er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Anak Usia Dini Diajarkan Sistem Membaca Efektif

 anak anak yang sedang membacaHal terpenting yang harus dibentuk adalah, bahwa diantara orang tua ataupun guru dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan.

Usia1- 3 tahun adalah masa dimana anak sangat menikmati dunia bermain. Dan berdasarkan pola tingkah laku anak, orangtua dan guru dapat membuat suasana belajar membaca menjadi salah satu permainan yang bagus sekali. Buatlah konsep belajar menjadi sebagai berikut:
Apakah yang sedang terjadi? Apakah suatu pemaksaan jika seorang anak dapat membaca sebelum usia sekolah dasar? Adalah salah, jika orangtua ataupun guru melarang anak untuk belajar membaca pada usia dini. Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk hidup di dunia ini, cuma manusia yang dapat membaca.

Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.

Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku ketika berusia tiga tahun. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa ternyata anak yang mengalami cedera otak-pun dapat membaca dengan baik pada usia tiga tahun atau lebih muda lagi, bahkan justru dapat dicurigai bahwa ada sesuatu yang salah yang sedang terjadi pada anak-anak yang sehat, jika di usia tiga tahun seorang anak belum bisa membaca.

Orangtua dan guru tidak perlu merasa takut untuk mengajari anak membaca sekalipun usia mereka masih satu tahun. Yang perlu diingat adalah bagaimana melakukannya (how to do it). Sebelum melakukan proses ini, hendaknya orangtua dan guru memahami terlebih dahulu faktor-faktor dan hal-hal yang terkait dalam mengajarkan anak membaca.

Dua faktor yang sangat penting dalam mengajar anak adalah:

1. Sikap dan pendekatan orang tua ataupun guru.

2. Waktu belajar (permainan) jangan terlalu lama dan hentikan permainan sebelum anak menginginkan untuk berhenti.

Pentingnya Kebersamaan Antara Ibu dan Anak

kebersamaan antar ibu dan anak"Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak disayangi. Jika Orang Tua gagal mengungkapkan rasa sayang kepada anaknya, mereka tidak akan mampu mencintai orang orang tua.." (Nabi Muhammad saw)Kadang, kita sebagai orang tua tidak sadar bahwa kebersamaan antara ibu dan anak adalah hal prinsip dan tidak boleh diabaikan. Ketika seorang ibu sudah asyik meniti karir, kadang melalaikan tugas pokoknya untuk mendidik anaknya.

Kadang kita tidak menyadari, tiba-tiba saja anak kita sudah dewasa. Kemudian kita mulai berandai-andai jika saja dulu bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama anak-anak. Mungkin kita akan menyesal, jika kesuksesan kita di karir harus dibayar mahal dengan menghilangkan banyak waktu kebersamaan ibu dan anak.

Hubungan emosional yang terjalin antara ibu dan anak bisa saja berkurang. Tidak hanya itu saja, kadang minimnya kebersamaan tersebut masih harus dibayar mahal dengan terjerumusnya anak ke hal-hal negatif, seperti narkoba atau tindakan kriminal lain.

Betapa sakit perasaan kita sebagai seorang ibu. Atau, bahkan ketika anak sukses dan berprestasi, kita tidak sepenuhnya merasa bahagia karena tidak merasa memiliki andil dalam hal ini.

Berikut ini adalah beberapa hal untuk menyadarkan kita pentingnya kebersamaan antara ibu dan anak.

1.Menangis

Menangis adalah satu cara yang digunakan oleh bayi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bayi akan menangis ketika lapar, haus, BAK dan BAB ataupun merasa sakit.
Sering juga bayi menangis karena ingin dekat dengan ibunya, tatkala ibunya sudah mendekat, dia pun terdiam. Ini adalah cara bayi untuk merasa nyaman bersama ibunya. Betapa tangisan adalah obat ampuh untuk mendekatkan hubungan ibu dan anak.

2.Menyusui bayi secara langsung
Bagaimanapun kesibukan seorang ibu, hendaknya dia tidak melupakan dan melalaikan untuk menyusui anaknya secara langsung, bukan melalui botol. Dari sisi kesehatan, banyak keistimewaan menyusui secara langsung dibanding dengan botol.
Secara psikologis, menyusui secara langsung akan membuahkan keterkaitan antara ibu dan anak. Anak akan merasa nyaman dan bahagia ketika dia bisa memandang wajah ibunya dan menyusu dari tubuhnya terutama di bulan-bulan awal.

3.Menggendong anak
Cara ini akan membuat ikatan khusus antara ibu dan anak secara batiniah. Karena anak akan merasa lebih dekat dengan tubuh orang tuanya. Berbeda apabila anak diletakkan dalam kereta dorong, meskipun dia masih bisa memandang wajah orang tuanya.

4.Bermain bersama anak

Riset membuktikan bahwa anak-anak sudah bisa mendengar dan melihat sejak hari pertama. Bayi akan merasa senang melihat wajah orang, apalagi sedang menyuarakan sesuatu yang indah.
Itulah sebabnya kita mengetahui, anak dapat mencium aroma ibunya tatkala berada di dekatnya. Maka bermainlah bersama anak anda. Posisikan diri Anda sebagai anak, untuk memahami indahnya kebersamaan ibu dan anak yang sedang berlangsung.
Hidup memang pilihan. Namun, apakah dengan melakukan pilihan, Anda harus mengorbankan sesuatu yang berharga, apalagi hal itu adalah waktu kebersamaan ibu

Latih Anak Masih Canggung, Jangan Tunggu Sampai Besar!

Jika anak masih sering canggung, jangan tunggu sampai ia masuk sekolah untuk melatihnya. Usia 2-3 tahun adalah usia paling bagus untuk mengajarkan berbagai ketrampilan. Beberapa aktivitas penting dilatihkan pada anak agar ia tidak canggung melakukannya.
•Kesadaran spasial, dengan merangkak di dalam terowongan. Buatkan terowongan dari kardus-kardus besar, buka setiap ujungnya hingga membentuk terowongan. Melakukan permainan ini, balita akan mengembangkan kesadaran spasial dan mengembangkan koordinasi tubuh.
•Berlari. Kegiatan yang mengandalkan kekuatan otot kaki untuk mengangkat tubuh melawan gravitasi bumi, kemudian mendaratkan tubuh tanpa jatuh.
•Melompat, mengangkat tubuh, kemudian mengikuti gravitasi saat mendaratkan tubuh, tanpa jatuh.
•Memanjat, anak mengandalkan kekuatan lengan. Ia melawan gravitasi dengan mengangkat tubuhnya untuk naik ke ketinggian. Dpat dimulai dari memanjat kursi. Biasanya anak usia ini sangat suka memanjat teralis jendela, berpura-pura jadi Spidermen. Tak perlu dilarang, awasi saja jangan sampai ia jatuh.
•Berdiri di atas satu kaki, menopang berat tubuh hanya dengan kekuatan satu kaki. Ini penting agar anak Anda bisa mengenakan celananya sendiri.
Aktivitas seperti merangkak, berlari, melompat dan memanjat sangat diperlukan balita kelak, dalam usahanya menyelamatkan diri dari berbagai kemungkinan bahaya. Mislanya berlari, melompat dan memanjat ketika pada suatu hari Anda musti menyelamatkan anak Anda dari kejaran anjing. Merangkak, memabntu anak Anda melewati rintangan.

Model Kecerdasan Majemuk

Model Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dikembangkan oleh Howard Gardner. Model ini dapat digunakan untuk mengenali gaya belajar anak sesuai dengan jenis kecerdasan anak yang menonjol.

Anak Visual (spatial).
Anak visual banyak belajar dan menyerap informasi dari apa-apa yang dilihatnya. Mereka sangat menyukai gambar, warna, diagram, dan segala yang terlihat, baik dalam bentuk 2 dimensi atau 3 dimensi. Anak visual biasanya juga spasial, pandai membayangkan ruang 3 dimensi. Jika bepergian ke suatu tempat, mereka tidak mengingat berdasarkan nama jalan, tetapi bangunan atau simbol yang mereka lihat sebagai penanda visual.

Media dan cara belajar:
menggunakan gambar, diagram, grafik, warna-warni, besar-kecil,
belajar berkhayal secara visual, membayangkan sebuah konsep/informasi dengan: tempat, bentuk, warna,
menggunakan layout, spasial, peta, maket, realitas
mainan: kamera, pensil/spidol warna, balok aneka warna,
ganti kata dengan gambar; bantu pemahaman kata dengan warna


Anak Aural (auditory-musical).

Anak aural menyerap informasi dengan pendengaran; baik suara maupun musik. Mereka sensitif dengan intonasi, irama, dinamika, tempo, keras-pelan, suara jauh-dekat. Anak aural belajar sambil mendengarkan musik, tidak menyukai “kesunyian”. Mereka senang bersenandung, membuat nada/rima sendiri. Bagi anak aural, bunyi/nada/lagu membawa pada sebuah emosi atau peristiwa tertentu. Walaupun sedang membaca buku, mereka membutuhkan suara/musik untuk menemaninya.

Media dan cara belajar:
menggunakan metode ceramah/kuliah
menggunakan melodi untuk teks; bergumam
membaca dengan suara keras (read aloud)
membangun suasana musikal utk menciptakan suasana
menggunakan media audio visual CD/VCD
mendengarkan kuliah/pidato/radio di rumah dan jalan


Anak Verbal (linguistic).
Anak verbal menyukai kata dan bahasa. Mereka pandai membuat distingsi makna kata, baik secara lisan maupun tulisan. Anak-anak verbal memilih kata, berkata-kata atau menulis secara terstruktur dengan pilihan kata/kalimat yang baik. Mereka sensitif terhadap pilihan kata dan mengingat sebuah tempat/peristiwa/konsep dengan nama dan kata-kata kunci. Anak-anak verbal biasanya senang membaca dan menulis; membuat sajak, puisi, diari, rima, berpidato, dan sebagainya.

Media dan cara belajar:
menggunakan cara yang umum seperti di kelas; buku dan ceramah
melakukan diskusi
membaca dan menulis
bermain peran (role-playing)


Anak Fisik (kinesthetic).
Anak fisik menggunakan anggota badan mereka untuk belajar. Mereka senang mencoba dan melakukan segala sesuatu sendiri (learning by doing). Mereka belajar dengan cara: menyentuh, membangun, memperbaiki, membuat. Mereka seringkali tidak sabar membaca buku petunjuk atau diagram, dan langsung ingin mencoba melakukan sendiri. Anak-anak fisik sensitif terhadap tekstur, cara kerja, dan realitas fisik yang terlihat nyata di hadapannya. Mereka tidak suka berkhayal atau membayangkan.

Media dan cara belajar:
menggunakan pekerjaan tangan, hands-on projects
menulis, menggambar, membuat maket
merakit benda, memperbaiki barang rusak, membuat rancangan
berolahraga dan permainan
aktivitas di luar rumah (outdoor activities)
drama dan permainan peran
balok, robot, mesin, alat-alat olahraga


Anak Logis (mathematical).
Anak logis menggunakan logika, argumen, dan mencari pola keteraturan. Anak logis senang mencari struktur dan pola dari segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Mereka pandai mencari hubungan, membuat perbandingan, memilah dan membuat klasifikasi. Anak logis senang melakukan pekerjaan mental/berfikir.

Anak logis adalah tipikal anak yang berhasil di model belajar seperti sekolah. Masyarakat saat ini sangat menghargai anak logis.

Media dan cara belajar:
menggunakan buku & teori mengenai berbagai hal
bermain puzzle dan teka-teki
membuat aturan dan prosedur yang jelas
membuat rencana dan jadwal


Anak Sosial (interpersonal).
Anak sosial memiliki kecenderungan untuk bergaul dan berkelompok secara sosial. Mereka supel dan pandai bergaul dengan siapapun, baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih tua/lebih muda. Orang mendengarkan dan menyukai mereka. Mereka menikmati pertemanan, berbagi cerita atau ilmu dengan orang lain. Anak sosial mendapatkan ilmu dari mendengarkan orang lain atau mencari umpan balik dari respon orang lain terhadap apa-apa yang disampaikannya.

Media dan cara belajar:
mengikuti kelompok, klub, organisasi
melakukan proyek yang dikerjakan bersama
berdiskusi dan bermain peran (role-playing)
melakukan kegiatan lapangan yang melibatkan banyak orang
mengikuti seminar atau training dengan sistem kelas


Anak Penyendiri (intrapersonal).

Anak penyendiri memiliki kecenderungan pendiam dan reflektif. Mereka lebih efektif untuk belajar jika seorang diri, bukan dalam kelompok. Anak penyendiri biasanya memiliki kecenderungan untuk mandiri, mengenali kekuatan dan kekurangan pribadi. Anak penyendiri sensitif terhadap pribadi dan kedalaman saat mempelajari atau mengerjakan sesuatu.

Media & cara belajar:

menekuni hobi atau sesuatu yang ditekuni
mengeksplorasi buku atau materi-materi yang bisa dilakukan sendiri
mengerjakan proyek mandiri
membuat jurnal, diari, blog

Membangun Harga Diri Anak

Sebagai orang tua tentunya kita semua tahu apa yang terbaik untuk anak kita, karena setiap anak adalah unik, mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, kemampuan dan bakat yang berbeda, sifat yang berbeda. Karena itu yang paling memahami anak adalah orang tuanya sendiri.Namun, berikut adalah sedikit tips dan trick yang mungkin dapat berguna bagi orang tua:

Do…

•Cintailah anak apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tunjukkanlah kepada mereka bahwa anda mencintainya.
•Berhati-hatilah dengan perkataan anda, orangtua adalah manusia yang tentunya juga bisa khilaf saat marah, namun berusahalah untuk selalu menjaga perkataan anda, karena terkadang kata-kata yang ‘menjatuhkan’ bisa membekas di hati mereka.
•Berilah pujian atas keberhasilan mereka.
•Dengarkan lah cerita mereka, berikan simpati atas masalah yang mereka hadapi.
•Berikan dorongan kepada mereka untuk berpikir sendiri dan melakukan hal-hal yang mereka senangi.
•Berikan kesempatan untuk mereka melakukan hal-hal yang baru, jangan tergesa-gesa menawarkan bantuan.
•Luangkan waktu untuk bersama mereka, sekedar bersantai dan bermain, atau bertukar cerita.
•Berilah mereka tanggung jawab sesuai dengan umurnya.
•Ajari mereka bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya meminta maaf pada teman saat melakukan kesalahan.

Don’t…

•Jangan hanya mencintainya pada saat dia melakukan hal-hal yang sesuai keinginan anda.
•Jangan membandingkan anak dengan orang lain.
•Jangan melontarkan kritikan yang tidak membangun, seperti: “Kamu pemalas, tidak berguna”.
•Jangan menyalahkan anak atas sesuatu yang anda lakukan.

Pentingnya Sebuah Kemandirian

Mendidik kemandirian pada anak sejak usia dini, sangat penting. Kemandirian akan mendukung anak dalam belajar memahami pilihan perilaku beserta resiko yang harus dipertanggungjawabkan oleh anak. Semakin dikekang, anak akan semakin sulit untuk mengendalikan emosi, dengan kemungkinan perilaku yang akan muncul adalah perilaku memberontak atau justru, sangat tergantung pada orang lain (istilah umumnya adalah manja).Namun, bagaimana sih sebenarnya langkah yang tepat dalam menanamkan kemandirian pada anak? Apakah dengan melepas begitu saja, mengatur dengan disiplin keras, atau mengarahkan secara positif?
Untuk itu, beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua dalam mendukung pembentukan kemandirian anak:
1.Tentukanlah alokasi waktu yang disediakan orang tua untuk anak-anak mereka.

2.Jika ada orang lain yang terlibat dalam pengasuhan anak hendaknya dibicarakan apa yang akan dilatihkan pada anak agar terjadi konsistensi antara orang tua dan pengasuh yang ditunjuk oleh orang tua.

3.Agar kemandirian dapat terbentuk lebih efektif, tentukanlah reward bagi anak, namun jangan yang berlebihan sehingga anak kurang proses belajar dalam perolehan sesuatu.

4.Buatlah kesepakatan bersama antara ayah dan ibu mengenai kemandirian yang akan dilatihkan pada anak, agar anak tidak memanfaatkan keadaan yang lemah dan yang menguntungkan bagi anak.

5.Bila anak belum mencapai target kemandirian yang disepakati bersama, hendaknya orang tua dan pengasuh tidak bosan-bosannya untuk terus melatihkan dan membimbing anak agar berhasil. Kuncinya adalah disiplin dan konsisten dalam melakukannya.

6.Jika anak sudah mulai bertumbuh besar, buatlah daftar dan jadwal bersama dengan anak, harapannya adalah anak akan belajar untuk memahami apa yang harus dilakukan dan harus bagaimana ia bisa mencapainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan mengenai kemandirian, bahwa kemandirian bukanlah keterampilan yang bisa terbentuk dengan cepat dan mudah namun keterampilan ini perlu diajarkan pada anak secara berulang-ulang sampai anak bisa memahaminya mengapa ia harus melakukannya.
Jika anak tidak dibimbing, diberitahu dan diajarkan, maka anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Kemandirian juga dapat diasumsikan sebagai kemampuan dan keinginan untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Misalnya makan, mandi, berpakaian, buang air kecil dan buang air besar sendiri. Namun perlu untuk diingat kemandirian dapat dicapai sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak karena berkaitan dengan kematangan anak dalam melakukan keterampilan tersebut.