er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Membangun Kepribadian Islam seorang Anak

Membangun kepribadian Islam seorang anak dapat dilakukan melalui :
1.Pembinaan Aqidah
Cara-cara pembinaan aqidah dapat dilakukan dengan :
•Men-Talqinkan kalimat Tauhid kepada anak.
•Cinta kepada Allah, merasa diawasi Allah, meminta pertolongan Allah, serta beriman kepada Qodha dan Qodar.
•Mencintai Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
•Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak.
•Mendidik keteguhan Aqidah dan siap berkorban untuk mempertahankannya.

2.Pembinaan Ibadah
“ Perintahkanlah keluargamu agar mendirikan shalat dan bersabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, namun justru Kamilah yang memberi rizki kepadamu, dan kesudahan (yang baik) itu adalah orang-orang yang bertakwa “ (Thaahaa : 132).

Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinaan aqidah, sebab aqidah memberikan kekuatan bagi aqidah dengan ruhnya. Ia juga merupakan cerminan dari dari aqidah. Masa kanak-kanak bukan merupakan suatu pembebanan atau pemebrian kewajiban, akan tetapi merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban (taklif) ketika ia baligh nantinya. Dengan demikan pelaksanaan kewajiban nantinya akan terasa mudah dan ringan.
Rasulullah saw. Memberikan kabar gembira yang besar kepada anak-anak yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah swt. Imam Thabrani meriwayatkan dari Umamah ra. Bahwa ia berkata, Rasulullah saw, bersabda :
“ Tidaklah seoarang anak tumbuh dalam ibadah sampai ajal menjemputnya, melainkan Allah akan memberikan pahala kepadanya setara dengan sembilan puluh sembilan pahala shiddiq (orang benar/jujur).”
Bimbingan Nabi Muhamad saw, dalam pembinaan ibadah anak memfokuskan pada lima pilar yaitu :
1)Shalat
-Periode memerintahkan shalat
Kedua orang tua bisa mulai mebimbing anaknya untuk melakukan shalat dengan cara-cara mengajaknya untuk melakukan shalat disampingnya. Hal ini dimulai ketika sang anak sudah mulai bisa membedakan tangan kanan dan tangan kiri, ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Abdullah Bin Habib bahwa Rasulullah bersabda :
“ Jika seorang anak sudah mengenal dan mampu membedakan tangn kanan dan kirinya maka perintahkan ia untuk melakukan shalat “
Abu Dawud meriwayatkan dari Muadz Bin Abdullah Bin Habib Al Juhani, bahwa ia meriwayatkan dari Nabi Muhamammad saw. Pernah ia ditanya kapan anak itu mulai diajak melakukan shalat, maka Beliaupun bersabda, “ Jika ia telah mengenal tangan kanan dan kirinya, maka perintahkan untuk menunaikan shalat . “
-Periode pengajaran shalat kepada anak
-Periode memerintahkan shalat dan memukul jika enggan
-Mendidik anak agar menghadiri shalat jamaah
-Memberikan contoh anak dalam hal Qiyanul Lail (shalat malam)
-Membiasakan anak untuk melaksanakan shalat istikharoh
-Menyertakan anak dalam shalat ID (Idul Fitri dan Idul Adha)
2)Anak dan Masjid
3)Puasa
4)Haji
5)Zakat
3.Pembinaan Kemasyarakatan
4.Pendidikan Akhlak
5.Membentuk Jiwa Anak
6.Pembentukkan Fisik Anak
7.Pembentukkan Intelektualitas Anak
8.Pembengunan Kesehatan
9.Meluruskan Dorongan Seksual Anak

Kurikulum RA/TK

KURIKULUM
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,Isi, dan bahan kegiatan/pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

Rambu-rambu Kurikulum 2004 ( Kurikulum Berbasis Kompetensi )
1.Sebagai pedoman bagi para pendidik, orang tua , guru, orang dewasa lainnya.
2.Cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah.
3.Mencapai kompetensi sesuai degan tingkat kemampuan anak.
4.Kompetensi yang disiapkan merupakan kompetensi minimal.
5.Pendidik menciptakan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang.
6.Pelaksanaan kurikulum tidak bersifat kaku.
7.Bagi TK yang memiliki kekhasan ( agama) dimungkinkan menambah materi kegiatan.
8.Memperhatikan prinsi-prinsip pendekatan pembelajaran dan penilaian.

Prinsip – prinsip pendekatan pembelajaran
1.Berorientasi pada prinsip-prinsip
perkembangan anak.
2.Berorientasi pada kebutuhan anak.
3.Bermain sambil belajar atau belajar
seraya bermain.
4.Menggunakan pendekatan tematik.
5.Kreatif dan Inovatif.
6.Lingkungan kondusif.
7.Mengembangkan kecakapan hidup.

RUANG LINGKUP

Kurikulum TK dan RA meliputi aspek perkembangan :
1.Moral dan nilai-nilai Agama.
2.Sosial, Emosional dan Kemandirian.
3.Berbahasa.
4.Kognitif.
5.Fisik/Motorik.
6.Seni.

ditulis oleh: Herlinawati,S.Pd.I(Dosen Pgtk Darunnajah)

Mengapa Anak Lebih Suka Bermain Dari Pada Belajar

Apakah kita sering bermain saat sedang bekerja..? Mungkin karena dulu kita termasuk anak-anak yg kurang bermain karena terpaksa/dipaksa harus belajar, belajar tiada henti dan mengerjakan PR yg bertumpuk tiada habisnya. Padahal saat itu Tuhan merancang kita sebagai mahluk kecil yg tugasnya bermain.

Mengapa kita alergi melihat anak kita bermain. Yang pertama karena dulu orang tua kita juga alergi melihat kita bermain (faktor warisan orang tua). Yg kedua perngaruh lingkungan yg mengatakan bahwa jika anak rajin belajar maka jd orang sukses dan jika anak terlalu banyak bermain jadi orang gagal. Kita lupa pada fakta sejarah, seolah-olah orang-orang yg sukses saat ini dulu waktu kecilnya tidak pernah bermain dan selalu belajar.

Fakta sejarah justru menunjukkan sebaliknya; Leonardo da Vinci sang Jenius Dunia di segala bidang, dulu waktu kecilnya selalu bermain keliling kota Vinci bersama kakeknya. Thomas Edison selalu bermain di Garasinya yg dia katakan sebagai Laboratorium, Albert Einstein selalu bermain di danau bersama perahunya, saat ia tidak menyukai pelajaran di sekolahnya, dan banyak lagi tokoh sukses lainnya yang pada masa kecilnya justru sangat puas bermain. Davinci, Edison dan Einstein kecil ini tidak menyadari bahwa malalui bermain itulah justru sebenarnya mereka banyak belajar.

Itulah mengapa AS Neil mendirikan sebuah sekolah di Inggris “THE SUMMER HILL” School, yg membolehkan setiap anak untuk bermain dan memilih aktivitas harian yg ingin dipelajarinya, dan bahkan belajarpun dilakukan sambil bermain. Itulah sekolah yg sangat di sukai anak dan di cintai oleh para alumnusnya namun sekaligus di benci oleh Dewan Pendidikan Kota

Begitu pula dengan Sosaku Kobayashi di Jepang dengan sekolah Tomoegakuen, sekolah yg berhasil membuat semua dan seluruh siswanya menjadi orang sukses di dalam dan di luar negeri, menjadi Duta Kemanusiaan di PBB, menjadi Ahli Nuklir di AS, Menjadi Ahli Ruang angkasa di Nasa. Sekolah yg selalu mengajak anaknya bermain dan bermain, dan mereka menyebutnya itu adalah belajar.

Oleh karena itu jika anak anda berusia balita hingga SD ijinkanlah ia untuk bermain, karena bermain adalah bagian dari fitrah alami seorang anak. Belajarlah sambil bermain, dan mengerjakan Tugas sambil bermain. Pilihkanlah permainan yg sehat bagi mereka.

Tahukah anda bahwa mayoritas permainan tradisional Indonesia sangat sehat dan mendidik seperti Congklak (strategi, kejujuran, kesabaran, hitungan), “Yeye” Karet lompat atau Karet Putar (Motorik, konsentrasi, prestasi, euritmik), Mobil-mobilan kulit jeruk (kreativitas, inovasi, non toxic, pemanfaatan limbah, Wayang (filosofi, etika moral). dsb.

Michel Jackson adalah contoh Tragis dari seorang anak yang “di renggut” masa kanak-kanaknya oleh sebuah ambisi sukses orang tua. Anak kecil ini telah di paksa dengan kekerasan untuk melalukan latihan serius ala orang dewasa dan tidak di ijinkan untuk menikmati masa kanak-kanaknya secara alami.

Betul memang MJ secara kasat mata kelihatan sebagai orang yg sangat “SUKSES” bergelimang harta dan ketenaran, namun tahukah anda bahwa jiwanya begitu rapuh dan selalu rindu akan masa kanak-kanaknya yg hilang terampas dan tidak pernah bisa kembali lagi. Itulah mengapa dirinya juga sekaligus bergelimang masalah.

Ya...!! masalah yg berawal dari ambisi orang tua dengan alasan agar kelak anaknya menjadi orang sukses.

Mari kita renungkan bersama...






Kesiapan Sekolah

Di negara kita, umumnya, seseorang memasuki pendidikan sekolah mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Setelah melewati TK A dan TK B, diharapkan anak siap untuk mengikuti pendidikan di SD. Dengan kesiapan itu, anak mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berhasil mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya dibandingkan anak-anak yang belum memiliki kesiapan.Pernyataan di atas bukanlah tanpa alasan karena Lefrançois (2000) telah menyatakan bahwa peserta belajar yang siap untuk belajar hal-hal yang lebih spesifik akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih banyak yang kaya dibandingkan yang belum siap.
Istilah kesiapan (readiness), dalam kamus Webster didiskripsikan sebagai:
a.Kesiapan mental atau fisik untuk bertindak atau menerima pengalaman.
b.Yang tangkas/pantas, cakap, atau trampil
c.Immediate availability (Gredler,1992).
Dalam bahasan selanjutnya, istilah kesiapan dan kematangan sekolah mempunyai pengertian yang sama, hal ini didasari oleh pendapat Piaget (dalam Gredler,1992) yang menyatakan kedua istilah ini mempunyai pengertian yang sama karena kesiapan tidak akan pernah dapat tercapai tanpa kematangan.

Untuk bisa dikatakan siap, tentu saja ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Ada beberapa pandangan dan tokoh yang memberikan sumbangan tentang kriteria kematangan sekolah, diantaranya adalah:
* David Ausubel (1962) yang mendiskripsikan kesiapan sekolah sebagai kondisi tertentu yang tergantung pada pertumbuhan dan kematangan serta pengalaman sosial anak. Menurutnya kesiapan sekolah adalah suatu kondisi di mana:
- Anak dapat belajar dengan mudah tanpa ketegangan emosi.
- Anak mampu menujukkan motivasinya karena usahanya untuk belajar memberikan hasil yang sesuai.

* Strebel (dalam Mangunsong dkk, 1993) mengemukakan tujuh kriteria kematangan sekolah sebagai berikut:
a.Perkembangan fisik yang sudah matang.
b.Derajat ketergantungan terhadap orang tua, terutama sejauh mana keterikatan anak kepada ibunya.
c.Pemilihan tugas sendiri sesuai dengan minatnya.
d.Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan maupun yang dipilih sendiri.
e.Ketepatan prestasi kerja, sehubungan dengan konsentrasi dan perhatiannya terhadap pelajaran.
f.Keteraturan dalam berpikir daan bertingkah laku secara sosial, dalam bekerja kelompok dan teman-temannya.
g.Perkembangan mental yang dapat diukur dengan tes inteligensi dan tes kematangan sekolah.

Hal-hal yang mempengaruhi kesiapan seseorang dalam belajar adalah kematangan fisik, perkembangan keterampilan berpikir, dan adanya motivasi. Untuk mengukur kesiapan, guru dapat mengukur melalui perkembangan emosi dan intelektual anak. Selain itu juga guru perlu mengerti bagaimana anak belajar dan motivasi belajar anak (Lefrançois, 2000)

Psikologi Pendidikan dan Guru

Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.

Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus, diantaranya :
* Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
* Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
* Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
* Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
* Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan dunia industri.
* Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan

Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
* Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
* Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil – dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
* Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.

Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

1.Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

2.Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3.Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4.Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

5.Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6,Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

7.Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
akhmadsudrajat.wordpress.com/


Tips Memilih Sekolah Anak

Bulan antara januari sampai bulan juni, pasti banyak orang tua yang sudah mulai mencari cari sekolah untuk buah hatinya. Anak usia TK termasuk dalam kelompok anak usia dini (2-6 tahun). Anak anak dengan usia tersebut, mempunyai karakteristik yang mulai nampak seperti :
1.Adanya usaha anak untuk mengendalikan lingkungan dan mulai menyesuaikan diri secara sosial,
2.Anak mulai melihatkan ketertarikan atau keingintahuan tentang lingkungan sekitarnya,
3.Anak cenderung untuk mengikuti cara berbicara atau tingkah laku orang di sekitarya,
4.Anak mulai menampakkan kreativitasnya.
Inilah tugas pendidik dalam perkembangan seorang anak usia dini. Kalau dilihat dari karakteristik diatas, kiranya orang tua patut berhati hati untuk mencari sekolah yang sesuai dan menunjang karakteristik perkembangan anak usia dini tersebut. Kegiatan mencari informasi dari berbagai sumber (berbicara dengan ibu-ibu lain, tanya saudara, tetangga, dan yang paling validadalah dengan datang sendiri ke sekolah incaran untuk mencari informasi cara pembelajaran, kurikulum, fasilitas belajar mengajar dan bermain, sampai bentuk bangunan, serta biaya (sepeertinya kalau biaya mengikuti dengan kualitas yang ada).

Informasi yang penting diketahui adalah :
1.Kurikulum sekolah, materi dan cara penyampaian materi. Jangan ragu untuk meminta penjelasan mengenai kurikulum, materi, dan teknik yang tidak anda mengerti. Sekolah yang baik dengan senang hati akan menyertakan maksud dan tujuan masing-masing modul.
2.Frekuensi kelas atau jam belajar, yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan murid-murid, sesuai kelompok usianya. Untuk usia 4-6 tahun atau TK, frekuensi yang sesuai adalah tiga hingga 5 kali seminggu, disesuaikan dengan muatan lokal kurikulum.
3.Perhatikan lokasi, fisik bangunan dan fasilitas yang ada. Selain itu perhatikan factor keamanan, dekat tidak dengan jalan raya, pagar, satpam, dekat rumah sakit, pasar, dll. Kondisi fisik sekolah penting diperhatikan karena menyangkut keamanan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar.

Diantara fasilitas yang perlu diperhatikan adalah :
Rinciannya :
1.Faktor kebersihan. Terutama ruang kelas, kantin, kamar mandi dan tempat sampah.
2.Lahan yang cukup besar dan bebas dari bahaya (tidak banyak kaca, tidak ada benda-benda tajam –misalnya kayu berpaku bekas bangunan-, tidak ada binatang liar / buas, mainan yang aman dan tidak ada benda tajam atau cat yang berbahaya – ayunan dari plastik yang kuat, mobil-mobilan yang tidak mudah rusak, sepeda yang bekerja dengan baik ) untuk melatih kemampuan motoriknya.
3.Kamar mandi khusus anak-anak Peralatan kamar mandi dalam ukuran kecil dan tinggi yang sesuai dengan tinggi rata-rata anak,
4.Adanya aliran udara yang baik dan sinar matahari yang cukup terutama di ruang kelas dan ruang bermain. Karena di kedua tempat inilah anak paling banyak menghabiskan waktunya selama di sekolah.
5.Ruang kelas memiliki tata ruang yang lega dan menyenangkan. Standar ukuran ruang adalah jumlah anak dikali satu meter persegi. Dengan asumsi setiap anak membutuhkan satu meter persegi untuk leluasa bergerak.
6.Kantin bersih dan sehat, bebas dari jajanan yang mengandung MSG atau makanan tidak sehat lainnya.
7.Biaya. Orang tua sering terkecoh dengan anggapan bahwa semakin mahal sekolah semakin canggih. Padahal kecanggihan suatu sekolah bukanlah dilihat dari biaya untuk dapat bersekolah di situ, tapi oleh materi dan metode pembelajaran yang tepat bagi murid-muridnya. Walaupun, biaya yang tinggi seharusnya diwujudkan dalam kondisi fisik sekolah yang ideal, fasilitas yang memuaskan, dan guru-guru yang amanah.
khalifahpreschool.org