Hampir setiap saat kita mendengar kata ‘harga diri’, ‘kepercayaan diri’ dan kata-kata sejenisnya, tapi apakah kita memahami benar pentingnya sebuah ‘harga diri’ bagi kehidupan anak kita di masa yang akan datang? Apakah dengan memiliki harga diri ini mereka bisa berbahagia?Dalam kehidupan, kita sering kali melihat orang-orang yang selalu merasa ‘kurang’, kurang cantik, kurang kaya, dan sebagainya, sehingga mereka tidak merasa bahagia, karena merasa tidak sekaya si-A, atau tidak seberuntung si-B, itulah gambaran orang-orang yang memiliki harga diri rendah, sehingga mereka selalu membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitanya supaya dia merasa lebih baik atas dirinya sendiri. Sedangkan orang dengan harga diri tinggi, dalam situasi yang sama akan belajar untuk melewati masalahnya, dan berjuang untuk meningkatkan nilai tambah dalam dirinya.
Orang yang memiliki harga diri, cenderung lebih dapat menerima hal baru, lebih cepat pulih dalam menghadapi krisis, dan tidak takut mengambil resiko. Mereka tidak menghabiskan waktunya untuk ketakutan sambil memikirkan satu masalah terus menerus. Mereka cenderung lebih fleksibel dan memiliki keyakinan untuk mengambil tindakan dalam mengatasi masalah yang timbul. Dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi, dan mudah bersosialisasi.
Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa anak yang memiliki harga diri akan lebih bahagia, mudah beradaptasi, kreatif, lebih percaya diri dan ulet. Dan sebagai orangtua tentunya kita menginginkan anak kita tumbuh menjadi orang yang memiliki harga diri kan? Karena itu jangan pernah berhenti memberikan dorongan positif dan dukungan kepada anak kita , karena sikap anda sebagai orang tua merupakan faktor terpenting dalam menciptakan rasa percaya diri dan harga diri anak. Perlakuan orang tua selama masa pertumbuhan anak akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan mereka selanjutnya.
Anak kita sudah masuk kelas nol besar di TK. Sedikitnya, 25 persen waktunya berada di luar rumah bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Dan berada di bawah pengawasan guru-gurunya. Namun sebagian besar atau sekitar 75 persen waktu anak masih bersama orang tuanya. Oleh karena itu anak tetap berada di bawah tanggung jawab penuh orang tua. Peran orang tua, terutama ibu, tetap sangat penting dalam usia ini
Membangun Karakter
Ciri khas dari anak usia lima tahun adalah bahwa dia berfikir pendek dan spontan. Dia tidak paham konsekuensi jangka panjang atas apa yang dilakukan. Dia juga sulit menyikapi pandangan yang berbeda sehingga hal ini akan terkesan sedikit keras kepala.
Di sisi lain seperti dikatakan Lesia Oesterreich, seorang spesialis anak dari Universitas Iowa Amerika, anak usia lima tahun memiliki karakter yang lebih sensitif pada kebutuhan dan perasaan orang lain di sekitarnya. Mereka tidak merasa sulit untuk antri dan berbagi mainan dengan teman-temannya.
Membaca
Membaca buku juga bisa dimulai dari usia ini. Walaupun tahap kemampuan anak untuk membaca tidak sama; namun pelajaran membaca sudah bisa dicoba dimulai dengan cara yang santai, kreatif dan tidak menekan anak.
Jangan lupa pakailah buku anak-anak Islami. Terutama kisah para Nabi dan tokoh-tokoh Islam lain di masa lalu dan sekarang. Buku anak-anak lain yang mendidik tentu tidak apa-apa jadi bahan bacaan, asal tidak melebihi porsi buku-buku Islami. Pentingnya membaca mendapat penekanan khusus dalam Al Quran sebagai kunci menuju keilmuan (QS Al Alaq 96:1-5).
Menanamkan Disiplin
Disiplin harus dimulai dari usia ini. Menanamkan disiplin artinya memberi hukuman atas kesalahan yang dilakukan anak. Disiplin bertujuan agar supaya anak tahu bahawa apa yang dilakukan itu tidak baik.
Seperti disinggung di muka, anak usia 5 tahun berfikir pendek. Oleh karena itu, orang tua harus menyadari bahwa satu kali penanaman disiplin untuk suatu kesalahan tidaklah cukup. Anak mungkin akan mengulangi kesalahan yang sama beberapa kali setelah itu. Orang tua tidak perlu terkejut atau putus asa. Yang terpenting adalah bahwa anak sudah mengambil pelajaran setiap kali menerima hukuman atas kesalahanannya. Pastikan orang tua tetap konsisten memberi sangsi disiplin setiap kali anak melakukan kesalahan. Baik kesalahan yang sama maupun kesalahan baru. Dan yang tak kalah penting, pastikan anak menerima pujian atau penghargaan setiap kali melakukan suatu hal yang baik. Apresiasi atau pujian pada anak usia ini antara lain berupa ucapan terima kasih sambil menyebutkan perbuatan baik apa yang telah dilakukan si anak. Misalnya, “Kamu telah merapikan mainanmu. Terima kasih.”.
Jangan lupa, hukuman pada anak jangan sampai yang bersifat fisikal, seperti memukul, menampar, mencubit, dsb. Hukuman fisik seperti itu akan sangat berbahaya bagi mental dan perilaku anak di kemudian hari. Hukuman disiplin hendaknya yang bersifat non-fisikal, seperti dikurung dalam kamar selama 5 menit, dsb.
Kasih Sayang
Menanamkan disiplin sejak dini yang tegas pada anak harus juga dibarengi dengan ekspresi kasih sayang yang juga jelas. Baik dalam bentuk ekspresi perilaku maupun kata-kata. Sehingga tidak menimbulkan kesan pada anak bahwa orang tua benci padanya.
Singkatnya, orang tua harus bisa berperan dan tahu kapan waktunya untuk memerankan diri sebagai sahabat, guru, pembimbing, dan sebagai orang tua bagi si anak.
Umumnya, pada usia 4 tahun ini si kecil baru mulai masuk TK (Taman Kanak-kanak). Baik TK yang biasa atau TK Al Quran yang dikenal dengan TKA (Taman Kanak-kanak Al Quran) atau TPQ (Taman Pendidikan Al Quran). Itu artinya, sebagian tanggung jawab pendidikan anak terlimpahkan pada para guru TK tersebut. Namun demikian, adalah salah besar apabila orang tua menyerahkan pendidikan anak 100% pada lembaga pendidikan. Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam proses pembangunan kepribadian (character building).
Berikut beberapa tips untuk menstimulasi kemampuan intelektual dan sosial anak usia 4 tahun.
Pertama, bacakan buku, khususnya buku Islam untuk anak-anak, setiap hari dan dorong mereka untuk melihat bukunya sendiri. Beri bahan bacaan alternatif dari iklan koran, kotak susu, dan lain-lain. Dorong mereka bercerita pada yang lebih muda.
Kedua, ajarkan akhlak atau etika bersosial yang baik menurut Islam. Saat dia merebut mainan temannya, ingatkan untuk meminjam secara baik-baik. Saat temannya berbagi mainan, ajarkan untuk berterima kasih. Saat dia melakukan kesalahan, ajarkan untuk meminta maaf. Ketiga konsep ini tidak saja harus diajarkan, tapi juga mesti dicontohkan oleh kedua orang tua. Bagaimanapun, keteladanan orang tua adalah guru terbaik bagi si kecil. Al Quran berulang kali menekankan betapa pentingnya keteladanan dalam menuju suksesnya pendidikan akhlak (QS 33:21; Al Mumtahanah 60:4, 6). Apa yang ingin dilakukan oleh anak, hendaknya dilakukan juga oleh orang tua. Apa yang tidak ingin dilakukan anak, hendaknya orang tua tidak melakukannya juga.
Sebagai contoh, apabila sang ayah ingin anaknya tidak merokok, maka ia hendaknya juga tidak merokok; berhenti merokok apabila asalnya seorang perokok; atau setidak-tidaknya tidak merokok di depan anak-anaknya.
Ketiga, ajarkan kesadaran multikultural dan toleransi terhadap keragaman dan perbedaan. Baik keragaman adanya berbagai golongan dalam Islam maupun di luar Islam. Hal ini dapat dilakukan melalui representasi boneka, gambar dan buku. Seperti boneka orang-orang dari berbagai suku, bangsa dan agama. Gambar masjid, gereja, pagoda, dan buku-buku tentang perayaan masing-masing. Bagi seoang muslim, agama terbaik adalah Islam (QS Ali Imron 3:19). Pada waktu yang sama seorang muslim dituntut untuk mengakui dan mengapresiasi perbedaan pilihan (QS Al Hujurat 49:13). Toleransi dan menghormati perbedaan, dengan demikian, menjadi salah satu nilai pokok (core value) Islam.
Keempat, anak usia 4 tahun memiliki kebutuhan kuat untuk dianggap penting dan berharga. Pujilah pencapaian yang diraihnya, dan berikan hadiah berupa kesempatan untuk merasakan kebebasan dan kemandirian.
Yang tak kalah pentingnya, orang tua, terutama ibu, harus rajin mengasah kemampuan. Dengan cara banyak membaca bacaan seputar pendidikan anak dan berkonsultasi dengan ahlinya.afatih.wordpress.com
Tanpa terasa usia anak tersayang sudah mencapai 3 tahun. Kemampuan anak, baik fisikal, sosial maupun intelektual, juga sudah meningkat drastis. Namun pada saat yang sama, problema pun juga semakin bertambah. Apalagi, kalau anak laki-laki yang relatif lebih bandel dibanding anak perempuanHal penting bagi orang tua dalam pendidikan anak adalah hindari mempermalukan anak terutama di depan orang lain. Apalagi sampai menyebutnya sebagai anak nakal atau bodoh. Rasulullah sendiri selalu memperlakukan putrinya, Fatimah, dengan penuh kasih sayang. Beliau juga memperlakukan anak-anak lain dengan penuh respek. Pernah seorang Sahabat Nabi membawa putranya yang masih kecil ke masjid dalam suatu halaqah dengan Nabi. Nabi membawa dan mendudukkan anak tersebut di depan beliau.
Selain itu, tips berikut mungkin membantu orang tua meningkatkan daya kemampuan intelektual dan sosial anak usia 3 tahun.
Beri mereka buku untuk dibaca, dan bacakan buku yang sama pada mereka. Pastikan buku-buku Islami menjadi bacaan utama. Dorong anak untuk mengulang suatu cerita dan membahas ide-ide dan kejadian di dalamnya. Baca judul cerita, tunjukkan kata-kata penting pada halaman dan tanda-tanda jalan.
Ulangi bacaan doa-doa pendek yang biasa dibaca sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Seperti doa sebelum dan sesudah makan. Sebelum dan sesudah bangun tidur, dsb.
Sering-seringlah berbicara dengan anak; pakailah kalimat pendek, ajukan pertanyaan dan dengarkan.
Motivasi agar mereka suka membaca dan menulis dengan cara memberikan daftar belanja atau catatan lain. Beri mereka kertas, notebook kecil dan spidol.
Tambahkan informasi baru pada kata yang diucapkan anak. Apabila anak mengatakan “bola”, maka tambahkan, “Ya, bola berwarna kuning.”
Nyanyikan lagu sederhana yang dapat membantu anak mengenal nama-nama. Termasuk nama-nama salat lima waktu.
Minta anak membantu pekerjaan rumah seperti menaruh baju kotor di mesin cuci, sampah di tempat sampah, menyiram bunga, dsb.
Bermain sepakbola atau bola basket mini, tunjukkan pada mereka bagaimana cara menyepak dan memasukkan bola basket ke tempatnya.
Motivasi mereka untuk menggambar. Jangan ditanya menggambar apa. Anak usia 3 tahun hanya tertarik pada proses menggambar, bukan apa yang digambar.
Ajari menghitung benda-benda di sekitar; seperti kue, gelas, mainan. Apabila mungkin, pindah satu-satu saat menghitung.
Dengan bantuan buku referensi, jelaskan dengan bahasa sederhana mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Beri penjelasan yang benar dna konsisten, jangan berbohong. Sikap konsisten sangat penting agar anak tidak bingung. Dan agar perilaku negatif tersebut tidak ditiru anak.