er Apa dan Bagaimana Belajar | Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Apa dan Bagaimana Belajar

Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar seorang ibu yang mengatakan bahwa anaknya sedang belajar berjalan atau sedang belajar berbicara. Sesekali kita juga mendengar seorang ibu yang kecewa karena walaupun anaknya sudah belajar semalaman tetapi hasil ujiannya kurang memuaskan. Apakah kegiatan yang dilakukan anak-anak tersebut merupakan kegiatan belajar? Apabila anda melihat seorang siswa sedang asik di perpustakaan atau sekelompok siswa sedang mengerjakan tugas kelompok, atau seorang siswa sedang memperhatikan penjelasan guru dengan serius, apakah Anda beranggapan bahwa mereka sedang belajar. Jawaban atas kedua pertanyaan tersebut bisa ya, bisa juga tidak. Untuk dapat menyatakan bahwa seseorang melakukan belajar atau tidak, kita perlu memahami tentang apa itu belajar dan apa ciri-cirinya untuk menunjukkan orang tersebut belajar. Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering disalah artikan secara common sense atau pendapat umum saja. Misalnya seorang ibu meminta anaknya “Kau belajar dulu sebelum belajar Nak”, maksudnya mungkin membaca dulu pelajaran sebelum tidur. Atau seorang ayah menasihati anaknya yang baru terjatuh dari sepeda motor karena kelalaiannya, dengan mengatakan “Lain kali kamu harus belajar dari pengalaman”, yang dimaksud jangan mengulangi kesalahan serupa pada masa mendatang. Dalam kedua contoh ungkapan tersebut belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Dengan kedua conoh tersebut kita dapat menangkap makna konkret dan praktis dari belajar. Selanjutnya apa makna konseptual dan utuh tentang konsep belajar?

Untuk memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana para pakar psikologi dan pakar pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar meruoakan ontologi atau bidang telah dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami. Sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang disengaja diciptakan.

Pengertian Belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler yang menyatakan bahwa Pengertian Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam, kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitudes) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaanya dalam pendidikan formal dan/atau nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Menurut Gagne ada dua definisi belajar yaitu :
1.Pengertian Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
2.Pengertian Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di peroleh dari intuksi”

Para ahli mengemukakan definisi belajar yang berbeda-beda. Namun, tampaknya ada semacam kesepakatan di antara mereka yang menyatakan bahwa perbuatan belajar mengandung perubahan dalam diri seseorang yag telah melakukan perbuatan belajar. Perubahan itu bersifat intensional, positf-aktif dan efektif-fungsional. Sifat intensional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari, bukan kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping itu menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dibanding telah ada sebelumnya. Sifat aktif berarti perubahan itu terjadi dengan sendirinya seperti proses kematangan. Sifat efektif berarti perubahan itu memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubaha itu relatif tetap serta dapat direproduksi atau dimanfaatkan setiak kali dibutuhkan.

Manusia, menurut hakikatnya, adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa pengetahuan, sikap dan kecakapan apapun; kemudian tumbuh dan berkembang menjadi mengetahui, mengenal dan menguasai banyak hal. Itu terjadi karena ia belajar menggunakan potensi dan kapasitas diri yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadanya.

Orang mukmin harus mampu mensyukui anugerah itu dengan memfungsikan potensi dan kapasitasnya untuk selalu belajar. Karenanya, orang mukmin tidak akan melakukan dua kali kekeliruan dalam situasi yang serupa.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW. Bahwa beliau bersabda ”Tidak sepantasnya orang mukmin terjerembab ke dalam satu lubang dua kali.” (H.R al-Bukhari)

Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfatkan potensi dan kapasitasnya berarti menajuhi hakikatnya sebagai manusia. Derajat orang seperti itu digambatkan oleh Allah SWT lebih rendah dibanding binatang. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-A’raf : 179.

Bagaimana manusia belajar atau bagaimana belajar terjadi? Apa tanda-tanda bahwa ia telah belajar atau apa saja manifestasi belajar itu? Persoalan pertama berkaitan dengan perbuatan belajar, sedangkan persoalan tersebut, guru diharapkan dapat menentukan strategi dan langkah-langkah taktis pengajaran, karena pengajaran adalah membuat pelajar belajar.

Ada kecenderungan di masa sekarang untuk melupakan bahwa hakikat pendidikan adalah belajarnya pelajar, bukan mengajarnya guru. Guru mendapat posisi yang istimewa dalam proses pendidikan, sementara keinginan dan kemampuan pelajar secara mandiri untuk menciptakan, menemukan dan belajar untuk dirinya sendiri diabaikan. Hal itu telah merendahkan peranan pelajar dalam proses pendidikan. Padahal belajar, sebagaimana ditekankan oleh John Dewey, menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh pelajar untuk dirinya sendiri. Oleh sebab itu, inisiatif untuk belajar harus datang dari pelajar itu sendiri. Guru hendaknya memposisikan diri sebagai pembimbing dan pengarah yang mengemudikan perahu, sedangkan tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut erasal dari pelajar. Guru harus mendorong pelajar untuk belajar mandiri dengan dan bagi diri mereka sendiri. Dengan kata lain, guru harus menjamin bahwa pelajar mampu menerima tanggung jawab untuk belajar dengan mengembangkan sikap dan anusiasmennya.

Sumber Bacaan :
Departemen Agama, 2002, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Ditjen Kelembagaan Agama Islam
Slameto, 2003, Belajar dan faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Udin S Winataputra, dkk, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Univrsitas Terbuka

0 komentar:

Posting Komentar