Guru yang digugu dan ditiru
Tantangan dalam kehidupan guru memang tidak mudah. Hidup dengan gaji kecil, sarana dan prasana pendidikan minim, fasilitas yang mengundang air mata, terkadang dicaci maki dan disumpahserapahi kalau ada apa-apa dengan pendidikan. Pokoknya derita guru adalah tumpukkan kesedihan. Tetapi, tetap tegar berjuang demi profesi mulia. Terlalu murah bila digadaikan dengan kecurangan demi UN. Di akhirat nantinya akan diadili pula karena curang. Lebih parah lagi tanaman psikologis. Bila anak didik berhasil karena tindakan curang guru, UN lulus dengan curang, masuk perguruan tinggi pakai joki, mendapatkan pekerjaan dengan menjogok dan cara-cara curang lainnya. bagaimana kalau dia nantinya menjabat posisi strategis di struktur pemerintahan negera kita (Pemimpin)?
Jadi, saatnya pendidikan Nasional dibersihkan dari guru-guru yang berwatak koruptor dan preman. Mari tinggalkan korupsi pendidikan dan mendidik peserta didik korupsi sejak si bangku sekolah. Yang seharusnya kita kampanyekan kepada anak didik justru pendidikan antikorupsi. Selayaknya posisi guru di barisan terdepan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan antikorupsi, pendidikan anti curang pun digalakkan. Tentunya yang harus diperhatikan dan dibangun adalah mental guru-guru dan pihak sekolah yang lainnya.
Guru yang mempunyai jiwa idealis terhadap nilai-nilai luhur moral, dia akan senantiasa berlaku jujur terhadap semua apa yang dilakukan. Dalam menghadapi UN sebenarnya guru harus proaktif untuk memberikan mutivasi belajar dan mensupport agar anak didik siap menghadapi Ujian Nasional. Sifat sportifitas dan kompetitif yang ditanamkan didalam mental anak didik, akan mencerminkan prilaku mereka kelak ketika mereka hidup dilingkungan masyarakat. Apalagi ketika diantara mereka menjadi pemimpin bangsa. Sikap tauladan yang dicontohkan guru terhadap anak didik dalam menghadapi UN lebih memberikan rasa kepercayaan yang tinggi kepada diri sendiri dan kepada orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar