er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Ingatan Anak (>5 th)

Umur 5 tahun ke atas
Pada tingkat TK sampai kelas 2 SD, anak belajar untuk membaca dan melakukan perhitungan aritmatika dasar, yang cukup berat untuk ingatan anak. Pada saat yang sama, anak juga bertanggung jawab lebih besar di rumah. Seorang ibu mengeluh bahwa dia tidak dapat menyuruh anaknya yang berumur 6,5 tahun untuk pergi ke kamarnya, mengambil kaos kaki putih dari lemarinya, mengambil sepatu hitamnya, pergi ke kamar mandi, dan tidak lupa membawa bando untuk rambutnya dan kemudian menemui ibunya di dapur. Kemampuan ingatan anak akan berkembang untuk memenuhi berbagai tantangan. Perubahan di dalam otak membuat anak yang lebih tua lebih mudah mengingat.
Tetapi anak-anak tidak mengingat seluruh hal secara sama. Anak-anak mengingat apa yang menarik bagi mereka, apa yang mereka tahu secara detil, dan apa yang mereka pahami. Anak usia sekolah dasar dapat mengembangkan kemampuan ingatan mereka pada area yang spesifik. Misalnya anak usia 6 tahun dapat memberikan informasi statistik seluruh pemain sepakbola favoritnya, bahkan termasuk tinggi, berat, dan berapa kali gol yang dicetak.
Aneh jadinya apabila kemampuan mengingat anak di suatu area tidak dikembangkan ke area-area yang lain. Dalam suatu eksperimen, pecatur anak dapat mengingat posisi bidak pada papan catur jauh lebih baik daripada pecatur dewasa. Tetapi ketika diminta untuk mengingat deret angka, orang dewasa menunjukkan hasil yang lebih baik dari anak. Ingatan anak sangat bagus hanya dalam konteks catur. Dengan kata lain, anak tidak membutuhkan ingatan yang bagus di semua bidang, hanya bagus untuk ingatan statistik olahraga, karena dia menyukainya.
Jadi bagaimana anak usia sekolah mengingat hal-hal yang kurang menarik bagi mereka? Ketika mereka mengetahui bahwa diri mereka melupakan hal-hal yang mereka harapkan mereka ingat, maka anak-anak akan terpaksa mengakui kenyataan bahwa ingatan membutuhkan usaha. Setelah usia 5 tahun, anak membuat transisi ingatan yang penting dengan menyadari bahwa mereka harus melakukan sesuatu secara aktif untuk membantu mereka mengingat.

Penggerak Ingatan (memory booster)
Meskipun anak usia 6 atau 7 tahun mungkin menggunakan suatu strategi mengingat dalam area yang spesifik, dia tidak dapat menggunakan strategi tersebut untuk area lain. ”Saya dapat menyuruh anak kelas 1 SD mengurutkan seperti anak kelas 3 SD, memecah suatu grup menjadi grup yang lebih kecil dan mengaturnya sesuai dengan kategori. Siapapun menggunakan instruksi mengurutkan yang mereka ingat. Tetapi ketika saya menyuruh lagi dengan tugas yang serupa, anak kelas 3 akan menggunakan strategi yang sama, sedang anak kelas 1 tidak”, kata Peter Ornstein, Ph.D., profesor psikologi di University of North Carolina.
Anak yang memahami strategi yang mereka gunakan dapat menggunakan metode yang sama untuk tugas-tugas lain yang berkaitan. Jadi jika Anda dapat membantu seorang anak menemukan strategi yang dia gunakan dalam suatu situasi, dan itu berhasil, maka dia akan dapat menggunakan strategi itu lagi pada konteks atau masalah yang berbeda.
David Biorklund, Ph.D., pengarang buku Children’s Thinking, merekomendasikan strategi untuk mengembangkan ingatan anak:
•Siapkan waktu
Ajarkan anak Anda kebiasaan untuk menyiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan untuk pergi ke sekolah malam hari sebelumnya.
•Atur tempat untuk segala sesuatu
Ajarkan anak meletakkan kembali barang-barang yang telah selesai digunakan ke tempatnya masing-masing. Apabila anak meletakkan mainan mereka di tempat yang sama ketika mereka sudah selesai bermain, maka tidak akan banyak barang yang rusak atau hilang.
•Visualisasi
Seorang anak yang membuat daftar keinginan pada saat dia berulang tahun, mungkin ingin menggambarkan toko mainan di kepalanya yang akan dia susuri lorong-lorongnya satu per satu, sehingga dia tidak akan lupa satupun mainan yang diinginkannya.
•Buat tanda-tanda yang mudah diingat
Taruhlah sepatunya di mangkok makanan anjingnya, dan anak Anda tidak akan lupa untuk memberi makan anjingnya sebelum dia berangkat sekolah.

Tips•Eksternalisasi
Ajarkan anak Anda membuat daftar dan mencatat tanggal-tanggal kejadian yang penting buatnya.
•Sediakan konteks
Rasa ketertarikan dan pengetahuan menciptakan dasar yang kuat untuk ingatan anak. Jadi jika Anda ingin anak Anda mempunyai ingatan yang bagus, misalnya dalam musik, bantulah dia untuk menciptakan konteks: mainan banyak musik, sediakan kursus suatu alat musik, bawa dia melihat konser musik, dan baca buku mengenai para komposer.
•Kumpulan bagian-bagian (chunk) dan urutkan
Anda dapat mengajarkan anak Anda untuk mengingat puisi dengan memecahnya menjadi beberapa bagian kecil, kemudian mulai dengan bagian yang paling sulit. Tunjukkan pada anak strategi ini akan berhasil ketika mengingat penyebab suatu perang, dan juga ketika mengepak barang-barang pada saat akan liburan ke tempat nenek.

Pada umur 12 tahun, seorang anak dapat menggunakan strategi dan trik yang digunakan oleh orang dewasa, dan kemudian kapasitas ingatan anak semakin bertambah dengan pengetahuan dan pengalaman. Tentu saja sebelum itu terjadi, orangtua akan melakukan banyak teguran atau peringatan dalam mengingatkan anak mereka.

Ingatan Anak (2-5 th)

Umur 2-5 tahun
Pada umur ini bukan hanya kemampuan bicara yang mendukung ingatan bagus, tetapi juga kemampuan untuk menceritakan suatu cerita. Cerita menciptakan suatu konteks yang membuat sesuatu mudah diingat. Anak prasekolah mulai mengingat kejadian spesifik dari masa lalu mereka, - seperti ”Aku ingat hari di mana aku memakai baju renang merah untuk ke pantai dan bertemu sepupuku di sana”, dibanding dengan ”Aku ingat pantai” – ketika mereka dapat membangun suatu narasi atas apa yang terjadi. Proses pembangunan ingatan autobiografikal dimulai di sini.
Pada usia pra sekolah, anak mulai mengingat konsep abstrak, seperti warna, bagaimana menghitung sampai 10 dan ABC dst. Mereka menyimpan informasi dalam memori jangka pendek, dan kemudian berusaha mengingatnya ketika dibutuhkan. Pada suatu ketika, proses pemunculan kembali informasi tsb menjadi cepat dan usahanya menghilang. Mereka tidak lagi mengingat nama warna, namun secara otomatis mengetahuinya. Ingatan abstrak tersebut berubah menjadi pengetahuan ketika sering dimunculkan/diingat kembali. Startegi yang digunakan untuk mengingat terbentuk secara otomatis. Dalam kasus ini, latihan bisa menjadikannya sempurna.
Anak usia pra sekolah akan secara alami mengingat hal yang menarik baginya dan yang dilarang. Ketika anak usia pra sekolah meminta dibacakan buku berulang kali, mereka menggunakan strategi perulangan sehingga mereka dapat mempelajarinya dengan hati. Dan jika sebuah buku mudah diingat – dengan sajak, irama, gambar bagus, dan karakter hebat – anak akan dapat menceritakan seluruhnya, kata demi kata.

Penggerak Ingatan (memory booster)
Perulangan meskipun bisa menyimpan informasi namun tidak mengembangkan kapasitas memori. Para peneliti menemukan bahwa membantu anak mempelajari bagaimana menceritakan suatu cerita akan meningkatkan perkembangan memori. Anak akan mendpatakan prinsip umum mengenai apa yang dapat dia ingat mengenai masa lalu, dan bagaimana mengingatnya.
Untuk membantu anak bercerita: dorong anak untuk menguraikan dengan terperinci pengalamannya. Tidak harus peristiwa besar seperti wisata ke Dufan, tetapi kejadian sehari-hari.
Tanyakan pada anak pertanyaan spesifik, seperti, ”Apa kamu makan Oreo lagi hari ini?”. Teruskan cerita, dan fokus pada kesenangan anak, bukan apa yang menarik bagi Anda. Mungkin Anda bisa bertanya, ”Apa kamu membuka Oreo dan menjilat krim-nya? Apa teman kamu juga melakukan hal yang sama? Menyenangkan, bukan?”

Tips

•Rekonstruksi kejadian di masa lalu. Jika anak berumur 4 tahun kehilangan mainan favoritnya sebelum makan siang, bantulah dia untuk mengulang cerita ketika dia mulai bermain dengan mainannya dan apa saja yang mereka kerjakan bersama.
•Buatlah melodi dan irama. Ajarkan anak anda mengeja nama dan nomor dengan musik atau lagu.
•Gunakanlah dan anak tidak akan lupa. Integrasikan konsep yang Anda ingin anak Anda ingat ke dalam kegiatan rutin harian. Bantu anak mengingat huruf alfabet dengan mengasosiasikannya dengan rambu-rambu di jalan atau kotak serealnya. Ajarkan anak menggunakan telepon untuk menelpon rumah. Ingatkan anak untuk melihat kanan kiri apabila akan menyeberang jalan.

Mengenal Anak Prasekolah

Pada usia 3 tahun anak mampu melakukan berbagai gerakan seperti berlari,melempar.Orangtua maupun guru perlu memberikan kesempatan bebagai kegiatan yang aman bagi mereka.Anak2 yang berusia 4-5 tahun meskipun sdh mampu duduk diam ump kalau mendengar cerita,mereka tetap masih membutuhkan latihan gerakan sehingga anak-anak ini tdk terlalu banyak dudukDalam merancang pendidikan untuk anak,sebaiknya para orangtua tdk perlu banyak menuntut diluar kemampuan anak.Anak-anak prasekolah belum mahir melakukan gerakan yang disertai dengan aturan2.Mereka akan mengalami kesulitan untuk explorasi bila dipaksa mengikuti aturan2. Setiap hari anak2 membutuhkan kegiatan jasmani yang disertai dengan kebugaran dan aktivitas yang tinggi.Saat ini justeru ada kecenderungan anak lebih banyak pasif dan duduk diam di bangku sambil meneonton TV.

Beberapa tip yang berguna bagi para orangtua dan guru untuk perkembangan anak adalah sbb:


a. Pastikan bahwa anak mempunyai kesempatan bermain dengan bola dan alat2 yang merangsang anak untuk bergerak,Bola disediakan dari berbagai ukuran dan berat.melaui bermain dengan bola anak belajar bagaimana melempar,menangkap dan menendang. Untuk anak yang masih muda berikan alat yang dapat diletakkan di luar seperti jungkat-jungkit,tangga,perosotan dan terowongan.Sedangkan bagi anak yang lebih besar perlu diberikan papan keseimbangan dan berbagai alat untuk dipanjat. Pada saat anak berusia 5 tahun ,perlu diberikan kesempatan bermain lompat tali untuk melatih gerakan dan menjaga keseimbangan tubuh. banyak sekali kegiatan gerakan motorik halus untuk belajar mengontrol otot,misalnya:menggambar,menggunting,menempel,menjahit dll.

b. Seorang anak yang berada pada tahapan sensori motor membutuhkan berbagai pengalaman dengan menyentuh,memegang,,meraba,mencicipi,,dan melakukan explorasi.Cara anak melakukan explorasi seperti memukul-mukulkan mainan kelantai,mengoyang-goyangkan,menggelindingkan dan memasukkan mainan tsb kemulut.Tingkah laku explorasi adalah cara anak mengenal suatu benda atau mainan yang baru.

c. Berikan kepada anak sejumlah keping-keping dengan beraneka bentuk,ukuran dan warna.Doronglah anak untuk mengelompokkan keping2 tasb berdasarkan warna,ukuran dan bentuk.

d. Bahasa dan berpikir sangat berkaitan satu sama lain.Pemikir yang sedang dalam tahapan pra-operasional dapat didorong untuk melakukan diskusi berkaitan dengan pendapat masing2 anak.Dengan demikian cara berpikir egosentris sedikit demi sedikit dapat berkurang.

Mainan Anak

Definisi

Mainan (toy) merupakan suatu obyek untuk dimainkan (play). Bermain (play) sendiri dapat diartikan sebagai interaksi dengan orang, hewan, atau barang (mainan) dalam konteks pembelajaran (learning) atau rekreasi.

Mainan (toy) dan bermain (play) merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran mengenal dunia dan tumbuh dewasa. Seorang anak menggunakan mainan untuk menemukan identitas, membantu tubuh menjadi kuat, mempejalari sebab dan akibat, mengembangkan hubungan, dan mempraktekkan kemampuan mereka. Mainan lebih dari sekedar bersenang-senang, karena mainan dapat digunakan untuk mempengaruhi aspek kehidupan.Peran Mainan dalam Perkembangan Anak

Mainan memberikan hiburan sembari juga memberikan peran mendidik. Mainan mengembangkan perilaku kognitif dan merangsang kreativitas. Mainan juga mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang pastinya diperlukan di kemudian hari oleh anak.

Mainan untuk bayi biasanya menggunakan suara, warna cerah, dan tekstur yang unik. Melalui bermain dengan mainan, bayi mulai mengenali bentuk dan warna. Mainan edukasi (educational toys) untuk anak biasanya mengandung puzzle, teknik pemecahan masalah, atau persamaan matematika.

Yang perlu diingat adalah tidak semua mainan sesuai untuk semua umur anak. Beberapa mainan dikhususkan untuk anak dengan rentang umur tertentu, yang tidak memberikan hasil baik atau bahkan bisa merusak perkembangan anak pada rentang umur yang berbeda.



Mainan dan Jenis Kelamin

Mainan tertentu, seperti barbie dan tentara, seringkali dianggap lebih sesuai untuk satu jenis kelamin tertentu. Kebanyakan orang percaya bahwa jenis kelamin dan pilihan jenis mainan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Bermain dengan mainan yang bukan untuk jenis kelaminnya seringkali mendapatkan pandangan yang negatif dari orangtua atau anak yang lain. Pada jaman ini, apabila seorang anak perempuan bermain dengan mainan untuk anak laki-laki lebih bisa diterima oleh lingkungan dibandingkan apabila seorang anak laki-laki bermain dengan boneka.



Tipe Mainan

*Mainan rakitan (construction toys)

Mainan rakitan merupakan kumpulan potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Model-model yang populer seperti mobil, pesawat angkasa, dan rumah. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.

Mainan rakitan ini sesuai untuk anak (dan juga orang dewasa) yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.



*Boneka, hewan, dan miniature (dolls, animals, and miniatures)

Boneka merupakan model dari manusia, atau yang menyerupai manusia (contohnya Bert), atau hewan. Seringkali boneka dimaksudkan untuk dekorasi atau koleksi untuk anak yang sudah besar atau orang dewasa, namun kebanyakan boneka ditujukan sebagai mainan untuk anak-anak, terutama anak perempuan.



*Miniatur kendaraan (toy vehicles)

Anak-anak telah bermain dengan miniatur kendaraan sejak jaman kuno, dengan miniature kendaraan roda dua. Jaman sekarang mainan kendaraan telah berkembang, mencakup mainan miniatur mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan kereta.



*Puzzle

Suatu puzzle merupakan suatu masalah atau misteri yang dipecahkan dengan kepandaian dan kreativitas. Solusi untuk puzzle mungkin membutuhkan pola yang sudah ada dan menciptakan aturan khusus. Puzzle berdasar pada proses penyelidikan dan penemuan untuk menyelesaikannya, yang mungkin dapat dipecahkan lebih cepat oleh mereka yang mempunyai kemampuan deduktif yang bagus. Sejarah puzzle ini telah melampaui ribuan tahun.

Ada berbagai tipe puzzle, seperti maze, yang merupakan tipe puzzle tour. Kategori lain meliputi puzzle konstruksi, puzzle batang (stick), puzzle lantai, puzzle angka, puzzle transport, puzzle gambar, puzzle logika, puzzle mekanik dan lain-lain.



*Mainan yang melibatkan aktivitas fisik

Banyak mainan melibatkan bermain secara aktif. Ini termasuk mainan seperti bola, hulahop, yo-yo, dan lain-lain. Bermain dengan mainan ini membuat anak berlatih fisik, membentuk tulang dan otot yang kuat. Melempar dan menangkap bola dapat mengembangkan kemampuan koordinasi tangan-mata anak.



*Mainan koleksi (collectable toys)

Beberapa mainan, seperti Barbie, menimbulkan antusiasme yang besar, sehingga menjadi mainan untuk dikoleksi. Oleh karena itu, beberapa mainan memang dipasarkan untuk orang dewasa sebagai koleksi. Beberapa orang membelanjakan sejumlah besar uang untuk bisa mendapatkan koleksi yang lengkap.



Aturan Keamanan

Banyak negara mempunyai standar keamanan untuk tipe-tipe mainan anak yang bisa dijual. Kebanyakan membatasi bahaya potensial yang bisa ditimbulkan, seperti mudah terbakar atau bisa membuat tercekik. Anak-anak sering mempunyai kebiasaan memasukkan mainan ke dalam mulut mereka, sehingga bahan mainan yang digunakan harus bebas racun. Bahan mainan juga tidak boleh mudah terbakar.

Anak-anak belum bisa membedakan mana mainan yang aman dan mana yang berbahaya, dan orang tua tidak selalu bisa memikirkan segala kemungkinan yang bisa muncul, sehingga aturan dan peringatan sangatlah penting dalam mainan anak.

Mengajari Karakter Baik pada Anak

Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, tidak hanya secara materil namun juga secara moril. Bahkan kalau memungkinkan, apapun yang anak-anak minta, orangtua berharap dapat memenuhinya.

Seringkali anak-anak merengek minta dibelikan mainan atau makanan yang dilihatnya saat jalan-jaln ke mall, pusat belanja, atau ke taman hiburan. Sayangnya, ketika sudah dibelikan, makanan atau mainan itu hanya didiamkan begitu saja.Orangtua sudah sepatutnya mulai belajar memahami dan mengerti bagaimana kerakter anak sehingga mampu menebak apa yang sebenarnya dia inginkan atau hanya sekedar ‘lapar mata’ karena melihat benda-benda yang baru.

Saat anak meminta dibelikan sesuatu, orangtua hendaknya bertanya dengan hati-hati agar tidak terkesan melarang atau tidak setuju. Misalnya, saat anak minta dibelikan es krim, tanyakan, “apa kamu suka es krim?”, “kemarin kita pernah beli tapi kamu enggak makan, kalau dibuang kasihan yang jual bisa sedih.”

Pertanyaan yang diajukan dengan pelan-pelan, secara tidak langsung akan melatih anak berpikir untuk melakukan dan meminta sesuatu karena tahu akibat dari apa yang ditimbulkan.

Patut diingat pula jika anak-anak memiliki memori yang sangat kuat dan memiliki daya tangkap yang cepat dibandingkan orang dewasa. Masa-masa seperti ini adalah masa-masa emas dalam pembentukan karakter anak agar nantinya dapat tumbuh menjadi individu yang andal. Dengan melatih anak memahami keadaan sekitarnya, orangtua juga dapat melatih anak untuk berhemat dan bertenggang rasa serta tidak cengeng.

Orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam karakter seorang anak karena anak-anak mencontoh sikap yang ditunjukan oleh kedua orangtuanya. Apabila orangtua terbiasa mengajarkan bertutur kata dengan baik dan tidak boros, maka anak pun akan mengikuti dengan sendirinya kebiasaan tersebut.

Tips Mencari Sekolah Ideal

Setiap menjelang tahun ajaran baru, hampir semua orangtua bingung mencari sekolah yang tepat untuk anak-anaknya. Sebagai orangtua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Namun yang ada, Anda justru pusing dibebani segudang pertanyaan. Seperti apa bentuk sekolah yang baik dan ideal? Apakah harga menjamin kualitas yang diberikan? Dan lain sebagainya.

Libatkan anak ketika memilih sekolah.
Seharusnya selalu disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa yang nantinya sekolah adalah anak, bukan mereka. Maka, melibatkan anak dalam memilih sekolah merupakan langkah penting, meskipun usia
prasekolah. Orang tua jangan menganggap remeh kemampuan anak, karena pada saat usia pra sekolah anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat.

Dalam buku Magic Trees of Mind, Marianne Diamond menggambarkan, perkembangan kemampuan matematika dan intelegensia ruang pada anak diperkirakan dimulai pada usia satu tahun. Kemampuan bahasa anak malah sudah dimulai sejak masih dalam kandungan. Ini berarti, daya nalar dan logika anak pada saat akan memasuki sekolah dasar (6 tahun) sudah berkembang baik.

Tinggal bagaimana orang tua merangsang kemampuan anaknya. Kondisikan agar proses mencari sekolah dasar tidak menjadi beban berat bagi si anak melainkan menjadi proses belajar yang menyenangkan. Bagaimana jika ternyata pilihan anak jatuh pada sekolah yang menurut orangtua kurang sesuai? Di sinilah peran orang tua diperlukan.

Pada saat orang tua telah membuat pilihan sekolah mana yang akan dimasuki anak nanti, buatlah kesepakatan sukarela dengan anak bahwa sekolah yang akan dimasuki adalah murni pilihan anak. Dengan demikian anak akan merasa bangga karena diberi kesempatan melakukan hal yang penting. Di sisi lain anak akan lebih bertanggung jawab karena merasa sekolah yang dimasukinya adalah pilihannya sendiri.

Ketahuilah visi dan misinya.
Banyak ahli yang mengingatkan tentang pentingnya aspek visi dan misi pendidikan yang disandang suatu sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Untuk dapat mengetahui visi-misi sekolah yang diinginkan, dapat dilihat di buku profil, brosur, papan nama atau media publikasi yang digunakan oleh sekolah tersebut. Dari visi dan misi yang dipaparkan dapat terlihat bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang akan dihasilkan.

Pernyataan visi dan misi ini dapat dipotret dari beberapa aspek, antara lain aspek keagamaan, akademis, mental, perilaku, kecakapan hidup, kemandirian dan kewirausahaan. Seperti yang sudah terungkap di muka, orang tua saat ini masih memandang aspek akademis menjadi pertimbangan pertama dalam memilih sekolah. Maka, tidak heran jika banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sekolah dengan prestasi akademik tinggi.

Pihak sekolah pun akan melakukan seleksi ketat terhadap calon siswanya. Hanya siswa yang memiliki IQ tinggi yang dapat diterima di sekolah yang bersangkutan. Dari kasus ini, Penulis jadi tergelitik, sebenarnya yang unggul sekolah atau siswanya. Sangat masuk logika, jika sekolah yang hanya menerima input baik-baik saja, kemudian out putnya juga baik.

Oleh sebab itu, orang tua seharusnya tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favourit, unggulan, plus dan lain-lain. Padahal yang dikembangkan hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi (baca: kecerdasan majemuk) peserta didiknya.

Porsi Pendidikan Agama.
Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika, pergaulan bebas dan perbuatan menuyimpang lainnya, maka peran pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk kharakter dan perilaku siswa.

Penulis berpendapat bahwa, pendidikan moral tertinggi terletak di dalam doktrin-doktrin agama yang diyakini seseorang. Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para peserta didik akan muncul kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan, anak, siswa dan anggota masyarakat. Sebagai implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan tidak.

Oleh karena itu, porsi pendidikan agama yang diterapkan oleh suatu sekolah hendaknuya menjadi bahan pertimbangan penting orang tua dan anak dalam memilih sekolah. Barangkali, jika kita ingin mendapatkan pendidikan agama yang lebih di sekolah negeri, nampaknya sulit diwujudkan. Pasalnya, sesuai aturan yang berlaku, sekolah-sekolah negeri hanya menerapkan 2 (dua) jam pelajaran agama dalam sepekan, kecuali inisiatif pihak sekolah untuk mengadakan jam tambahan.

Mungkin dari sini, sekolah-sekolah swasta yang berbasiskan agama dapat menjadi solusinya. Sekolah ini jelas-jelas memberikan porsi lebih banyak untuk pendidikan agama, bahkan sudah dipadukan dengan mata pelajaran lain, sehingga terdapat internalisasi nilai-nilai agama di setiap bahan ajar. Apalagi di jenjang pendidikan dasar, ibaratnya sebagai momentum peletakan pondasi bangunan kepribadian dan pengoptimalan seluruh potensi siswa. Maka, agama menjadi komponen paling penting dalam membentuk dan membangun kharakter
siswa.

Kurikulum pembelajaran.
Kurikulum bisa dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. Dikarenakan di dalamnya berisi tentang perencanaan pembelajaran yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan dan dialami peserta didik dalam perkembangan, baik formal maupun informal guna mencapai tujuan pendidikan. Walaupun penerapan kurikulum ini sudah diatur dan diseragamkan dari pusat, tetapi pihak penyelenggara pendidikan dapat melakukan modifikasi-modifikasi disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.

Dalam kebijakan kurikulum terbaru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sangat memberikan keleluasaan kepada pihak sekolah (negeri maupun swasta) untuk berkreasi dan berinovasi selama masih mengacu kepada standar kompetensi yang ditentukan.

Maka, sangat dimungkinkan akan terjadi kompetisi di antara sekolah-sekolah, tentang bagaimana menampilkan profil sekolah dan keunggulan- keunggulannya dalam hal muatan materi pembelajaran dan kegiatan sekolah. Oleh karena itu, orang tua dan calon siswa harus benar-benar jeli dan teliti dalam memilih sekolah terutama pertimbangan dari sisi kurikulum yang diterapkan sekolah tersebut.

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah juga perlu dicermati, apakah dimungkinkan dapat mengoptimalkan bakat dan
potensi peserta didik.

Profil Pendidik.

Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap.

Maka tidak heran, jika pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai program, mulai dari penataran-penataran, beasiswa pendidikan dan sertifikasi guru.

Raka Joni (1980) mengemukakan adanya tiga dimensi umum yang menjadi kompetensi tenaga kependidikan, antara lain:

(1)Kompetensi personal atau pribadi,
maksudnya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

(2)kompetensi profesional,
maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.

(3)Kompetensi kemasyarakatan,

artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat
luas. Mungkin secara sederhana, ketika kita mengamati profil guru sebuah sekolah, bisa dilihat dari riwayat pendidikan, pengalaman mengajar, prestasi, penampilan, sikap dan gaya mengajar apabila dimungkinkan.

Gedung dan fasilitas.
Komponen pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana dan prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki. Seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi, nampaknya bukan hal yang baru sebuah sekolah memiliki fasilitas akses jaringan internet dan website sendiri, dimana setiap
stake holders dapat berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya.

Hal ini, akan sangat membantu bagi orang tua untuk memantau perkembangan putra-putrinya secara cepat tanpa harus secara fisik datang ke sekolah. Dengan didukung sarana dan prasarana yang baik, diharapkan semua peserta didik dapat belajar secara enjoy, nyaman, dan betah. Sekolah diibaratkan sebagai rumah kedua bagi anak-anak, sehingga sekolah yang baik mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan siswa. Hal yang perlu diperhatikan juga mengenai rasio jumlah siswa dengan luas ruangan kelas serta fasilitas pembelajaran yang lain.

Lokasi sekolah dan lingkungan.

Lokasi yang dimaksud dapat dipandang dari jarak sekolah ke rumah, lingkungan sekitar dan sarana transportasinya. Bisa dibayangkan seorang anak harus bangun pagi-pagi sekali karena letak sekolahnya jauh. Tentu ia pulang dalam keadaan lelah karena jarak yang ditempuhnya memakan waktu yang lama. Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas, bisa dimungkinkan sering terlambat pulang
maupun masuk sekolahnya.

Lalu kapan ia bisa belajar di rumah dengan nyaman? Bagaimana ia bisa mengembangkan interaksi dengan anggota keluarga lain di rumahnya? Maka, faktor lokasi dan lingkungan ini hendaknya diperhatikan oleh orang tua dan anak itu sendiri dalam menentukan sekolah pilihannya. Perlu dipikirkan juga mengenai sekolah yang berlokasi di pusat perkotaan atau keramaian dan yang berada di pinggiran atau lebih dekat dengan suasana alam, semua memiliki plus-minus-nya.

Biaya pendidikan.
Barangkali bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah-sekolah yang dianggap favourit, unggul maupun plus biasanya juga akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah.

Hal ini berkaitan dengan fasilitas pembelajaran dan program-program unggulan yang ditawarkan. Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya biaya pendidikan yang diterapkan pihak sekolah hendaknya diikuti juga dengan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan sekolah, orang tua diharapkan sudah mampu
mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.

Ketertiban dan kebersihan sekolah.

Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Berbeda dengan suasana sekolah yang terkesan kumuh, gersang, gaduh, penempatan perabot sekolah yang semrawut, dan tidak ada kedisiplinan yang diterapkan, maka proses belajar mengajar akan banyak terganggu dan kurang optimal hasilnya. Kata kuncinya, siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti ketika berada di rumahnya sendiri
(feels like second home).

Lihat prestasi dan keberhasilan alumninya.
Kriteria yang tidak boleh ditinggalkan dalam memilih sekolah yang ideal adalah prestasi dan profil output-nya. Sekolah yang baik, selain unggul di dalam proses, juga unggul pada hasilnya. Seperti telah diurakaikan di muka, yang disebut prestasi tidak hanya secara akademik, tetapi juga non akademik baik siswa, guru maupun institusinya.

Bagaimana perkembangan bakat dan potensinya, sikap, perilaku, kemandirian, keterampilan dan keahlian lain yang mendukung. Sedangkan Keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan sekolah dapat diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik serta memiliki life skill yang cukup untuk mampu eksis di tengah masyarakat.

Dari paparan di atas, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua dan anak di tengah euforia kebingungan mencari sekolah yang ideal. Terlebih-lebih dengan diterapkannya sistem penerimaan siswa baru (PSB) on line yang masih mengedepankan nilai akademik (ujian nasional) di dalam proses seleksinya. Hal ini, tentu saja membuat keresahan dan kepanikan tersendiri terutama bagi yang nilainya di bawah atau pas-pasan.