er Menciptakan Kondisi Belajar yang baik untuk Anak | Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Menciptakan Kondisi Belajar yang baik untuk Anak

Fun LearnigSebelum kita dapat menciptakan kondisi belajar yang baik bagi anak, ada beberapa hal yang kita perlu ketahui dari proses kerja otak pada saat belajar.
Sebelum kita dapat menciptakan kondisi belajar yang baik bagi anak, ada beberapa hal yang kita perlu ketahui dari proses kerja otak pada saat belajar. Proses kerja otak anak pada saat belajar adalah sebagai berikut :
Sebelum kita dapat menciptakan kondisi belajar yang baik bagi anak, ada beberapa hal yang kita perlu ketahui dari proses kerja otak pada saat belajar.
Sebelum kita dapat menciptakan kondisi belajar yang baik bagi anak, ada beberapa hal yang kita perlu ketahui dari proses kerja otak pada saat belajar. Proses kerja otak anak pada saat belajar adalah sebagai berikut :

Informasi masuk melalui batang Otak dalam bentuk data kasar, dan akan dinilai oleh sistem limbik.

Jika sistem limbic menilai tidak ada rasa takut, informasi akan langsung diteruskan ke korteks serebri untuk diolah (diperhalus dn diperjelas) aapa yang kita lihat, dengar atau alami. Amiglada , meupakan salh satu bagian limbic yang membentuk emosi yang sesuai dengan apa yang terjadi saat itu.

Jika tedapat rasa takut, informsi akan langsung ditangkap oleh Amiglada tanpa diolah lagi di korteks serebri, dan langsung diputuskan apakah akan melawan atau melarikan diri. Yang tampak secara kasat mata adalah, anak langsung meninggalkan kita atau, anak tetap dihadapan kita tapi tidak mau mengerjakan hal-hal yang kita minta. Inilah yang disebut dengan “downshifting” atau “ kondisi otak yang merosot” atau “kondisi otak yang tidak bisa bekerja”.

Jika Otak tidak bisa belajar Downshifting atau keadaan otak yang tidak bisa bekerja (baca: belajar) dapat terjadi karena anak-anak sangat tidak berdaya dan tidak mempunyai kemampuan untuk betanggung jawab atas dirinya dan pengalamannya. Konsekuensi dari semua itu anak menjadi mudah takut. Orang tua harus memahami dan dapat mengatur kegiatan anak agar tidak kelebihan stimulasi (Over Stimulated) dan tertekan.

Jika anak terlanjur mengalami Downshifting, kita bisa megatasinya dengan memangkas pelajaran sesuai kebutuhan dan kemampuan anak saat itu. Kita bisa memberikan keleluasaan pada anak untuk menentukan pilihan apa yang ingin mereka pelajari. Menyediakan lingkungan yang aman juda dapat membantu untuk mengatasi Downshifting.

Beberapa kondisi belajar yang dapat kita ciptakan untuk menghindarkan anak dari Downshifting,, diantaranya :

Orchestrated Immersion, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar mencelup anak ke dalam pengalaman edukatif. Misalnya, jika kita ingin anak belajar tentang hutan, kita dapat membawanya ke hutan wisata di sekitar rumah kita. Atau, hiaslah ruang belajar dengan gambar-gambar pohon besar, daun-daun kering yang dianyam lalu digantung supaya terkesan suasana hutan.

Relaxed alertness, yaitu mengusahakan sebuah keadaan di mana anak bisa “waspada tapi rileks”. Gunanya adalah untuk menghilangkan rasa takut anak, sambil menjaga lingkungan agar tetap menarik dan menantang.Misalnya, jika anak sama sekali tidak tahu tentang hutan, mereka cendrung merasa takut atau tidak tertarik. Untuk itu kita perlu memberikan kegiatan pendahuluan seperti membaca buku tenntang hutan, lalu mengatakan kepada mereka, “Kalau mau tahu leih banyak tentang hutan, yuk kita pergi melihat langsung kehutan !” Dengan kegiatan pendahuluan anak biasanya akan sangat tertaik untuk menyaksikan langsung semua yang merek ketahui tentang sebuah tema pelajaran.

Active processing, yakni kegiatan yang memungkinkan anak secara aktif melihat, mengkonsolidasi dn menginternalisasi informasi yang dating. Misalnya , setelah perjalanan ke hutan otak anak penuh dengan pengalaman tangan pertama (firsthand experience). Maka , ajak mereka menyusun segala sesuatu tentang hutan, benda yang dikumpulkan dari sana, foto-foto yang telah dicetak kedalam suatu file yang sengaja telah disiapkan. Ini adalah suatu usaha untuk menggabungkan informasi baru dnegan memori informasi yang sudah ada sebelumnya di otak , agar menjadi sebuah memori baru di dalam otak anak.

Anak belajar dengan berbagai cara Anak-anak dalam mempelajari sesuatu melalui berbagai cara, sebagai berikut:

•Anak belajar melaui inderanya

•Anak belajar sambil praktek langsung

•Anak belajar melalui bicara
•Anak belajar dengan gerak
•Anak belajar karena dimotivasi bukan utuk dipaksa
•Anak belajar sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat
•Anak belajar melalui penghargaan dengan penguat positif
•Anak belajar dengan meniru
•Anak belajar dengan cara mengulang-ngulang
•Anak belajar dengan “coba dan salah”
•Anak belajar melalui tantangan dan rangsangan yang diberikan
•Anak belajar melalui interaksi dengan teman (Peer-teaching)
•Anak belajar dalam lingkungan yang penuh cinta, kehangatan, rasa aman dan nyaman
•Anak belajar ketika kebutuhan fisiknya telah terpenuhi (tidak lapar, tidak mengantuk, atau dibawah tekanan, paksaan dan penjejalan
•Anak belajar mengembangkan dirinya secara utuh (potensi spiritual, emosi dan delapan aspek kecerdasan).

0 komentar:

Posting Komentar