er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Kemampuan Menganalisis dalam Pembelajaran

Kemampuan menganalisis dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.Kemampuan menganalisis merupakan salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu :

1.Menganalisis unsur:

*Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu pernyataan
*Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
*Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan pernyataan normatif.
*Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan membedakan mekanisme perilaku antara individu dan kelompok.
*Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang mendukungnya.

2.Menganalisis hubungan:

*Kemampuan untuk melihat secara komprehensif interrelasi antar ide dengan ide.
*Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang membenarkan suatu pernyataan.
*Kemampuan untuk mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya.
*Kemampuan untuk memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada.
*Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan yang relevan mana yang tidak.
*Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di dalam suatu argumen.
*Kemampuan untuk mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan yang tidak penting di dalam perhitungan historis.

3.Menganalisis prinsip-prinsip organisasi:

*Kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat
*Kemampuan untuk mengenal bentuk dan pola karya seni dalam rangka memahami maknanya.
*Kemampuan untuk mengetahui maksud dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya.
*Kemampuan untuk melihat teknik yang digunakan dalam meyusun suatu materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan propaganda.

Ciri-Ciri Sekolah yang Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Pembelajaran Aktif merupakan sebuah konsep pembelajaran yang dipandang sesuai dengan tuntutan pembelajaran mutakhir. Oleh karena itu, setiap sekolah seyogyanya dapat mengimplementasikan dan mengembangkan pembelajaran aktif ini dengan sebaik mungkin. Dengan merujuk pada gagasan dari Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator atau ciri-ciri sekolah yang telah melaksanakan proses pembelajaran aktif ditinjau dari aspek: (a) ekspektasi sekolah, kreativitas, dan inovasi; (b) sumber daya manusia; (c) lingkungan, fasilitas, dan sumber belajar; dan (d) proses belajar-mengajar dan penilaian.

A. EKSPEKTASI SEKOLAH, KREATIVITAS, DAN INOVASI

1.Prestasi belajar peserta didik lebih ditekankan pada ”menghasilkan” daripada ”memahami”.
2.Sekolah menyelenggarakan ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
3.Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, pot bunga, tempat sampah)
4.Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai artistik dan ekonomis/kapital untuk dijual.
5.Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu, misalnya sekali dalam satu tahun.
6.Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut sekolah.
7.Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.
8.Sekolah rapi, bersih, dan teratur.
9.Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah.
10.Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
11.Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru.
12.Ada forum penyaluran keluhan peserta didik.
13.Iklim sekolah lebih demokratis.
14.Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat pendidikan menengah ada lomba karya ilmiah peserta didik.
15.Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat.
16.Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif.
17.Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah (misalnya, nama guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu).
18.Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
19.Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun tenaga kependidikan lainnya secara rutin.
20.Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra dari berbagai pihak yang terkait (stakeholders).

B. SUMBER DAYA MANUSIA

1.Kepala sekolah peduli dan menyediakan waktu untuk menerima keluhan dan saran dari peserta didik maupun guru.
2.Kepala sekolah terbuka dalam manajemen, terutama manajemen keuangan kepada guru dan orang tua/komite sekolah.
3.Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.
4.Guru mengenal baik nama-nama peserta didik.
5.Guru terbuka kepada peserta didik dalam hal penilaian.
6.Sikap guru ramah dan murah senyum kepada peserta didik, dan tidak ada kekerasan fisik dan verbal kepada peserta didik.
7.Guru selalu berusaha mencari gagasan baru dalam mengelola kelas dan mengembangkan kegiatan belajar.
8.Guru menunjukkan sikap kasih sayang kepada peserta didik.
9.Peserta didik banyak melakukan observasi di lingkungan sekitar dan terkadang belajar di luar kelas.
10.Peserta didik berani bertanya kepada guru.
11.Peserta didik berani dalam mengemukakan pendapat.
12.Peserta didik tidak takut berkomunikasi dengan guru.
13.Para peserta didik bekerja sama tanpa memandang perbedaan suku, ras, golongan, dan agama.
14.Peserta didik tidak takut kepada kepala sekolah.
15.Peserta didik senang membaca di perpustakaan dan ada perilaku cenderung berebut ingin membaca buku bila datang mobil perpustakaan keliling.
16.Potensi peserta didik lebih tergali serta minat dan bakat peserta didik lebih mudah terdeteksi.
17.Ekspresi peserta didik tampak senang dalam proses belajar.
18.Peserta didik sering mengemukakan gagasan dalam proses belajar.
19.Perhatian peserta didik tidak mudah teralihkan kepada orang/tamu yang datang ke sekolah.

C. LINGKUNGAN, FASILITAS, DAN SUMBER BELAJAR

1.Sumber belajar di lingkungan sekolah dimanfaatkan peserta didik untuk belajar.
2.Terdapat majalah dinding yang dikelola peserta didik yang secara berkala diganti dengan karya peserta didik yang baru.
3.Di ruang kepala sekolah dan guru terdapat pajangan hasil karya peserta didik.
4.Tidak ada alat peraga praktik yang ditumpuk di ruang kepala sekolah atau ruang lainnya hingga berdebu.
5.Buku-buku tidak ditumpuk di ruang kepala sekolah atau di ruang lain.
6.Frekuensi kunjungan peserta didik ke ruang perpustakaan sekolah untuk membaca/meminjam buku cukup tinggi.
7.Di setiap kelas ada pajangan hasil karya peserta didik yang baru.
8.Ada sarana belajar yang bervariasi.
9.Digunakan beragam sumber belajar.

D. PROSES BELAJAR-MENGAJAR DAN PENILAIAN

1.Pada taraf tertentu diterapkan pendekatan integrasi dalam kegiatan belajar antarmata pelajaran yang relevan.
2.Tampak ada kerja sama antarguru untuk kepentingan proses belajar mengajar.
3.Dalam menilai kemajuan hasil belajar guru menggunakan beragam cara sesuai dengan indikator kompetensi. Bila tuntutan indikator melakukan suatu unjuk kerja, yang dinilai adalah unjuk kerja. Bila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, yang digunakan adalah alat penilaian tertulis. Bila tuntutan indikator memuat unsur penyelidikan, tugas (proyek) itulah yang dinilai. Bila tuntutan indikator menghasilkan suatu produk 3 dimensi, baik proses pembuatan maupun kualitas, yang dinilai adalah proses pembuatan atau pun produk yang dihasilkan.
4.Tidak ada ulangan umum bersama, baik pada tataran sekolah maupun wilayah, pada tengah semester dan / atau akhir semester, karena guru bersangkutan telah mengenali kondisi peserta didik melalui diagnosis dan telah melakukan perbaikan atau pengayaan berdasarkan hasil diagnosis kondisi peserta didik.
5.Model rapor memberi ruang untuk mengungkapkan secara deskriptif kompetensi yang sudah dikuasai peserta didik dan yang belum, sehingga dapat diketahui apa yang dibutuhkan peserta didik.
6.Guru melakukan penilaian ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sekaligus sebagai alat diagnosis untuk menentukan apakah peserta didik perlu melakukan perbaikan atau pengayaan.
7.Menggunakan penilaian acuan kriteria, di mana pencapaian kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kemampuan peserta didik yang lain, melainkan dibandingkan dengan pencapaian kompetensi dirinya sendiri, sebelum dan sesudah belajar.
8.Penentuan kriteria ketuntasan belajar diserahkan kepada guru yang bersangkutan untuk mengontrol pencapaian kompetensi tertentu peserta didik. Dengan demikian, sedini mungkin guru dapat mengetahui kelemahan dan keberhasilan peserta dalam kompetensi tertentu.

==========

Sumber: Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta

OBSERVASI MAHASISWA PGRA/TK DARUNNAJAH KE TK PEMBINA PETUKANGAN JAKARTA

observasi ke tk pembina

Rabu, 8 Juni 2011 Mahasiswa PGRA/TK Darunnajah mengadakan observasi pembelajaran TK di TK Pembina Petukangan Utara Jakarta Selatan. TK Pembina merupakan TK Percontohan tingkat Nasional. Peserta observasi ini adalah seluruh mahasiswa, dosen dan pengelola PGRA/TK Darunnajah.

Pelaksanaan observasi dimulai dari pukul 07.30-13.00 WIB dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1.Pengarahan pelaksanaan observasi dan sambutan dari Kepala Sekolah TK Pembina oleh Dra. Eky Trisaktyaningsih. Diruang rapat TK Pembina
2.Pelaksanaan Observasi Pembelajaran di TK dengan mengamati proses belajar mengajar dikelas. Dengan cara mahasiswa di bagi enam kelompok untuk observasi langsung ke enam kelas yaitu kelas TK A tiga kelas, dan kelas TK B tiga kelas.
3.Setelah mengamati kegiatan belajar-mengajar di kelas mahasiswa melanjutkan observasi kelingkungan sekolah, diantaranya mengamati fasilitas-fasilitas yang mendukung pembelajaran, seperti aula, tempat bermain, mushola, kolam renang dan lain-lain.
4.Setelah pelaksanaan Observasi kelas dan lingkungan sekolah,mahasiswa kembali keruangan untuk mengadakan evaluasi dan tanya jawab dengan ibu Kepala Sekolah dan Dewan Guru TK Pembina.
5.Pemberian kenang-kenangan dari Lembaga PGRA/TK Darunnajah kepada TK Pembina. Yang diberikan oleh ibu Hj. Endang Susilowaty, S.Pd.I dan Ibu Dunna Izfana, M.Pd.Psy selaku dosen kepada ibu Dra. Eky Trisaktyaningsih selaku kepala sekolah TK Pembina.
6.Penutup dan diakhiri dengan foto bersama.

Alhamdulillahirabbil’aalamin, pelaksanaan observasi mahasiswa PGTK Darunnajah berjalan dengan baik dan lancar. Kami Pengelola PGTK Darunnajah banyak mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah dan seluruh dewan guru TK Pembina yang telah memberikan kesempatan dan memberikan banyak ilmu, pengalaman, wawasan tentang pembelajaran di TK kepada mahasiswa PGTK.
observasi ke tk pembina
Mahasiswa sangat terkesan dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan observasi ini, mereka mendapatkan banyak pengalaman-pengalaman baru tentang pembelajaran di TK. Hal ini terlihat dengan antusias mahasiswa saat melakukan tanya jawab dengan ibu kepala sekolah dan dewan guru. Pertanyaan-pertanyaan mahasiswa ini meliputi kurikulum, metode pengajaran, cara-cara pembuatan alat peraga di TK sampai cara-cara menangani permasalahan anak-anak TK dan lain-lainnya. Dan semua pertanyaan dijawab dengan baik dan memuaskan oleh ibu kepala sekolah dan seluruh dewan guru.
observasi ke tk pembina Diharapkan dengan observasi ini seluruh mahasiswa PGRA/TK Darunnajah mendapatkan ilmu, pengalaman, wawasan tentang pembelajaran di TK yang baik dan benar sehingga dapat menjadi pendidik dan guru TK yang berkualitas dan profesional. Amin.

Tips Agar Pendidik Diperlakukan Secara Terhormat

Terkait dengan upaya profesionalisme pendidik di Indonesia, Sudarwan Danim (2006) mengemukakan sebelas asumsi yang harus dipenuhi jika para pendidik benar-benar hendak ditempatkan sebagai sebuah profesi yang terhormat. Kesebelas asumsi tersebut adalah:

1.Secara relatif mereka dibayar lebih baik daripada apa yang mereka dapatkan sekarang di manapun mereka dipekerjakan.
2.Mereka mempunyai pilihan untuk mengaktualkan kemampuan profesionalnya dengan bekerja secara memandu sendiri.
3.Mereka mempunyai peluang untuk menyuarakan secara lebih besar mengenai peran dalam tugas mereka.
4.Adanya kejelasan mengenai alur puncak karier yang tersedia bagi mereka
5.Mereka mengawasi peran mereka sendiri
6.Mereka mebuat keputusan tentang siswa pada level unit kerja mereka.
7.Mereka memiliki rencana pembayaran jasa yang dibedakan antara guru yang mampu dan yang kurang mampu.
8.Aktualisasi diri dalam kerangka membangun relasi dengan yang lain.
9.Pemberian tanggung jawab dan tambahan kesejahteraan dalam aneka bentuknya.
10Lingkungan memberikan suplai di mana disiplin tidak lagi menjadi fokus utama perilaku guru.
11Ad.anya perlindungan kebebasan akademik bagi guru. Guru yang tidak kompeten tidak diberi peluang untuk memnuntut hak lebih banyak dan mereka tidak perlu dibela oleh organisasi.

Bentuk Budaya Guru

Budaya sekolah memiliki bentuk-bentuk budaya tertentu dan salah satunya adalah bentuk budaya guru yang menggambarkan tentang karakeristik pola-pola hubungan guru di sekolah. Hargreaves (1992) telah mengidentifikasi lima bentuk budaya guru, yaitu : Individualism, Balkanization, Contrived Collegiality, Collaboration, dan Moving Mosaic.

1.Individualism. Budaya dalam bentuk ini ditandai dengan adanya sebagian besar guru bekerja secara sendiri-sendiri (soliter), mereka menjadi tersisolasi dalam ruang kelasnya, dan hanya sedikit kolaborasi, sehingga kesempatan pengembangan profesi melalui diskusi atau sharing dengan yang lain menjadi sangat terbatas.

2.Balkanization.
Bentuk budaya yang kedua ini ditandai dengan adanya sub-sub kelompok secara terpisah yang cenderung saling bersaing dan lebih mementingkan kelompoknya daripada mementingkan sekolah secara keseluruhan. Misalnya, hadirnya kelompok guru senior dan guru junior atau kelompok-kelompok guru berdasarkan mata pelajaran. Pada budaya ini, komunikasi jarang terjadi dan kurang adanya kesinambungan dalam memantau perkembangan perilaku siswa, bahkan cenderung mengabaikannya.

3.Contrived Collegiality.
Bentuk budaya yang ketiga ini sudah terjadi kolaborasi yang ditentukan oleh manajemen, misalnya menentukan prosedur perencanaan bersama, konsultasi dan pengambilan keputusan, serta pandangan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Bentuk budaya ini sangat bermanfaat untuk masa-masa awal dalam membangun hubungan kolaboratif para guru. Kendati demikian, pada buaya ini belum bisa menjamin ketercapaian hasil, karena untuk membangun budaya kolaboratif memang tidak bisa melalui paksaan.

4.Collaboration.
Pada budaya inilah guru dapat memilih secara bebas dan saling mendukung dengan didasari saling percaya dan keterbukaan. Dalam budaya kolaboratif terdapat saling keterpaduan (intermixing) antara kehidupan pribadi dengan tugas-tugas profesional, saling menghargai, dan adanya toleransi atas perbedaan.

5.Moving Mosaic. Pada model ini sekolah sudah menunjukkan karakteristik seperti apa yang disampaikan oleh Senge (1990) tentang “learning organisation”. Para guru sangat fleksibel dan adaptif, semua guru mengambil peran, bekerja secara kolaboratif dan reflektif, serta memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

5 Cara Guru Belajar

Perubahan paradigma pendidikan yang cukup dramatis pada saat sekarang ini, mau tidak mau menuntut para guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang efektif agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu melalui belajar secara terus menerus.
Dengan demikian, tuntutan untuk belajar tidak hanya terjadi pada siswa yang dibelajarkannya, tetapi guru itu sendiri pun justru dituntut untuk senantiasa belajar tentang bagaimana mengajar yang baik. Banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk belajar, diantaranya:

1.Guru belajar dari praktik pembelajaran yang dilakukannya

2.Guru belajar melalui interaksi dengan guru lain

3.Guru belajar melalui ahli/konsultan

4.Guru belajar melalui pendidikan lanjutan dan pendalaman

5.Guru belajar melalui cara yang terpisah dari tugas profesionalnya.