Lindungi Anak Dari Bahaya Televisi
Fakta Program Televisi dari data yang dikumpulkan Michigan University, Amerika:
*2/3 dari semua program televisi di Amerika memuat kekerasan.
*Program yang didesain untuk anak mengandung lebih banyak kekerasan daripada program untuk orang dewasa. Misalnya film-film kartun.
*Kerapnya tokoh baik memukul tokoh jahat dapat memberi pesan salah pada anak bahwa memukul seseorang boleh-boleh saja.
*Banyak adegan kekerasan, bahkan kematian yang dibawakan dengan cara humor sehingga tak lagi membuat anak takut atau merasa bersalah akan konsekuensi jika ia melakukan hal yang sama.
*American Academy of Pediatrics menyarankan orang tua sebaiknya membaca jadwal dan review acara televisi terlebih dahulu sebelum anak menonton satu program acara. Sempatkan pula bicara dengan guru dan dokter anak untuk tahu apa rekomendasi mereka.
Awasi Tontonan Anak!
*Buat aturan menonton TV yang disetujui bersama. Misalnya dilarang menyalakan TV saat makan malam bersama, atau saat orang tua tak bisa mengawasi.
*Batasi waktu menonton TV, yaitu satu jam pada hari biasa dan 2 hingga 3 jam di akhir minggu.
*Jangan gunakan menonton TV sebagai hadiah atau hukuman karena dapat membuat TV semakin tinggi nilainya di mata anak.
*Sebisa mungkin dampingi anak saat menonton sehingga Anda dapat langsung meluruskan pendapatnya yang tidak tepat.
Pilih Tontonan Yang:
*Mengandung nilai-nilai positif, misalnya mau berbagi, rajin santun dan sayang sesama
*Sesuai minat anak.
*Merangsang keingintahuan balita, sehingga dapat menjadi ajang diskusi. *Membantunya belajar kata-kata atau bahasa.
*Membuat anak senang.
*Mengembangkan minat anak pada aktivitas lain seperti membaca, hobi dan kegiatan luar ruang.
Melunturkan “TV Mania”
*Alihkan perhatian dengan memperbanyak kegiatan yang melibatkan interaksi antara Anda dan anak dengan cara-cara seru, di antaranya dengan membacakan buku cerita. Terlalu sering menonton TV mengurangi ketertarikan balita pada buku.
*Kurangi jam menonton TV secara perlahan namun pasti.
*Selingi kegiatan pasif, misalnya membaca buku, menonton TV dengan kegiatan aktif yang mengasyikkan, seperti bersepeda, berolahraga dan lainnya.
*Aturan menonton TV tidak akan berhasil jika orang tua tak bisa menahan diri untuk tidak menonton TV di depan anak-anak.
*Penting mengantisipasi sebagai berjaga-jaga. Amankan daerah bermain si kecil dari benda-benda berbahaya, misalnya hiasan rumah yang berat sehingga dapat melukai anak atau kunci jendela apartemen jika tinggal di apartemen.
Hanyut Dalam Kekerasan?
*Bila perilaku balita membahayakan diri sendiri atau temannya, orangtua perlu tegas. Atur emosi dan dengan tenang ingatkan aturan yang ditetapkan bersama di rumah. Misalnya, ”Stop! Bukankah aturannya tidak boleh ada yang menyakiti orang lain atau merusak barang di rumah ini?”
*Jika ia sudah memukul, fokuskan perhatian Anda pada korban dengan mencoba menyuarakan apa yang dirasakan si korban. Misalnya, “Aduh, pasti sakit ya dipukul.” Cara ini akan menyadarkan balita bahwa perbuatannya menimbulkan efek buruk pada orang lain.
*Setelah itu tanyakan mengapa anak melakukannya, sekaligus menanyakan pendapat si kecil tentang tayangan yang ditontonnya. Siapa tahu ia keliru menangkap makna. Luruskan kesalahannya, ”Superman adalah manusia super yang dapat terbang, sedangkan kita manusia biasa dan tidak pernah dapat terbang. Kalau memaksa terbang maka akibatnya...”
*Ajak anak memikirkan efek dari perilakunya terhadap orang lain, benda-benda dan sebagainya, dan apa efeknya bagi dirinya. Jelaskan sesuai tingkat pemahamannya.
*Sebaiknya ada aturan tentang menyakiti orang lain dan merusak barang. Bicarakan konsekuensi jika ia melakukan hal tersebut dan terapkan setelah disetujui bersama.
*Pelajari lagi program TV yang membuat anak meniru. Tinjau kembali positif dan negatifnya program tersebut, apakah dapat dipertimbangkan untuk tetap ditonton atau sebaiknya ditiadakan saja dari daftar tontonan anak Anda.
http://www.ayahbunda.co.id
0 komentar:
Posting Komentar