er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Cara Jitu Latih Daya Ingat Anak

Kemampuan untuk mengingat sangat penting dilatih sejak balita guna mempersiapkan dirinya untuk memasuki jenjang pendidikan dasar yang lebih tinggi. Dengan kemampuan mengingat yang baik, anak akan lebih mudah menangkap, memahami, dan menerima pelajaran di sekolah nanti. Daya ingat juga berguna untuk membangun kemandirian dan rasa percaya diri anak.Untuk melatih daya ingat anak yang baik, Anda bisa menggunakan berbagai cara dan stimulasi. Mulailah dari stimulasi yang sederhana, kemudian Anda bisa mengembangkannya menjadi sulit seiring dengan perkembangan anak.

Berikut beberapa permainan dan stimulasi yang bisa anda terapkan di rumah untuk melatih daya ingat anak. Permainan tebak gambar, merupakan bentuk stimulasi yang paling efektif untuk melatih daya ingat karena melalui permainan ini , anak terpacu untuk mengingat gambar berpasangan yang disodorkan. Pertama, Anda siapkan gambar berpasangan sesuai dengan tema yang Anda pilih (misalnya piring-gelas, buku-pensil). Gunakan warna-warna cerah untuk menarik perhatiannya. Sodorkan gambar tersebut pada anak dan beri dia waktu untuk mengingatnya, kemudian acak kartu-kartu tersebut dan biarkan anak menyusun ulang.

Permainan mencari perbedaan. Permainan ini bertujuan untuk merangsang anak membedakan gambar yang satu dengan yang lainnya. Persiapkan buku khusus yang banyak memberikan materi mencari perbedaan ini. Mulailah dari gambar yang sangat sederhana dan biarkan si kecil melihat dan mencari sendiri perbedaan di tiap gambar dengan memberikan tanda di masing-masing tempat.

Mendongeng pun bisa menjadi sarana melatih daya ingat anak. Pilihlah dongeng yang pendek namun memiliki alur cerita yang menarik. Mulailah mendongeng dan buatlah anak tertarik dengan dongeng Anda. Di tengah-tengah cerita, Anda bisa berhenti dan menanyakan kembali nama tokoh-tokoh yang telah Anda sebutkan, atau sepenggal cerita dari dongeng yang telah Anda bacakan. Bila anak tidak mampu, Anda bisa membantunya dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang mengarah.

Jangan lupa untuk memberikan pujian pada anak apabila mereka berhasil menyelesaikan permainan atau stimulasi dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika anak tidak berhasil, berikan kata-kata positif padanya agar anak tidak patah semangat dan kecewa.

Pentingnya Pendidikan Anak

Tujuan pendidikan anak dalam Islam adalah usaha mencari keridhaan Allah Ta?ala dan usaha untuk mendapatkan surgaNya, keselamatan dari neraka serta mengharapkan pahala dan balasanNya.

Para orang tua (bapak ibu) yang mendidik anaknya dengan pendidikan Islam yang benar akan mendapatkan keuntungan yang tidak ternilai harganya, yaitu mendapatkan derajat yang tinggi dan pahala yang terus mengalir setelah kematiannya
Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Apabila manusia telah mati maka terputus semua amalnya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya?. (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Ta?ala kelak akan meminta pertanggungjawaban kepada para orang tua (bapak ibu) atas pendidikan anaknya. Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian pasti akan ditanyai tentang yang dipimpinnya.? (HR. Imam Ahmad, Bukhari, Muslim dll).

Menyia-nyiakan dan lalai dalam mendidik anak merupakan sebab terhalangnya bapak ibu dari masuk surga. Rasulullah ?Shallallahu ?Alaihi Wa ?Ala Alihi Wa Sallam bersabda: ?Tidaklah seorang hamba diberi tanggung jawab kepemimpinan oleh Allah Ta?ala kemudian pada saat ia meninggal, ia curang terhadap yang dipimpinnya, melainkan Allah Ta?ala mengharamkan baginya surga.? (HR. Bukhari dan Muslim).

Agar Anak Gemar Membaca

Bagaimana Anak Suka Membaca?
Agar si kecil mau baca buku : Si kecil belum bisa membaca? ga masalah, kita bisa mengajarkan ‘membaca’ dan tentunya mencintai buku. Kemampuan dan kemauan membaca serta mencintai buku sangat penting ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Karena dengan kegiatan membaca bersama dengan anak merupakan kegiatan yang sangat penting untuk pembentukan dasar diri si kecil serta untuk keseluruhan proses belajar si anak nantinya. Sebaiknya membaca buku baru diajarkan ketika si anak masuk usia sekolah, tetapi kita dapat mulai mengajak anak untuk mencintai buku sejak dini melalui berbagai cara. Bagaimana caranya, berikut ini tips agar anak cinta buku:
*Meminta si anak untuk “membaca” cerita Cobalah untuk meminta si anak memilihkan buku cerita yang disukainya, kemudian biarkan dia ‘membacakan’ isinya untuk Anda. Biarlah dia bercerita sesuai apa yang ingin diceritakannya. Jangan melontarkan kritikan, misalnya kita membetulkan ceritanya yang berbeda dengan apa yang ada di buku tersebut. Kritikan kita tersebut dapat mematikan semangatnya untuk merangkai sebuah cerita menurut versinya sendiri.

*Bermain tebak-tebakan cerita Ketika kita membacakan sebuah cerita pada anak, berhentilah pada satu titik tertentu dimana cerita itu akan mengarah ke satu arah, kemudian tanyakan apa yang terjadi dengan tokoh utamanya pada anak. Dan biasakan si kecil untuk mengarang kelanjutan ceritanya sendiri dengan tebakan-tebakannya. Dengan cara ini dia akan terbiasa untuk mengarang sebuah cerita sendiri.

*Membacakan cerita secara berkala Sediakan waktu secara tertentu untuk membacakan cerita yang menarik untuk anak. Misalnya, sebelum tidur atau diwaktu santai. Carilah cerita yang menyenangkan dan bacakan dengan cara yang menarik. Jika memungkin buatlah alat peraga yang sederhana untuk menunjang cerita tersebut, seperti mainannya.

*Memberi buku-buku cerita yang menarik Berikan dan pilihlah buku-buku buat anak yang menarik baginya seperti buku dengan banyak gambar dan sedikit tulisan, serta warna-warna yang menarik, hal ini akan lebih menarik bagi balita. Juga pilihlah buku yang terbuat dari kertas karton tebal tahan air bagi bayi maupun anak batita, agar tidak mudah rusak jika dibuka-buka maupun dimainkannya.

*Dengan mengajak bermain huruf dan angka Ajaklah si kecil untuk bermain huruf dan angka, seperti meminta dia untuk mencari dua kartu dengan angka atau huruf yang sama bentuknya. Atau pasanglah kertas bertuliskan nama-nama benda pada benda yang ada di sekitarnya. Dengan permainan-permainan yang sederhana ini merupakan upaya awal kita memperkenalkan anak untuk belajar membaca.

*Membuat perpustakaan mini Buatlah sebuah perpustakaan mini yang sederhana serta ciptakan suasana yang nyaman. Misalnya, menyediakan area khusus dengan karpet atau berbagai bantalan di dekat lemari atau rak tempat si kecil dapat menyimpan buku-bukunya. Upayakan agar rak mudah dijangkau oleh anak, dan tidak membahayakannya.

*Membacakan apa saja Cobalah untuk membacakan dia apa saja, tidak hanya buku cerita. Bacakan apa saja yang dapat kita baca dengan suara yang dia bisa dengar. Misalnya ketika kita membaca resep makanan yang kita buat, atau amplop surat yang kita terima, coba baca agar dia juga mendengar. Baca bagian-bagian yang mudah dimengerti saja oleh dia. Seperti, nama dan alamat pengirim surat atau nama-nama sayuran, makanan, buah. Selain itu, tunjuk tulisan apa saja yang terpampang ketika ada di jalan dan bacakan dengan keras juga.

*Memperlihatkan asyiknya membaca Tunjukkan betapa asyiknya kita membaca berbagai buku kepada anak. Agar si anak tahu bahwa membaca itu sangat menyenangkan. Dengan membaca kita mengetahui berbagai hal di berbagai tempat, tanpa perlu pergi ke tempat tersebut. Coba untuk perlihatkan berbagai buku yang menggambarkan beragam hal, seperti negara lain dan segala keunikannya, atau berbagai macam flora dan fauna. Ceritakan pada anak inti dari buku-buku yang kita baca, tentu saja sesuaikan dengan kemampuan pemahaman anak.

*Ciptakan suatu tokoh Carilah serial cerita yang sangat disukai oleh anak, tokoh yang menggambarkan untuk berbuat kebaikan atau mengamalkan kebaikan. Agar si anak pun tertarik untuk membaca bukunya.

*Membuat buku cerita bersama Ajarkan si kecil untuk menceritakan setiap gambar yang dia buat, kemudian tulis cerita tersebut dibawah gambarnya. Kemudian kumpulkan setiap lembar gambar tersebut menjadi semacam buku atau di jilid. Jika dia sudah terbiasa mintalah dia untuk membuat gambar yang berseri. Dan cobalah untuk membaca buku ceritanya itu bersamanya

Agar anak bisa kreatif

Agar anak bisa kreatif Ada 3 ciri anak kreatif yang dominan : 1.Spontan 2.Rasa ingin tahu 3.Tertarik pada hal-hal yang baru Dan ternyata ke 3 ciri-ciri tersebut terdapat pada diri anak. Berarti semua anak pada dasarnya adalah kreatif, dan faktor lingkunganlah yang menjadikan anak tidak kreatif. Sedangkan kewajiban orang tua sebenarnya bukanlah mencetak, tetapi lebih pada mempertahankan agar anak tetap kreatif sebagaimana aslinya. Apakah kita sebagai orang tua mampu untuk mempertahankan kreatifitas anak ? 4 Kunci Mempertahankan Kreatifitas Anak Membangun kepribadian anak dengan modal cinta Dengan cinta maka orangtua dapat menerima anak apa adanya. Terlepas dari apakah orangtua melihat kelebihan anak ataukah tidak, terlepas dari apakah orangtua menyukai cacat (kelemahan) anak atau tidak. Tentu saja hal ini hanya mungkin bagi orangtua yang memiliki tanggungjawah. Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk sama dengan anak lainnya. Karena setiap individu adalah unik. Kita dapat membentuk kepribadian anak kita, tetapi bukan untuk menyamakan karakter mereka. Seperti kita lihat sahabat Umar ra, Abu Bakar ra dan sebagainya, mereka tidak memiliki karakter yang sama meskipun masing-masing mereka merupakan pribadi-pribadi yang islami. Keunikan mereka justru menjadian mereka ibarat bintang-bintang yang gemerlapan di langit, terangnya bintang yang satu tidak memudarkan terangnya bintang yang lain. Begitu pula halnya dengan kreatifitas, setoap sahabat adalah insan kreatif. Masing-masing mereka memiliki dimensi kreatifitas sendiri-sindiri. Salman Al-Farisi penggagas perang parit, Umar bin Khattab penggagas ketertiban lalu lintas, Abu Bakar Ash-Shiddiq penggagas tegaknya sistim ekonomi islam, Khalid bin Walid penggagas strategi perang moderen dan banyak lagi. Tinggal yang menjadi masalah sekarang adalah, kita para orangtua kurang bersungguh-sungguh untuk menemukan bakat-bakat dan minat-minat yang dimiliki oleh anak. Seolah-olah kita para orangtua lebih suka anak kita menjadi fotokopi orang lain, ketimbang dia tumbuh sebagai suatu pribadi yang utuh. Kalau anak-anak Amerika dengan shibghah (celupan) individualis liberalis dapat mengatakan : I want to be me ! Mengapa anak-anak kita, anak muslim tidak dapat mengatakan : Ana Abdullah ( Saya abdi Allah) ! Kalau kepribadian menentukan kreativitas, maka seorang muslim pada hakekatnya memiliki potensi kreatif lebih besar dibandingkan ummat-ummat lainnya. Karena kepribadian islam tiada tandingannya.

Menumbuhkan dan Mengembangkan Motivasi Kepribadian yang kuat biasanya memiliki motivasi yang kuat pula. Tapi karena kreatifitas itu dimulai dari suatu gagasan yang interaktif, maka dorongan dari luar juga diperlukan untuk memunculkan suatu gagasan. Dalam hal ini para orangtua banyak berperan. Dengan komunikasi dialogis dan kemampuan mendengar aktif maka anak akan merasa dipercaya, dihargai, diperhatikan, dikasihi, didengarkan, dimengerti, didukung, dilibatkan dan diterima segala kelemahan dan keterbatasannya. Dengan ini anak akan memiliki dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar mengemukakan gagasan-gagasannya. Selain komunikasi dialogis dan mendengar aktif, untuk memotivasi anak agar lebih kreatif, sudah seharusnya kita memberikan perhatian serius kepada aktifitas yang tengah dilakukan oleh anak kita. Seperti misalnya melakukan aktifitas bersama-sama mereka. Kalau kita biasa melakukan shoum dan shalat bersama anak-anak kita, mengapa untuk aktifitas yang lain kita tidak dapat melakukannya ? Bukanlah lebih mudah untuk mentransfer suatu kebiasaan yang sama ketimbang harus memulai suatu kebiasaan yang sama sekali baru ? Dengan demikian sesungguhnya seorang muslim memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadikan anak-anak mereka kreatif. Tinggallah sekarang bagaimana kita sebagai orangtua muslim senantiasa berusaha untuk memperkenalkan anak-anak kita dengan berbagai hal dan sesuatu yang baru untuk memenuhi aspek kognitif mereka. Agar mereka lebih terdorong lagi untuk berpikir dan berbuat secara kreatif. Suatu hal yang perlu dicatat dalam memotivasi anak agar kreatif, lakukanlah serekreatif mungkin dan hindarilah kesan-kesan rekonstruktif.

Mensistimatisir Proses Pembentukan Anak Kreatif Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam pembentukan anak kreatif adalah : Pertama : Persiapan waktu, tempat, fasilitas dan bahan yang memadai. Mengenai waktu dapat berkisar antara 5- 30 menit setiap hari, sangat tergantung pada bentuk kreatifitas apa yang hendak dikembangkan. Begitu pula halnya dengan tempat, ada yang memerlukan tempat yang khusus dan ada pula yang dapat dilakukan di mana saja. Fasilitas tidak harus selalu canggih, tergantung sasaran apa yang hendak dicapai. Bahan pun tidak harus selalu baru, lebih sering justru menggunakan bahan-bahan sisa atau bekas. Kedua : Mengatur selang seling kegiatan. Kegiatan diatur sedemikian rupa agar dalam melakukan aktifitas tersebut anak-anak terkadang melakukan aktivitas secara individual, tetapi adakalanya juga melakukan aktifitas secara kelompok. Terkadang anak-anak melakukan aktivitas secara kompetitif, terkadang juga secara kooperatif . Ketiga : Menyediakan satu sudut khusus untuk anak dalam melakukan aktifitas Kita dapat menyediakan satu sudut di rumah untuk menghamparkan sajadah dan kemudian shalat diatasnya. Mengapa kita tidak dapat menyediakan sudut khusus untuk kreatifitas anak-anak kita ? Keempat : Memelihara iklim kreatifitas agar tetap terpelihara Caranya dengan mengoptimalkan point-point yang telah disebutkan pada kunci no 2 untuk mempertahankan kreatifitas anak.

Mengevaluasi Hasil Kreativitas Selama ini kita sering terjebak untuk menilai kreatifitas melalui hasil atau produk kreatifita. Padahal sesunggunya proses itu lebih penting ketimbang hasilnya. Pentingnya penilaian kita terhadap proses kreatifitas, bukan berarti kita tidak boleh menilai hasil kreatifitas itu sendiri. Penilaian tetap dilakukan, hanya saja ada satu hal yang harus kita perhatikan dalam menilai. Hendaknya kita menilai hasil kreatifitas tersebut dengan menggunakan perspektif anak dan bukan menggunakan perspektif kita sebagai orang tua. Kalau kita mendapati seorang anak berusia 3 tahun dan kemudian dia dapat menyebutkan angka dari 1 sampai 10 apakah kita akan mengatakan, “Ah, kalau cuma kaya’ begitu saya bisa !” Tentu saja satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam mengevaluasi prosos dan hasil kreatifitas adalah “Open Mind” atau dengan “Pikiran yang terbuka”. Apalagi anak seringkali mengemukakan gagasannya atau menelurkan suatu hasil kreatifitas yang tidak lazim. Setiap kali kita mengevaluasi hasil tersebut, kita harus selalu memberikan dukungan dan juga penguatan. Dan begitu juga sebaliknya, jauhi celaan dan hukuman … agar anak kita tetap kreatif.

Disiplin

Melatih Disiplin pada Anak Sebagai orang tua, sering kita ingin anak kita disiplin, seperti disiplin untuk belajar, beribadah, dan sebagainya. Tanpa disuruh, si anak bersedia dan mau melakukan hal-hal tersebut. Dan bagaimana kita melatih disiplin pada anak, mungkin di tulisan berikut ini bisa berguna. Melatih disiplin pada anak sebenarnya berkaitan erat dengan bagaimana orang tua merespon perilaku si anak dan hal itu akan membentuk tingkah laku si anak nantinya. Yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mengajar atau mendidik si anak agar mengerti konsep baik dalam tingkah laku dan melatih bertingkah laku baik. Untuk melatih bertingkah laku baik itu, kita sebagai orang tua harus dimulai dengan sabar dan orang tua sebaiknya mempunyai beberapa aturan. Ada beberapa tips berikut, yg mungkin berguna buat kita-kita juga. antara lain: 1.Mencegah dan Menghindari Masalah Cobalah menghindarkan dan mencegah sesuatu yang nantinya dapat menimbulkan kesalahan perilaku yang tidak kita inginkan, seperti menyuruh cepat tidur ketika waktu tidur malam telah tiba, menyuruh buang air kecil dulu sebelum tidur agar tidak mengompol, menyuruh makan ketika lewat jam makannya.

2.Berikan Contoh yang Baik dan sikap positif Ketika anak berbuat hal yang membuat kita marah, sebaiknya kita memberikan pengertian yang dapat mereka terima tanpa harus menggunakan tangan atau fisik.

3.Atur Batasan Memberikan batasan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan selain bermanfaat bagi orang tua juga akan berguna bagi anak karena mereka akan nyaman di setiap aktivitas yang dia lakukan. Adakalanya memberikan aturan batasan yang memaksa seperti tidak perlu, seberapa penting atau berbahaya sesuatu masalah itu tergantung dari diri kita sendiri, seperti anak yang berumur satu tahun menarik-narik buku dari rak buku, atau anak yang berumur 2 tahun lupa mengucapkan kata “tolong” ketika dia meminta. Selain itu dengan kesabaran dan bimbingan orang tua, anak akan belajar membedakan sesuatu yang salah dan benar.

4.Tentukan Harapan Kita dalam Perilaku Anak Coba untuk tentukan apa yang kita harapkan dalam peningkatan perilaku anak seiring dengan pertumbuhan anak, seperti anak umur 1.5-2 tahun sudah mengenal kata “tolong” jika dia meminta sesuatu, dan sebagainya.

5.Memilih Kata Anak kecil lebih menyukai dan mengerti pesan yang singkat, seperti jangan lompat, sakit kalau jatuh, pedas, dan sebagainya. Sehingga didalam menyampaikan pesan kepada anak adalah menggunakan sedikit mungkin kata-kata.

6.Selalu Konsisten Ketika kita membuat aturan, konsisten didalam menjalankan aturan tersebut. Sikap yang tidak konsisten dapat membuat anak menjadi bingung untuk belajar berperilaku. Tetapi jika terpaksa kita tidak dapat konsisten, jelaskan kepada mereka mengapa ada perubahan itu dan hanya terjadi pada hal-hal tertentu.

7.Bersikap Tegas Jika kita terlalu lunak atau selalu mengalah, anak akan suka membantah kita. Dia akan menemukan ’sesuatu’ untuk mendapatkan respon apa yang dia inginkan. Lebih baik kita menunjukkan ketegasan kita kepada anak, karena jika kita tidak menekankan batasan yang boleh dia lakukan, maka kita merampas anak untuk mengerti bagaimana dia untuk bertingkah laku yang baik.

8.Bersikap Tenang Pesan akan lebih mudah diterima oleh anak ketika kita memberikan pengertian, pesan kepada anak dengan santai, sikap yang rasional. Membentak dapat menurunkan mental anak dan anak akan meniru, jika terlalu diam, anak akan menganggap apa yang dilakukan adalah benar dan akan dilakukan hal serupa lagi.

Kapan Mulai Mendidik Anak?

Dalam Islam, kita mengenal konsep pendidikan seumur hidup yang terangkum dalam kalimat “minal mahdi ilal lahdi”, dari buaian hingga liang kubur. Konsep long life education ini melibatkan banyak unsur pembentuk kepribadian manusia dari sejak dia terlahir hingga akhirnya meninggal dunia. Di antara unsur-unsur tersebut adalah: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan teman. Jika dilihat dari beberapa unsur tersebut, kita bisa melihat dengan jelas, orangtua merupakan unsur terdekat yang akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang anak.

Rasulullah Saw mengingatkan peran penting orangtua ini dengan sabdanya:
“Setiap anak dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, hanya kedua orang tuanyalah yang akan membuat dirinya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang Majusi.” (HR Bukhari, Ibnu Hibban, dan Baihaqi) Tentunya hadits ini tidak dipahami bahwa orangtua sebagai suatu unsur tunggal sebagai penentu masa depan anak. Tapi, harus disadari bahwa orangtua mempunyai peran yang sangat penting bagi masa depannya. Hal ini juga disinggung dalam sebuah peribahasa “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Keterlibatan peran orangtua bisa bersifat genetik dan non-genetik. Secara genetik, beberapa sifat yang dipunyai anak cenderung diperoleh dari sifat-sifat orangtuanya. Tapi, secara non genetik beberapa perilaku anak dipengaruhi oleh sikap orangtua. Di sinilah orangtua menjadi unsur yang sangat penting bagi pendidikan anak.

Sampai pada titik ini, kita diingatkan untuk memperhatikan dua hal penting: pertama, pendidikan sebagai suatu proses seumur hidup, dan kedua, peran sentral orangtua dalam membentuk kepribadian anak.

Lalu, kapan waktu yang tepat bagi orangtua memaksimalkan perannya dalam mendidik anak? Inilah pertanyaan yang menjadi tema pembahasan kita kali ini. Mungkin sebagian orang akan berpendapat bahwa sejak lahir anak sudah harus mendapatkan pendidikan yang baik. Atau, bahkan ada yang menyatakan bahwa sejak dari dalam kandungan, anak harus mendapatkan perhatian penuh sebagai bagian dari awal pendidikan pra-natal (sebelum kelahiran) yang mesti diterimanya.

Sekarang, cobalah tanyakan pada diri Anda sendiri, “Sudahkah saya secara total mempersiapkan diri menjadi orangtua? Adakah di dalam hati saya siap menerima amanat Allah ketika pada suatu saat nanti dipercaya menjadi orangtua dengan lahirnya seorang anak? Bagaimana saya harus bersiap diri?”

Dalam beberapa hal, keinginan menikah didasarkan pada harapan tentang hadirnya momongan yang mewarnai kehidupan rumah tangga. Hal tersebut berarti banyak pasangan yang sejak dini merasa suatu saat akan menjadi orangtua bagi putra-putrinya kelak. Bahkan, keinginan memiliki momongan tersebut diingatkan lagi oleh doa yang diajarkan Rasulullah Saw bagi pasangan suami istri yang hendak melakukan hubungan intim.

“Manakala seseorang dii antara kalian sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan: Bismillahi Allahumma jannibna as-syaithan. Wa jannibis syaithana ma razaqtana. (Dengan nama Allah, Ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan setan dan hindarkan pula anak yang Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan setan), kemudian dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya setan tidak akan dapat mengganggunya.’ (Muttafaq Alaih)

Doa ini mengajarkan bahwa dasar dari pemenuhan kebutuhan biologis sifatnya adalah rabbani, bukan setani. Diharapkan janin yang dihasilkan dari hubungan tersebut memiliki sifat-sifat rabbaniyah dan dijauhkan dari sifat-sifat syaitaniyah. Kesadaran seperti ini dibangkitkan kembali bagi setiap calon orangtua yang melakukan hubungan suami-istri. Ini adalah salah satu bentuk pendidikan awal bagi anak yang diajarkan oleh Rasulullah, bahkan jauh sebelum kita mengetahui adanya janin dalam kantung rahim.

Tunggu dulu, ini belum selesai.
Harus disadari, seorang pendidik yang terbaik adalah dia yang mampu menjadi tauladan bagi lainnya. Orangtua yang terbaik adalah mereka yang bisa menjadikan diri sebagai panutan yang baik bagi anak-anaknya. Bagaimana caranya para orangtua menjadi tauladan bagi anak-anak? Apakah mereka terlebih dulu harus nikah, punya anak, baru kemudian berusaha sekuat tenaga dengan segala daya upaya menjadi orangtua teladan yang baik?

Hhmmm, rasanya kok masih jauh, ya. Terutama, mereka para pemuda dan pemudi yang masih belum punya calon istri atau suami. Mungkin, sebagian berfikir, “Entar aja deh, kalau sudah menikah!”, “Nanti saja, kalau sudah jelas ada janin dalam kandungan!”, atau “Tunggu sampai si jabang bayi brojol keluar dengan selamat!”

Sebenarnya, tidak perlu menunggu selama itu untuk menjadi orangtua yang baik dan memberikan pendidikan terbaik bagi sang anak. Anda bisa melakukannya saat ini. Kalau Anda menginginkan seorang anak yang patuh dan berbudi luhur kepada orangtua, maka cobalah sekarang Anda melakukannya kepada orangtua Anda. Kalau Anda menginginkan anak yang taat beragama dan Muslim yang baik, maka jadikanlah diri Anda seorang Muslim yang baik. Demikian seterusnya. Perbaikan diri secara total akan memperbaiki masa depan anak-anak Anda nantinya.