Kompetensi pada Anak-anak
Menurut David Elkind (dalam Patmonodewo, 2003) memperkenalkan concept of competent infant bahwa kompetensi dipengaruhi oleh kondisi sosial seperti meningkatnya perceraian orang tua, meningkatnya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua tunggal, dan kedua orang tua yang bekerja. Lebih lanjut menurut Elkind anak yang kompeten dapat mengatasi perpisahan dengan orang tua, pada usia awal perkembangan sekalipun. Anak mampu menyesuaikan diri dengan orang lain sebagai pengasuhnya, seperti tempat penitipan anak dan sarana lain yang masih baru baginya.
Selain itu kompetensi sosial dapat dikembangkan sejak dini pada anak. Elkind (dalam Patmonodewo, 2003) berpendapat ada beberapa saran cara mengembangkan kompetensi pada anak, antara lain adalah :
a) Waktu yang paling baik untuk mengembangkan kompetensi adalah sejak anak berusia sekitar 6 – 8 bulan sampai 2 tahun,
b) Anak yang memiliki kompetensi yang tinggi umumnya memiliki hubungan sosial yang akrab dengan orang yang penting bagi anak, misalnya orang tua, khususnya dalam masa bulan pertama sejak kelahirannya sampai sebelum ulang tahunnya yang pertama,
c) Kualitas hubungan anak dengan orang tua lebih menentukan daripada lamanya mereka bersama anak. Orang tua penggantipun dapat memberikan pengalaman yang kaya pula,
d) Anak yang berkembang secara optimal apabila pengasuh mau berbicara dengan anak tentang apa saja yang diminati anak,
e) Berbicara dengan anak secara oral akan jauh lebih efektif dalam mengembangkan bahasa, sosial dan intelektual anak daripada bila anak memperoleh rangsangan bicara dari televisi, radio atau melalui pembicaraan antar beberapa orang tua,
f) Kebebasan fisik adalah penting bagi anak, anak yang tidak terus menerus dibatasi ruang geraknya akan lebih baik perkembangannya.
Sementara itu menurut Gunarsa (2002) bermain pada anak-anak dapat menjadi pengembangan kompetensi diri anak, pengembangan kompetensi diri anak, pengembangan kompetensi diri anak tersebut yaitu :
a) Bermain dapat merangsang perkembangan kognitif anak. Bermain membuat anak dapat menyelidiki lingkungan, belajar tentang obyek dan penyelesaian masalah,
b) Bermain memperlancar perkembangan sosial anak. Khususnya dalam bermain fantasi atau khayalan dengan bermain peran, anak belajar mengerti orang lain dan bermain peran yang akan diperankan apabila bertambah usianya,
c) Bermain memungkinkan anak menyelesaikan masalah emosi. Anak belajar mengatasi ketakutan, konflik dalam dirinya dengan situasi yang tidak mengancam.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig serta Shite dan Wittig dalam Patmonodewo (2003) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut :
a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
d) Berikan kesempatan dan dorongan anak untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g) Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
0 komentar:
Posting Komentar