er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Motorik Anak Usia 3 sampai 5 tahun


keterampilan motorik anak Usia 3-4 tahun

Motorik kasar:

1.Mengambil benda kecil diatas nampan tanpa menjatuhkan
2.Menangkap bola besar dengan tangan lurus kedepan
3.Memanfaatkan bahu dan siku pada sat melempar bola hingga 3 meter
4.Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik
5.Berdiri dengan kedua tumit dirapatkandan tangan disamping , tanpa kehilangan keseimbangan
6.Berjalan menyusuri papan dengan menempatkan satu kaki di depan kai yang lain
7.melompat sejauh 1 meter atau lebih dari posisi berdiri semula
8.melompat dengan satu kaki
9.Mengendarai sepeda roda tiga dengan melalui tikungan yang lebar


Motorik Halus

1.menggunting ketas menjadi dua bagian
2.menggambar linkaran tetapi masih belum teratur
3.Jika di beri gambar kepala dan badan manusia yang belum lengkap, anak akn mampu menambahkan paling tidak 2 bagian tubuh.
4.mencuci dan mengelap tangan sendiri
5.mengaduk cairan dengan menggunakan sendok
6.menuang air dari teko kecilke gelas /cangkir tanpa tumpah
7.membawa sesuatu menggunakan penjepit
8.memegang sendok garpu dengan cara menggenggam
9.membuka kancing baju dan melepas ikatan tali sepatu.

Keterampilan motorik anak USIA 4-5 tahun

Motorik kasar

1.Menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut
2.berdiri jinjit dengna tangan di pinggang
3.mengayuh satu kai ke depanatau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan.
4.berjalan pada garis yang sudah dibuat
5.Melompat dengan satu kaki secara bergantian: salah satu kaki kedepan dan kaki lainnya ke belakang atau sebaliknya atau melompat, lalu bertumpu pada salah satu kai selama 3 detik dan sebalinya secara bergantian
6.berlari langsung menendang bola
7.melambungkan bola tennis dengan satu tangan lau menangkapnya dengan dua tangan


Motorik Halus

1.memasukan surat keamplop
2.membentuk berbagai obyek dengan tanah liat atau lilin malam
3.mencuci tangan dan mengeringkannyatanpa bantuan.
4.mencuci wajah dan mengeringkannya tanpa bantuan dan tanpa membasahi baju
5.memasukan ke lubang jarum
6.berlari langsung menendang bola


Mengajar anak membaca, menulis, dan mengeja




Anak-anak tingkat akhir sekolah dasar yang masih kesulitan membaca perlu diberikan terapi sesuai kasusnya. Ada banyak opsi terapi yang bisa dipilih. Oh ya, mereka juga perlu sering dilatih melakukan gerakan silang untuk menguatkan integrasi otak kiri dan otak kanan, misalnya lewat permainan tenis, berenang dengan berbagai gaya, atau mendaki gunung. Sebagai catatan, semua terapi ini jangan dijalankan dalam suasana persaingan, sebab stres mengganggu pembentukan jalur syaraf. Setelah itu, mereka harus dilatih ulang membaca fonik dengan otak kiri.Anak-anak tingkat akhir sekolah dasar yang masih kesulitan membaca perlu diberikan terapi sesuai kasusnya. Ada banyak opsi terapi yang bisa dipilih. Oh ya, mereka juga perlu sering dilatih melakukan gerakan silang untuk menguatkan integrasi otak kiri dan otak kanan, misalnya lewat permainan tenis, berenang dengan berbagai gaya, atau mendaki gunung. Sebagai catatan, semua terapi ini jangan dijalankan dalam suasana persaingan, sebab stres mengganggu pembentukan jalur syaraf. Setelah itu, mereka harus dilatih ulang membaca fonik dengan otak kiri.

Sekolah dan orangtua berperan besar dalam mendukung proses belajar anak lewat penyediaan makanan yang bergizi, buah dan sayuran segar, dengan menghindari minyak yang setengah terhidrogenisasi dan lemak trans. Tidur yang cukup – yang berarti bertambahnya persentase rapid eye movement (REM) – akan membantu anak mencerna pelajaran yang ia terima di hari sebelumnya. Yang tak kalah pentingnya adalah cinta kasih tanpa syarat. Anak yang merasakan cinta kasih ini akan bertumbuh kembang lebih optimal, termasuk kemampuan akademisnya.

Pembatasan ketat terhadap kegiatan menonton (televisi, video, games komputer), bahkan meniadakannya sama sekali di hari-hari sekolah, akan membebaskan pikiran anak untuk berpikir. Jika tidak, tontonan elektronik itu akan membombardir otak anak dengan rentetan gambar yang menginterupsi proses berpikir. Irama yang teratur dan rutin dalam pola makan dan tidur serta kegiatan sehari-hari akan mendukung sistem syaraf yang rileks dan anak pun lebih siap belajar.

Sekali lagi, anak tidak dapat belajar dengan baik, jaringan syaraf pun tak berkembang sempurna, jika anak stres. Memaksa mereka menulis, membaca, dan mengeja, atau memberi mereka tes-tes “standar” terlalu dini (tidak sesuai dengan tahap perkembangannya) akan menciptakan perilaku bermasalah dan problem-problem belajar, terutama pada anak laki-laki. Mereka bisa benci sekolah, juga benci belajar.


Tahun pertama sekolah dasar adalah waktu untuk memperkenalkan berbagai gambar bentuk. Anak-anak belajar dan membuat huruf-huruf yang dijadikan gambar. Mereka berlatih tulis bersambung (kursif), setiap huruf ditulis berulang kali (misalnya, bentuk kursif “c” disambung seperti ombak lautan).


Satu atau dua tahun kemudian, saat anak sudah mahir berdiri di satu kaki dengan mata tertutup, menebak huruf atau angka yang ditulis di punggungnya, lompat tali maju mundur, dan melakukan gerakan silang – artinya, otak kanan dan otak kiri telah sama-sama berkembang dan saling terhubung – pelajaran formal untuk membaca, mengeja, dan menulis sudah bisa dimulai.

Sudah waktunya untuk menyingkirkan meja-meja dari kelompok bermain dan taman kanak-kanak. KB/TK perlu mengisi kurikulumnya dengan permainan yang melatih integrasi syaraf, keterampilan motorik halus, kemampuan motorik visual, keseimbangan, kekuatan otot, proprioseptif, selain perkembangan sosial dan emosional anak. Kegiatan seperti drama, memanjat, berlari, melompat, engklek (loncat dengan satu kaki), lompat tali, jalan keseimbangan, menyanyi, kejar-tangkap, melukis, mewarnai, bermain tepuk tangan irama, merangkai manik-manik, merajut, serta keterampilan hidup sehari-hari akan menyiapkan pikiran mereka untuk belajar. Anak-anak butuh semua gerakan yang sehat, harmonis, ritmis, dan tak kompetitif ini untuk mengembangkan otak mereka. Sebab gerakan tubuh itulah, bersama-sama dengan kecintaan mereka pada proses belajar, yang menciptakan jalur-jalur syaraf di otak mereka, agar mereka bisa membaca, menulis, mengeja, berhitung matematis, dan berpikir kreatif.


Anak Belajar Mengambil Keputusan



Bagaimana menolong anak belajar mengambil keputusan?

Mengambil keputusan adalah sesuatu yang harus kita hadapi setiap hari. Sejak bangun tidur, sampai tidur lagi, melibatkan pilihan-pilihan yang membuat kita harus mengambil keputusan. Tak ayal lagi mengambil keputusan adalah salah satu ketrampilan hidup yang perlu dimiliki, dilatih dan dikuasai oleh setiap orang

Bagaimana menolong anak belajar mengambil keputusan?

Mengambil keputusan adalah sesuatu yang harus kita hadapi setiap hari. Sejak bangun tidur, sampai tidur lagi, melibatkan pilihan-pilihan yang membuat kita harus mengambil keputusan. Tak ayal lagi mengambil keputusan adalah salah satu ketrampilan hidup yang perlu dimiliki, dilatih dan dikuasai oleh setiap orang.

Mengambil keputusan bukan monopoli orang dewasa. Sejak kecil pun anak bisa dilatih untuk mengambil keputusan sendiri. Mulai dari minum memakai gelas merah atau biru, pergi ke mall dengan teman atau istirahat di rumah, mengikuti kursus karate atau musik, sampai memilih perguruan tinggi dengan jurusan yang diminati.

Salah satu cara untuk menolong anak kita menjalani kehidupan yang bahagia, sukses dan bermanfaat bagi orang lain adalah mengajar mereka untuk membuat keputusan yang baik dan membiarkan mereka membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.

Dalam pendidikan berbasis rumah, anak (dan juga orangtua) memiliki banyak kesempatan dan juga tuntutan untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.

Bagaimana kita menolong mereka untuk mengambil keputusan?

1.Ajak mereka untuk mengenali dan mendefinisikan masalahnya.
2.Minta mereka untuk mendefinisikan keinginan mereka dengan spesifik.
3.Minta mereka membuat daftar apa yang mereka miliki untuk mendukung keinginan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah kekuatan mereka, ketrampilan mereka, dana, bakat, atau fasilitas yang ada di sekitar.
4.Minta mereka mengambil waktu sejenak dan menuliskan pilihan-pilihan atau kemungkinan-kemungkinan yang ada.
5.Minta mereka mengumpulkan informasi untuk setiap pilihan-pilihan yang ada. Apa keuntungan dan kerugiannya, apa kelebihan dan kekurangannya.
6.Ajak mereka untuk mengevaluasi dan membandingkan setiap pilihan. Mana yang paling baik? Mana yang paling menunjang cita-cita dan nilai-nilai hidup yang dipegang oleh anda dan keluarga? Mana yang mempunyai efek jangka panjang yang paling baik?
7.Biarkan mereka mengambil keputusan. Ucapkan selamat bahwa mereka sudah mengambil keputusan berdasarkan informasi-informasi yang ada dan pertimbangan yang baik. Pilihan mereka mungkin tidak seratus persen seperti yang Anda inginkan. Tapi berilah kesempatan kepada mereka untuk belajar membuat keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.
8.Minta mereka membuat rencana untuk melaksanakan apa yang sudah diputuskan. Proses pembuatan keputusan belum berakhir sampai ada rencana untuk melaksanakannya, dan kemudian….bergerak untuk melaksanakannya!



Belajar dari Kenakalan Anak



Thomas Armstrong, pakar Multiple Intelligences, menyatakan ada dua cara sederhana yang dapat kita gunakan untuk mengenali jenis-jenis kecerdasan anak-anak. Pendapat Thomas Armstrong itu ditujukan buat para guru, tapi dapat juga kita aplikasikan di luar kelas.

Salah satu cara yang baik untuk mengenali kecerdasan yang paling berkembang dari anak-anak adalah dengan mengamati "kenakalan" mereka di kelas. Kenakalan anak adalah semacam "seruan pemberontakan" terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena anak-anak itu menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajar alamiah mereka, mereka berteriak minta tolong. Dan cara anak-anak mengekspresikan permintaan tolong itu adalah dengan melakukan hal-hal yang dianggap orang dewasa sebagai kenakalan.

Kalau diamati, ternyata kenakalan anak-anak itu berbeda-beda ekspresinya. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik biasanya sering membuat celetukan dan canda kata-kata. Anak yang memiliki kecerdasan spasial akan mencoret-coret. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal akan mengobrol dengan teman-temannya. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan kinestetis-jasmani tidak bisa duduk diam dan terus bermain kejar-kejaran bersama temannya.

Indikator pengamatan lain yang sederhana dan dapat digunakan adalah mengamati cara anak-anak menggunakan waktu luang mereka. Pada saat jadwal anak tidak diatur secara eksternal oleh orang lain, anak-anak dapat tampil alamiah dan apa adanya. Mereka bebas memilih kegiatan apa saja yang disukainya. Oleh karena itu, aktivitas mereka menunjukkan bagaimana cara mereka belajar (learning style) dan jenis-jenis kecerdasan yang menonjol pada diri mereka.

Tentu saja pengamatan ini sangat sederhana. Tapi yang sederhana ini dapat kita terapkan di rumah pada anak-anak di rumah. Walaupun kita bukan ahli psikologi, setidaknya, kita dapat belajar semakin mengenal anak-anak kita. Dengan demikian, kita dapat lebih efektif saat memfasilitasi tumbuh-kembang anak-anak kita.


Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.

Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :

a).Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b) Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c). Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 – 8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental.

Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :

a).Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b).Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
c).Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d).Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
e).Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.

Belajar Membaca melalui Sensasi

Pada bayi, informasi diterima melalui seluruh inderanya. Dan pendengaran menjadi indera yang pertama kali menyerap informasi. Bahkan sejak dalam kandungan fungsi pendengaran pada bayi sudah bekerja. Setelah itu baru indera perasa, penciuman, penglihatan dan pengecap.

Informasi yang diterima oleh indera disebut dengan sensasi. Berbagai informasi yang diterima oleh kelima indera menjadi bank data 'sensasi' yang kemudian disimpan di memorinya. Suara ibu berbicara, pelukan ayah, senyum di wajah ibu, bau badan ayahnya dll, merupakan stimulus pada bayi. Seiiring dengan terkumpulnya banyak sensasi, bayi mulai membentuk persepsi dari sensasi yang ia dapat. Saat ibu memeluk dan berkata 'sayang' maka bayi akan membentuk persepsi 'disayang'. Dan kata 'sayang' yang terucap adalah merupakan penamaan/labeling yang juga akan dimengerti oleh bayi.

Dalam belajar membaca, cara kerja kognitif anak sama seperti penjelasan di atas. Yang ditangkap pertama kali oleh anak adalah sensasinya. Misalnya kata minum, sensasinya terjadi saat cairan masuk mulut, dan kemudian ada suara yang mengatakan, bahwa itu disebut “minum'. Di lain waktu ia ditunjukkan tulisan 'minum', sensasi pada tulisan yang dilihat itu dan suara yang mengiringinya membuat ia mengenal simbol yang membentuk kata 'minum'. Di lain waktu saat ia minum air dan bersamaan dengan itu ditunjukkan tulisan “minum', memori asosiatif anak bekerja, bahwa apa yang ia lakukan dan apa yang ia lihat berarti sama, yaitu 'minum'.

Proses kerja kognitif seperti inilah yang menyebabkan pengajaran ABC secara tunggal untuk mengajarkan anak membaca kurang efektif. Karena anak tidak mengenal sensasi huruf ABC secara sendiri-sendiri. Yang lebih dikenal anak adalah kata-kata yang sering diucapkan oleh orang-orang sekitarnya, seperti makan, minum, piring, gelas, baju, celana, dan lain-lain.

Itu sebabnya, salah satu cara belajar membaca yang efektif adalah menggunakan metode flashcard. Selain menunjukkan kartu kepada anak, akan lebih efektif lagi jika flascard yang digunakan ditempelkan pada atributnya. Misalnya kata 'pintu' ditempelkan pada setiap pintu di rumah, 'lemari' ditempelkan pada lemari buku atau lemari baju, 'gelas' atau 'piring' pada peralatan makan anak. Dengan demikian, anak dapat mengenal bentuk tulisan dan cara membacanya. Dan…jangan heran jika sewaktu-waktu Anda mendengar anak Anda membaca headline di surat kabar yang Anda baca