Apa manfaatnya senang membaca buku, apa keuntungannya berjamaah di masjid dan sebagainya.
Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak.

Membangun Kepercayaan Diri Anak

Memiliki anak yang memiliki kepercayaan diri alias ‘PD’ tentunya menyenangkan. Karena dengan kepercayaan diri yang mereka miliki ini dapat menciptakan prestasi dalam kehidupan mereka nantinya, dan juga keberhasilan dalam bersosialisasi tentunya.Berikut beberapa tips untuk membantu meningkatkan rasa percaya diri anak:

*Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan aman bagi anak merupakan awal dari segalanya. Berikanlah rutinitas yang dirasa cukup nyaman bagi mereka.

*Perkenalkan mereka dengan lingkungan sekitar, secara bertahap dan berkala kenalkan mereka dengan kehidupan bersosialisasi. Misalnya pada saat kita sedang bermain dengannya, ada anak kecil yang berada disana, dorong mereka untuk berkenalan dan bermain bersama. Hal ini untuk mengembangkan kemampuan sosialnya dan agar dia tidak merasa malu pada saat berada di tempat umum.

*Jangan terlalu sering mengajak anak menonton televisi, karena berdasarkan penelitian hal ini terbukti membuat anak cenderung bersikap individu.

*Doronglah anak agar aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler diluar, sehingga mereka semakin banyak bertemu orang lain.

*Minta anak untuk membantu kegiatan kita, karena dengan dimintai bantuan akan membuat dia merasa mampu dan penting

*Berikan dukungan atas hal-hal yang dipelajarinya, dan ucapkanlah bahwa anda yakin dia akan berhasil.

*Dan yang pasti, selalu berikan dorongan yang positif kepada mereka!

Anak Kita Agresif

Jika anda mempunyai buah hati berusia 2 s.d. 3 tahun, anda mungkin sering dibikin pusing karena anak anda agresif, suka memukul, menggigit atau jenis kekerasan yang lain.

Anda mungkin sedikit shock jika saya katakan bahwa perilaku agresif anak anda itu adalah perilaku NORMAL dalam perkembangan anak.

Mengapa ?
Usia 2 s.d. 3 tahunan bisa dikatakan sebagai usia transisi awal pada perkembangan anak, dimana anak sedang mengalami keinginan yang sangat besar untuk menjadi mandiri.

Dilain pihak, kemampuan bahasa anak masih belum mencapai tahap yang cukup untuk bisa berkomunikasi dengan sempurna.

Gap terhadap kedua kemampuan yang sedang berkembang ini akan 'dilepaskan' oleh anak dalam bentuk tindakan fisik seperti bertindak agresif dan sejenisnya. Memang hanya itulah cara yang paling mudah dilakukan oleh anak untuk mengungkapkan emosinya.

Untuk itu, sebagai orangtua kita HARUS memahami bahwa sikap agresif seperti memukul atau menggigit pada level tertentu adalah sangat normal, karena anak masih terfokus pada pemikiran 'SAYA' atau 'MILIK SAYA'.

Dengan mengetahui apa yang sedang terjadi pada diri anak anda ini, andapun menjadi lebih tenang dan tidak perlu terlalu khawatir melihat perilaku agresif anak anda (tentunya perilaku agresif yang tidak terlalu kelewatan).

Jadi, jangan sampai perilaku agresif anak anda membuat anda menjadi panik, yang berakibat pada perlakuan kekerasan anda terhadap anak.

INGAT !
Kemampuan anda untuk mengendalikan emosi/rasa marah anda merupakan LANGKAH PERTAMA yang akan menentukan apakah anda akan bisa mengendalikan anak anda atau tidak.

Bagaimana mungkin anda meminta anak anda tidak boleh memukul dengan cara anda memukulnya. Padahal anak seusia ini melakukan segala sesuatunya dengan cara MENIRU lingkungannya.
Iya 'kan... ?

Yang penting dan harus selalu diingat, anda harus selalu menasehati anak anda bahwa perilaku agresif tersebut tidak baik dan tidak dapat anda terima. Selain itu, anda harus membantu anak anda dengan menunjukkan cara lain untuk mengungkapkan perasaan atau emosi anak.

Anda setuju dengan saya tentang hal diatas ?

Saya tahu, anda masih memendam sebuah pertanyaan besar, yaitu : Langkah kongkret seperti apa yang bisa saya lakukan untuk menasehati ataupun menunjukkan cara pengungkapan emosi anak ?

Ada beberapa hal yang telah kami terapkan dengan hasil yang cukup efektif.

1.Peringatan Awal/Dini dan Batasan yang Jelas

Hhmmm itu lagi ! Mungkin begitu komentar langsung dari anda yang telah membaca eBook 3 Tahun Pertama yang Menentukan.

BETUL !
Dari pengalaman saya, cara inilah yang PALING EFEKTIF untuk mengendalikan dan mencegah perilaku anak sebelum dia terlanjur melakukan tindakan agresif.

Dengan peringatan awal ini, anak menjadi tahu dan siap secara mental terhadap apa yang akan terjadi jika dia berbuat sesuatu yang diluar batasan yang telah anda tetapkan.

Anda harus dengan JELAS dan SINGKAT menyampaikan kepada anak anda hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukannya di setiap kegiatan/permainan bersama dengan orang lain.

Dan yang penting, anda harus secara KONSISTEN menjalankan apa yang telah anda sampaikan kepada anak anda.

Misalnya, jika anak anda senang bermain mandi bola di taman bermain, sebelum anak anda mulai bermain, anda bisa mengatakan bahwa dia boleh bermain dengan teman-temannya, tetapi jika melemparkan bolanya ke anak lain, maka dia akan segera diminta berhenti.

Jika ternyata anak anda kelihatan agresif dengan melemparkan bola ke anak lain, maka anda harus SEGERA membawa anak anda keluar dari tempat mandi bola tersebut.

JANGAN ditunggu sampai dia melakukannya 2 atau 3 kali, baru anda bereaksi !

Anak anda perlu tahu SEGERA bahwa tindakannya tidak bisa anda terima, dan apa yang anda katakan sebelumnya memang berlaku.

2.Cooling-Down

Cooling-down disini pada dasarnya hampir sama dengan time-out yang telah dibahas di edisi beberapa bulan yang lalu.

Untuk contoh mandi bola diatas, begitu anak anda bersikap agresif, anda SEGERA membawa anak anda keluar dari tempat mandi bola, kemudian ajaklah dia duduk bersama anda untuk melihat anak lain bermain mandi bola. Kemudian jelaskan bahwa dia boleh bermain lagi jika dia berjanji tidak akan mengulangi tindakan agresifnya.

Cara ini jauh lebih efektif daripada anda berteriak-teriak atau bahkan memukul anak anda.

Ini merupakan sebuah time-out sekaligus cooling-down bagi anak anda. Dengan cara ini, anak anda akan menyadari bahwa tindakannya berhubungan dengan konsekuensi yang akan dihadapinya.

3.Mengajarkan Tindakan Alternatif

Setelah anak anda sudah tenang, anda bisa membicarakan secara baik-baik dengan anak anda apa yang telah membuat dia marah. TEKANKAN bahwa dia BOLEH marah, tetapi TIDAK BOLEH melampiaskannya dengan melempar, memukul ataupun menggigit.

Anda bisa mengajarkan alternatif lain seperti misalnya dengan berteriak, menendang bola, atau yang lain.

Anak saya, Rihan, lebih senang berteriak jika sedang marah. Kalau di rumah, Rihan kami belikan bola khusus bergambar gpower rangerh yang bisa ditendang dan dipukul tapi bolanya tidak mental jauh (ada pemberatnya). Bola tersebut yang akan menjadi sasaran ungkapan kemarahannya.

4.Memberikan Pujian

Ini merupakan cara yang sangat EFEKTIF pula untuk MENCEGAH anak bertindak agresif.

JANGANLAH kita hanya memperhatikan perilaku anak yang tidak baik saja, tetapi HARUS memperhatikan tindakannya yang baik dan dengan tulus memberikan pujian.

Contohnya, jika dia sedang bermain gperosotanh dengan teman-temannya dan anak anda tidak mendorong temannya tetapi bisa sabar menunggu giliran, maka pujilah bahwa tindakannya itu sangat bagus.

Dengan begitu dia merasa mendapatkan perhatian lebih baik dengan emosi yang positif daripada merasa diperhatikan setelah berbuat kesalahan.

Hal ini kelihatan sepele, tetapi saya perhatikan jarang sekali orangtua yang dengan aktif dan sungguh-sungguh melakukannya.


Masih banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan, tetapi 4 hal diatas merupakan tindakan terpenting yang cukup efektif untuk mencegah dan mengatasi anak bertindak agresif.

Tetapi yang HARUS selalu diingat adalah bahwa

gTIDAK ADA resep khusus yang 100% bisa diterapkan kepada semua anak !

Mengatasi Anak yang Bertengkar

Saudara kandung baik kakak maupun adik, memang merupakan sebuah interaksi atau relasi yang dapat menimbulkan konflik, persaingan saudara kandung, rasa berbagi, bermain, menolong, mengajarkan dan lain lain. Dalam relasi saudara kandung terdapat berbagai macam perbedaan dilihat dari segi usia anak, rentang usia antar saudara, urutan kelahiran, dan jenis kelamin saudara kandung.Semua 4 macam tersebut memiliki pengaruh yang berbeda beda, misalnya saudara kandung yang berjenis kelamin sama akan lebih hebat bertengkar dibandingkan dengan berbeda jenis kelaminnya. Saudara kandung yang terpaut pendek rentang usia juga lebih hebat pertengkarannya dibandingkan dengan berbeda jauh rentang usianya.

Perkembangan Usia

Faktor usia juga turut mempengaruhi pertengkaran anak, semakin bertambah usia maka perkembangan moral anak juga semakin meningkat dibandingkan dengan usia remaja dan kanak kanak.
Seperti misalnya usia saudara kandung yang terpaut antara 17, 14 dan 8 tahun memiliki sikap dan karakteristik yang berbeda, tentu saudara yang berumur 17 tahun lebih bisa mengerti dibandingkan dengan saudara yang masih berumur 4 tahun.

Membandingkan Anak

Membanding bandingkan anak juga dapat menjadi pemicu anak bersifat cemburu terhadap saudaranya yang lain. Ia akan lebih melihat kelebihan yang dimiliki saudaranya dari pada dirinya sendiri. Kecemburuan merupakan faktor yang biasanya menjadi pemicu pertengkaran anak.
Ketika bertengkar pun sebaiknya orangtua tidak melihat siapa yang melakukan terlebih dahulu karena hal ini dapat membuat anak seperti halnya seorang penjahat dan korban. Terutama jika hal ini berlangsung lama dapat menimbulkan kebencian pada saudara kandungnya karena ia sering dipersalahkan. Perlakukan mereka pada posisi yang sama.

Bersikap Tenang

Ketika bertengkar janganlah orangtua membentak dan mengeluarkan emosi pada mereka, bersikaplah sabar dan tenanglah ketika menghadapi pertengkaran diantara mereka. Karena emosi hanya akan menambah suasana hati anak menjadi lebih buruk.

Meminimalisir Penyebab Pertengkaran

Anak bertengkar tentu memiliki sebab, bisa karena merebutkan mainan, baju, boneka, tempat duduk dll. Coba untuk mencegah dan meminimalisrnya, misalnya dengan menyediakan mainan atau boneka yang sama dan warna yang sama juga.

Saling Berdamai

Jika anda menginginkan anak lebih akur maka coba ajarkan pada mereka bagaimana hidup berdamai dengan saling bersalaman dan meminta maaf ketika bertengkar.

Berilah Dorongan Positif

Jika anak kembali akur dan ketika bermain tidak lagi bertengkar, berilah pujian pada mereka. Dan katakan bahwa anda menyayangi dan menyukai kebersamaan mereka dengan tidak bertengkar lagi.

Nilai Budaya Keluarga


Perkembangan moral, nilai dan budaya dalam sebuah keluarga dapat mempengaruhi bagaimana setiap anggota keluarga saling menghormati dalam menjalin hubungan. Mulailah dari orangtua untuk saling menghormati dan menyayangi terhadap anggota keluarga yang lain. Sehingga anak bisa belajar dari apa yang orangtua ajarkan pada mereka. sebuah nasehat saja tidak cukup jika orangtua ternyata tidak sama antara perbuatan dan perkataan mereka, mulailah menanamkan dan membangun nilai dan budaya (kebiasaan) saling menghormati dan menyayangi diantara anggota keluarga.
Bagaimanapun juga, persaingan antar saudara kandung dalam keluarga tidak dapat dihindari. Dan tentu saja dalam praktiknya tidak bisa semudah itu, dibutuhkan beberapa penyesuaian agar keduanya bisa berdamai dan menghindari konflik antar saudara kandung. Karena semakin keras orangtua, maka anak akan semakin sulit untuk menuruti kata-kata orangtuanya.
Namun, naluri keibuan, kasih sayang dan kepekaan anda sebagai orang tua akan sangat membantu meminimalkan perasaan cemburu dan permusuhan diantara mereka, sehingga akan timbul perasaan empati, kesediaan sikap untuk berbagi dengan saudaranya yang lain dan kesediaan untuk bersikap damai.

Mengatasi anak usia dini malas sekolah

Anak usia dini biasanya pada awal masuk sekolah akan merasa jenuh, takut, atau bahkan malas hal ini sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar.

Kata malas kalau dijabarkan sebagai tidak mau berbuat sesuatu, segan, tak suka, tak bernafsu. Malas sekolah berarti tidak mau, enggan, tak suka, tak bernafsu untuk sekolah (Muhammad Ali, Kamus Bahasa Indonesia)
Jika anak-anak tidak suka sekolah dan lebih suka bermain, itu berarti sekolah dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar atau sekolah. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan).

Penyebab Anak Malas Sekolah


1.Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri)
a.Takut
b.Sedang sakit
c.Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll)
d.IQ/EQ anak


2.Faktor ekstrinsik
a.Suasana sekolah yang tidak nyaman
b.Letak sekolah yang terlalu jauh
c.Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan).
Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah.

Mengatasi Malas Sekolah Anak

Mencari penyebab anak menjadi malas sekolah adalah langkah pertama. Saran berikutnya antara lain sbb:

1 Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk sekolah pada anak sejak dini.
Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak. menumbuhkan inisiatif sekolah pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab untuk sekolah pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.

2.Mengantar anak sekolah, mendampingi pada awal masuk sekolah.
Mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah sangatlah penting khususnya pada anak usia dini. Hal yang akan dihadapi biasanya pada anak yang penakut atau kurang percaya diri biasanya akan menangis atau mogok. Peran guru dan orang tua disini sangat besar perannya dalam meyakinkan anak untuk berani dan mandiri. Orang tua harus percaya kepada guru untuk mendidik dan memberi motivasi untuk mandiri.


3.Berikan insentif jika anak ingin sekolah.
Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau sekolah tanpa mesti disuruh.

4.Komunikasi
Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya.
Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas sekolah. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

5.Menciptakan disiplin.
Jadikan sekolah sebagai rutinitas yang pasti.

6.Menegakkan kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak.

7.Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak dalam hal ini jika anak sakit/sedih.

Beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam menyikapi anak yang sedang dilanda malas sekolah adalah

1.Memilihkan sekolah yang berkualitas dan religi serta dapat dipercaya untuk mendidik dan membimbing putra putri kita.

2.Memantu perkembangan anak di sekolah artinya tidak 100% tugas itu diserahkan kepada guru.
PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pemberian layanan pendidikan bagi anak sejak usia dini (0-6 tahun) masih sangat rendah. Hal itu disebabkan antara lain karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini itu sendiri.
"Meskipun selama ini pemerintah dan masyarakat telah menyelenggarakan berbagai program layanan pendidikan bagi anak usia dini. Namun, kenyataannya hingga saat ini masih banyak anak usia dini yang belum memperoleh layanan pendidikan. Banyak anggapan sebelumnya yang mengatakan bahwa pendidikan yang tepat diberikan kepada anak asalah pada saat anak mulai masuk usia kematangan yang siap untuk bersekolah yaitu antara 5 - 7 tahun. Sedangkan yang sebenarnya adalah bahwa pendidikan bisa dimulai dari usia 0 - 6 tahun.
Disamping saat ini belum ada sistem yang bersifat holistik untuk menjamin keterpaduan dalam penanganan anak usia dini.
Masih banyaknya anak usia dini yang tidak tersentuh pendidikan apa pun juga disebabkan masih sangat terbatasnya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan untuk mereka. Hal itu diperburuk oleh relatif rendahnya kualitas tenaga yang sudah ada.
Faktor lain adalah letak geografis yang membuat mereka sulit untuk menjangkau lokasi belajar dan yang lebih parah lagi adalah tingkat ekonomi yang menjadi penyebab utama mengapa orang tua tidak sesegera mungkin mempersiapkan anaknya untuk belajar sejak dini

Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak :

1.Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2.Intelligensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3.Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4.Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5.Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak :

- Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
- Bermain dapat digunakan sebagai terapi
- Bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan anak
- Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
- Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
- Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A.Permainan Aktif

1.Bermain bebas dan spontan

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2.Sandiwara

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3.Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, atau memainkan alat musik.

4.Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5.Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B.Permainan Pasif

1.Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2.Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3.Menonton televisi

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.