Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
a).Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b) Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c). Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 – 8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental.
Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :
a).Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
b).Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
c).Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d).Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
e).Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.
Pada bayi, informasi diterima melalui seluruh inderanya. Dan pendengaran menjadi indera yang pertama kali menyerap informasi. Bahkan sejak dalam kandungan fungsi pendengaran pada bayi sudah bekerja. Setelah itu baru indera perasa, penciuman, penglihatan dan pengecap.
Informasi yang diterima oleh indera disebut dengan sensasi. Berbagai informasi yang diterima oleh kelima indera menjadi bank data 'sensasi' yang kemudian disimpan di memorinya. Suara ibu berbicara, pelukan ayah, senyum di wajah ibu, bau badan ayahnya dll, merupakan stimulus pada bayi. Seiiring dengan terkumpulnya banyak sensasi, bayi mulai membentuk persepsi dari sensasi yang ia dapat. Saat ibu memeluk dan berkata 'sayang' maka bayi akan membentuk persepsi 'disayang'. Dan kata 'sayang' yang terucap adalah merupakan penamaan/labeling yang juga akan dimengerti oleh bayi.
Dalam belajar membaca, cara kerja kognitif anak sama seperti penjelasan di atas. Yang ditangkap pertama kali oleh anak adalah sensasinya. Misalnya kata minum, sensasinya terjadi saat cairan masuk mulut, dan kemudian ada suara yang mengatakan, bahwa itu disebut “minum'. Di lain waktu ia ditunjukkan tulisan 'minum', sensasi pada tulisan yang dilihat itu dan suara yang mengiringinya membuat ia mengenal simbol yang membentuk kata 'minum'. Di lain waktu saat ia minum air dan bersamaan dengan itu ditunjukkan tulisan “minum', memori asosiatif anak bekerja, bahwa apa yang ia lakukan dan apa yang ia lihat berarti sama, yaitu 'minum'.
Proses kerja kognitif seperti inilah yang menyebabkan pengajaran ABC secara tunggal untuk mengajarkan anak membaca kurang efektif. Karena anak tidak mengenal sensasi huruf ABC secara sendiri-sendiri. Yang lebih dikenal anak adalah kata-kata yang sering diucapkan oleh orang-orang sekitarnya, seperti makan, minum, piring, gelas, baju, celana, dan lain-lain.
Itu sebabnya, salah satu cara belajar membaca yang efektif adalah menggunakan metode flashcard. Selain menunjukkan kartu kepada anak, akan lebih efektif lagi jika flascard yang digunakan ditempelkan pada atributnya. Misalnya kata 'pintu' ditempelkan pada setiap pintu di rumah, 'lemari' ditempelkan pada lemari buku atau lemari baju, 'gelas' atau 'piring' pada peralatan makan anak. Dengan demikian, anak dapat mengenal bentuk tulisan dan cara membacanya. Dan…jangan heran jika sewaktu-waktu Anda mendengar anak Anda membaca headline di surat kabar yang Anda baca