Mengkritisi Lagu Anak
Berbagai contoh yang tetap popular hingga saat ini diantaranya : Balonku, Bintang Kecil, Aku Seorang Kapiten, Naik Kereta Api, Pelangi, dan lain sebagainya. Penyanyi anak yang terkenal pada masa dulu antara lain Adi Bing Slamet, Ira Maya Sopha dan Chica Koeswoyo.
Semenjak dikenal TV swasta pada era 90an, maka mulai dikenal penyanyi dan lagu anak yang beragam. Pada saat awal era tersebut, nama Puput Novel paling dikenal. Meski demikian, lagu-lagu tersebut banyak dinikmati oleh anak TK maupun SD saja.
Kemudian, hadirlah Cikita Meydi, Eno Lerian, Leoni, Dea Ananda, yang memberi ikon masa kanak-kanak yang khas lewat lagunya tentang persahabatan, pendidikan, kasih sayang ibu, sebuah harapan dan cita-cita layaknya syair lagu Joshua yang berangan menjadi seorang Habibie, atau banyak hal tentang semangat militansi dunia anak.
Sedangkan di era 2000, anak-anak sudah lebih bebas menikmati lagu dalam berbagai format, diantaranya VCD, MP3, maupun handphone. Dengan kemudahan ini, anak di zaman sekarang tidak lagi hanya mendengarkan lagu anak, namun lebih menyenangi lagu remaja.
Kondisi ini kadang membuat miris, ketika anak justru gemar menyanyikan lagi bertema cinta. Tidak bisa dipungkiri, tidak banyak penyanyi cilik saat ini yang bisa mendendangkan lagu anak bertema klasik dan memiliki nuansa masa kecil nan bahagia, kecuali Sherina dan Tasya. Tidak sedikit yang mengikut gaya orang dewasa, dan tidak memiliki pesan moral yang patut dicontoh.
Perlu kita pahami bahwa musik ibarat pedang bermata dua. Secara psikologis, musik dapat membawa peran yang positif dalam pembentukan mental dan perilaku. Sebagai contoh adalah musik klasik yang digunakan sebagai sarana terapi oleh ibu hamil.
Di lain sisi, musik justru dapat mengonstruksi mental, perilaku, dan sikap ke dalam sebuah ruang yang terisolasi, asing, aneh, bahkan cenderung indoktrinatif dan intervensial. Termasuk dalam hal ini adalah lagu anak.
Begitu pula halnya dengan musik untuk dunia anak. Mereka menyanyi, tetapi bukan lagi dari hati yang mewakili mereka dan tidak lagi tema anak yang dibawakannya. Tidak ada lagi tema pendidikan, persahabatan, cita-cita, kasih sayang ibu, yang dinyanyikan dalam lagu anak, tetapi justru tema asmara dan cinta.
Sudah selayaknya kita mengembalikan sebuah masa bagi anak- anak yang kini telah hilang dengan menempatkan lagu anak pada koridor dan ruang yang semestinya. Kita bisa mengenalkan anak pada hal-hal sederhana, seperti alam, hewan, pancaindera, juga mendidik pola berpikir anak secara runtut dan terpola, seperti yang banyak diciptakan oleh orang barat.
Dengan lagu anak, kita bisa mengajak anak belajar dan sekaligus membentuk pola berpikirnya agar menjadi lebih kreatif. Anak diajarkan cara membaca, sehingga merasa nyaman dan tidak seperti sedang belajar.
Saatnya menciptakan lagu yang mendidik dan dapat membentuk karakter kecerdasan anak, agar kelak mampu bersaing dengan teman-temannya di belahan buni manapun.
2 komentar:
inilah akibat ulah para musisi yg tdk perduli pada masa depan anak2 yang mendengarkan lagu mereka...
saya punya koleksi lagu anak terbaru...
ada yang berbahasa Inggris dan ada pula yang berbahasa inggris..
klik saja:
http://www.lagu2anak.blogspot.com/
Posting Komentar