Datangnya
bulan Ramadhan, tentulah membawa perubahan rutinitas di setiap rumah para umat
Islam, diantaranya perubahan pada waktu makan, serta adanya kegiatan sholat
berjamaah yang biasanya dilakukan di mesjid seusai sholat Isya, yaitu sholat
tarawih dan witir serta ibadah-ibadah lainnya. Perubahan rutinitas hidup sehari-hari
yang tersebut, tentu bukanlah hal yang baru, bagi setiap anggota keluarga
muslim yang selama sebulan penuh dalam setahun melaksanakan ibadah puasa di
bulan suci Ramadhan. Namun lain halnya bila, perubahan tersebut baru dirasakan
oleh anak kita yang tergolong usia dini.
Sejalan
dengan perkembangan usianya, anak usia dini dapat menilai situasi di lingkungan
sekeliling terutama lingkungan keluarganya. Perubahan yang terjadi di bulan
Ramadhan yang dirasakan anak, terutama perubahan pada waktu makan dan aturan
tidak boleh makan dan minum di siang hari sampai menunggu adzan maghrib, tentu
akan membingungkan mereka. Apalagi bila tidak ada penjelasan dan bimbingan dari
orang tua sebelumnya mengenai situasi tersebut. Disinilah pentingnya kesadaran
para orang tua dan anggota keluarga lainnya untuk mengoptimalkan keberkahan di
bulan suci Ramadhan. Yaitu selain untuk melipatgandakan amal ibadahnya, namun
juga memanfaatkannya sebagai momen berharga untuk menanamkan keimanan,
mengenalkan dan mengajari nilai-nilai agama pada anak, salah satunya melalui
aktivitas berpuasa.
Mengenalkan
ajaran agama dan menanamkan benih-benih keimanan di hati sang anak pada usia
dini seperti ini sangat penting sebagai pondasi kehidupan beragamanya kelak.
Anak di usianya dini tertarik untuk meniru semua tindak-tanduk ayah ibunya,
termasuk yang menyangkut masalah beribadah. Sebagaimana pendapat Dr Spock
yaitu, “Yang mendasari keimanan anak kepada Allah dan kecintaannya pada Tuhan
Yang Maha Pencipta sama dengan apa yang mendasari kedua orang tuanya untuk
beriman kepada Allah dan mencintai-Nya.”
Mengenalkan
ajaran agama kepada anak usia dini harus disesuaikan dengan perkembangan
aspek-aspek psikologisnya, diantaranya perkembangan kemampuan berpikir
(kognisinya). Menurut Jean Piaget (seorang Psikolog dari Perancis), semua anak
memiliki pola perkembangan kognisi yang sama, yaitu melalui empat tahapan :
Sensori – Motor, Pra – Operasional, Konkret – Operasional dan Formal
Operasional. Perkembangan kognisi anak usia dini (2-7 tahun) berada pada
tahapan berpikir “Pra operasional”. Tahap Pra Operasional adalah tahap dimana
anak tidak dapat memahami sesuatu tanpa dipraktekkan terlebih dahulu (Piaget,
1970).
Sejalan
dengan pendapat Piaget, Jean Jacques Rousseau, mengatakan bahwa, “Anak usia
dini belajar melalui aktivitas fisiknya.” Dengan kata lain, untuk mengenalkan
ajaran agama kepada anak usia dini, haruslah dengan cara memberikan kesempatan
kepadanya untuk mempraktekkan apa yang kita katakan, dengan cara memberikan
contoh kepada anak bagaimana melakukannya.
DR.
Abdullah Nashih Ulwan, dalam bukunya yang berjudul Potensi Ruhaniah (Spiritual)
Anak dalam Pembentukan Generasi Takwa dan Kreatif membagi lima metode yang
harus dilakukan oleh orang tua dalam mengajari anak melakukan kegiatan
keagaaman/beribadah. Kelima metode tersebut adalah Keteladanan, Pembiasaan,
Pemberian nasihat, Pengawasan dan Pemberian hukuman.
Anak
usia dini umumnya berperilaku dengan mencontoh atau meniru model orang dewasa
yang dilihatnya. Dengan melihat keteladanan yang dicontohkan oleh orang tuanya,
misalnya keteladanan dalam hal bersahur, berpuasa dan berbuka puasa, anak akan
meniru melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua, hendaknya
memberi contoh teladan beribadah disertai dengan ajakan untuk bersama-sama melakukannya.
Orang tua dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak, diantaranya
dengan mengajaknya bersama-sama memilih menu makanan untuk sahur, membeli
makanan untuk berbuka puasa dan pemberian pujian dan reward bila anak ikut
berpuasa dan melakukan aktivitas ibadah lainnya.
Momentum
Ramadhan bagi anak usia dini, hakekatnya adalah pengenalan ajaran agama dan
pembiasaan melaksanakannya, yang diantaranya adalah berpuasa di bulan ramadhan.
Pelaksanaan puasa itu sendiri, bagi mereka hukumnya tidak wajib, namun
pengenalan dan pembiasaan tersebut merupakan pembelajaran awal beragama bagi
mereka. Anak dapat mulai berpuasa sejak usia TK (4-5 tahun), dimana
pengerjaannya pun dapat dilakukan secara bertahap, misalnya hanya sebatas
setengah hari. Pembiasaan tersebut dapat diperkuat dengan pemberian reward di
akhir bulan, sehingga mereka termotivasi untuk melakukannya sampai selesai.
Pengenalan agama sedini mungkin penting dilakukan agar pada saat dia menginjak
akil baligh, anak tidak akan canggung lagi dan merasa terpaksa melakukannya,
namun telah terbiasa dan tahu bagaimana melakukannya.
Pemaksaan
maupun ancaman sangat tidak dianjurkan, Pemberian nasihat, pengawasan dan
pemberian hukuman (bukan hukuman fisik), dapat dilakukan untuk mengontrol
perilaku anak apabila ada yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dengan
menegurnya apabila melakukan sesuatu yang salah, akan membuat anak paham bahwa
apa yang dilakukannya itu tidak baik dan tidak boleh diulangi lagi. Namun, anak
juga harus diberikan pujian apabila ia dapat melakukan semua kegiatan itu
dengan baik. Memujinya ketika melakukan perbuatan yang terpuji meskipun
sedikit, memaafkan kesalahan yang ia lakukan, tidak menganggap bodoh kata-kata
dan perbuatannya, dan tidak membebaninya pekerjaan yang diluar batas kemampuannya
adalah perbuatan bijak yang seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya.
Masih
banyak lagi contoh ibadah-ibadah di bulan suci yang penuh berkah ini yang dapat
kita kerjakan untuk mencari rahmat Allah Swt sambil mengenalkan ajaran agama
pada anak sebagai bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Dalam Islam,
anak-anak adalah amanah, generasi penerus dan agen perubah di masa yang akan
datang dan sebagai amanah Allah. Anak-anak haruslah dijaga dengan benar-benar
mendidiknya secara Islami, dimana pengaruh dan cara mendidik anak akan sangat
mendominasi gaya hidup si anak jika ia dewasa kelak. Untuk itulah setiap orang
tua harus memberi agama bekal yang cukup terhadap si anak.
Oleh:
Desni Yuniarni, S.Psi. M.Psi.
* Penulis, Dosen FKIP Untan dan Psikolog Anak & Remaja di Biro Konsultasi Psikologi Indigrow
8 komentar:
berbagi kata kata motivasi gan
Lebih mudah untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap dibandingkan melawan kesombongan diri sendiri.
semoga bermanfaat dapat di terima dan salam kenal ya gan :D , ku tunggu kunjungan baliknya :D
Info yang bermanfaat sobat..momentum ramadhan ini memang bisa kita jadikan sebagai media untuk beribadah sekaligus pembiasaan sejak dini bagi anak2 kita..thanks sudah berbagi..sangat bermanfaat..
thanks for share....
visit http://bocahdoko.co.cc/
Artikel yang bermanfaat
terus berkarya ....
semoga sukses dan terus berkembang usahanya dan karier anda...
Salam SUKSES dari KAmi Produsen cd interaktif anak anak
website : www.cdedukatif.com
Hp. 085 726 000 123
berbagi kata kata motivasi
Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
semoga dapat di terima ya, sukses selalu dan ku tunggu kunjungan baliknya gan :D
Artikel yang menarik dan bermanfaat..Berkunjung lagi sobat..Sukses slalu dtunggu kunjungan baliknya..
berbagi kata kata motivasi gan :D
Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan
Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati.
salam kenal, semoga bermanfaat dan dapat di terima ya :D li timggi kunjungan baliknya :)
berbagi kata kata motivasi gan
Wanita sulit jatuh cinta, karena lebih baik menunggu pria setia daripada menerima yg datang, tapi bisa pergi kapan saja.
semoga bermanfaat dan ku tunggu kunjungan baliknya :D
Posting Komentar