er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Suvervisi Guru

SUPERVISI

1. Pengertian Supervisi

Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar agar memperoleh kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru.

2. Tujuan Supervisi


A. Meningkatkan mutu kinerja guru

Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.

B. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik

C. Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa

D. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

E. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

Catatan:- Tujuan supervisi harus dikomunikasikan dan dipahami oleh semua pihak- Supervisi harus terencana dengan baik, membangun dan demokratis- Guru harus diberi informasi tentang tujuan supervisi

Kriteria Supervisi

1. Guru perlu diberitahu penilaian apa yang akan dipakai dalam proses supervisi

2. Kriteria penilaian harus dikembangkan mulai dari prioritas pengajaran, tujuan program, sistim sekolah serta perkembangan profesional guru

3. Kriteria dalam observasi guru harus ada hubungannya dengan deskripsi kerja guru

3. Fungsi Supervisi

1. Fungsi Meningkatkan Mutu PembelajaranRuang lingkupnya sempit, hanya tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa.

2. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan PembelajaranLebih dikenal dengan nama Supervisi Administrasi

3. Fungsi Membina dan Memimpin

4. Tipe-tipe Supervisi


1.Tipe Inspeksi

Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.

2.Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

3.Tipe Coersive

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.

4.Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.

5.Tipe Demokratis

Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.

5. Prinsip-prinsip Supervisi


1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan mencari-cari kesalahan.

2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.

3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau tanggapan.

4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.

5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan yang dimiliki.

6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

6. Sasaran Supervisi

Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada 3 macam bentuk supervisi:

Supervisi Akademik

Menitikberatkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang berlangsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu

Supervisi Administrasi

Menitikberatkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar terlaksananya pembelajaran.

Supervisi Lembaga

Menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di sekolah. Supervisi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan. Misalnya: Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), Perpustakaan dan lain-lain.

Seperangkat kriteria untuk evaluasi guru

1. Ketrampilan InstruksionalGuru harus

1. Merencanakan secara efektif setiap pelajaran dan kegiatan kegiatannya

2. Menentukan dan mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa

3. Memeriksa kembali bahan materi pelajaran yang dibutuhkan

4.Menunjukkan dengan jelas dalam presentasi

5.Menggunakan teknik-teknik untuk merangsang siswa belajar dan menjaga siswa agar tetap fokus

6.Menyesuaikan bahan materi pelajaran, kegiatan, sumber dan tugas untuk kebutuhan kelompok dan pribadi

7.Memonitor pemahaman siswa tentang konsep

8.Menyediakan tugas/ kerja siswa yang relevan dan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa

9. Meringkas pelajaran

2. Pengetahuan Tentang IsiGuru harus

1.Menunjukkan pengetahuan dan kepekaan terhadap materi pelajaran

2.Tampil mengintegrasi materi pelajaran ke dalam aktivitas dan diskusi

3. Mengetahui berbagai sumber yang berhubungan dengan materi pelajaran

4.Mendeminstrasikan relevansi materi pelajaran dengan kehidupan siswa

5.Menolong siswa utnuk menjawab pertanyaan mereka sendiri

6.Mengindentifikasi kesempatan-kesempatan yang dapat memperkaya pengetahuan yang dihubungkan dengan topik belajar

3. Ketrampilan Mengelola KelasGuru harus

1. Menjaga standar yang jelas dan sesuai dengan perilaku siswa

2. Mendisiplinkan siswa dengan adil, objektif dan dengan cara yang membangun

3. Menggunakan waktu belajar di kelas dengan efektif

4. Memberi feedback yang positif dan membangun untuk setiap tindakan dan usaha

5. Menciptakan suasana belajar yang suportif dan positif

6. Menunjukkan perilaku yang memfokuskan pada perhatian siswa pada pembelajaran

7. Mengembangkan sikap saling menghormati di dalam kelas

8. Menunjukkan sikap toleransi terhadap berbagai perbedaan

4. Keterampilan BerkomunikasiGuru harus

Berkomunikasi dan berinteraksi secara positif dengan siswa
Memperhatikan pertumbuhan sosial dan emosional siswa
Menunjukkan kepedulian terhadap siswa dan mendengarkan segala masalah mereka dengan penuh perhatian dan empati
Bekerjasama dengan baik dengan semua staf
Menjaga hubungan yang positif dengan orang tua dan orang lain di lingkungan sekolah
Menghormati dan dihormati oleh orang lain baik itu kolega dan orang tua

5. Pengetahuan Tentang Perkembangan SiswaGuru harus

Menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang membangun dalam perencanaan dan perorganisasian pengajaran
Menunjukkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku siswa yang sesuai dengan usianya
Menyusun pengalaman yang sesuai bagi perkembangan sosial siswa
Menjaga espektasi yang tinggi namun realistis mengenai siswa
Mengetahui/ menyadari kebutuhan khusus siswa dan berusaha untuk memenuhinya

6. Tanggung Jawab ProfesionalGuru harus

Memberikan kontribusi tujuan sekolah
Berusaha melaksanakan visi dan misi sekolah
Menunjukkan komitmen terhadap pertumbuhan siswa
Melaksanakan tugas-tugas rutin tepat pada waktunya dan dapat dipercaya
Menjunjung tinggi peraturan-peraturan dan tanggung jawab secara profesional
Membantu dalam penyeleksian materi/ bahan pelajaran
Tetap mengikuti arah dan aktivitas dalam wilayah kurikulum
Berpartisipasi dalam aktivitas pengembangan staff

Pencapaian Keseimbangan Antara Observasi Formal Dengan Observasi Informal (Drop In Observation)

Observasi formal merupakan alat penting dalam proses supervisi namun observasi informal dapat memberikan informasi yang tidak kalah penting seperti ketrampilan mengajar dan penampilan mengajar di kelas sehari hari
Jika kita ingin melaksanakan observasi informal yakinkan bahwa guru mengetahui bahwa ini adalah kebijakan dari Anda
Untuk observasi formal perlu dibuat laporan tertulis/ ringkasan sebagai feedback
Untuk observasi informal biasanya feedback diberikan secara lisan atau dengan catatan kecil segera sesudah observasi informal dilakukan

Pertemuan Pre Observasi

Membantu guru merefleksikan apa yang akan mereka lakukan atau dapatkan sebagai usulan ide-ide untuk pengajaran yang akan dilakukan
Tujuan pertemuan ini adalah untuk menolong guru agar fokus pada materi yang akan diobservasi
Menyelidiki apakah ada siswa dalam kelas yang memiliki perilaku yang harus diperhatikan secara khusus
Membahas strategi dan teknik apa yang akan dipergunakan saat mengajar
Menetapkan isi pelajaran, apa awal dan akhirnya
Mendiskusikan harapan-harapan guru dan apa kekuatiran guru tentang pelajaran
Menjelaskan apa peran Kepala Sekolah dalam observasi

Bagaimana Melaksanakan Observasi Dengan Efektif

Kepala Sekolah harus tiba di kelas tepat waktu sesuai dengan jadwal yang disepakati
Memberi salam kepada semua siswa
Duduk di tempat yang nyaman untuk melakukan observasi (mampu mengobservasi semua interaksi yang terjadi antara guru dan siswa)
Selama observasi, kepala sekolah dapat merekam percakapan antara guru dan siswa
Kepala Sekolah harus ada di kelas sampai pelajaran selesai dilaksanakan

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Observasi

Apakah pengajaran diberikan secara jelas kepada siswa dan sesuai dengan tujuan pengajaran yang dibuat oleh guru?
Apa yang dilakukan oleh guru untuk memotivasi siswa atau menciptakan rasa antusias siswa
Apakah terlihat bahwa rencana pengajaran telah dipersiapkan oleh guru dengan baik
Apakah penjelasan yang diberikan oleh guru cukup jelas
Apa yang dilakukan guru untuk memaksimalkan partisipasi siswanya
Apakah materi pengajaran dipergunakan dengan tepat
Apakah jalannya pengajaran berlangsung terlalu cepat atau terlalu lambat
Bagaimanakah guru memeriksa pemahaman siswanya
Apakah teknik bertanya sudah dilakukan dengan tepat
Apakah memonitor kemajuan siswanya
Apakah nada positif/ antusias meliputi ruangan kelas
Apakah manajemen kelas efekif
Apakah masa transisi berlangsung dengan baik

Catatan: FORMAT LAPORAN EVALUASI KELAS

Catatan selama observasi tidak digunakan untuk mencari kesalahan. Catatan ini hanya digunakan untuk menulis apa yang sedang diobservasi
Sesudah observasi selesai, berilah kata-kata positif kepada guru tentang pelajaran yang baru selesai diobservasi
Sesudah berada dalam ruang kepala sekolah, barulah dibahas apa yang tertulis dalam laporan observasi
Dalam laporan observasi perlu ditulis apa yang patut dihargai/ penilaian positif dari guru dan apa yang perlu diperbaiki dari guru atau bagaimana guru dapat mengembangkan pengajarannya.
Dalam penulisan laporan observasi, perlu ketelitian, kepekaan dan profesionalisme dari Kepala Sekolah
Selain itu, diperlukan persiapan waktu untuk menuliskan data yang akurat dan reflektif.

Pertemuan Sesudah Observasi Waktu Untuk Berbagi dan Belajar

Pertemuan sesudah observasi merupakan pertemuan yang sangat penting dan tak ternilai karena guru diikutsertakan dalam dialog yang profesional
Dialog harus segera dilaksanakan sesudah observasi karena semua kejadian, strategi yang dipakai dalam mengajar dll masih segar dalam ingatan baik itu kepala sekolah maupun guru
Perlu suasana yang positif dalam pertemuan ini
Terima guru untuk masuk ruangan dan persilahkan untuk duduk
Usahakan agar tidak ada gangguan ketika pertemuan berlangsung
Mulailah pertemuan dengan memberitahu tujuan pertemuan, merayakan kesuksesan dan untuk meningkatkan pengajaran secara profesional
Mintalah guru untuk menyampaikan perasaannya tentang pelajaran yang telah dilaksanakan, apakah pelajaran berlangsung dengan baik, bagaimana kesan siswa, apa yang masih perlu untuk diperbaiki
Evaluasi pribadi/ refleksi adalah teknik yang berguna untuk mengembangkan diri secara profesional
Dalam pertemuan ini ditinjau kembali semua tujuan pelajaran yang dibuat oleh guru. Apakah semua tujuan itu tercapai, apa yang telah dilakukan guru untuk mencapai tujuan tersebut.

Pembagian jenis kunjungan (visit) oleh supervisor berdasarkan pengalaman guru mengajar:

Guru yang berpengalaman

a. Kunjungan Informal

b. Kunjungan Formal

Guru pemula
Kunjungan Terjadwal
Kunjungan Informal
Kunjungan Formal

Kunjungan Terjadwal* Satu kali tiap semester* Kunjungan ini dilakukan untuk melaksanakan observasi lengkap* Dilaksanakan atas permintaan supervisor/ kepala sekolah Kunjungan Informal* Satu kali tiap semester, bila dibutuhkan lagi bisa ditambahkan oleh pihak supervisor/ kepala sekolah* Kunjungan ini dapat berfungsi untuk memperkuat setiap kesimpulan yang sudah ditetapkan oleh supervisor/ kepala sekolah. Kunjungan Formal* Satu kali tiap semester* Kunjungan ini dilaksanakan atas permintaan dari guru dimana guru telah mempersiapkan kelasnya dengan sangat baik. Durasi dan Frekuensi Kunjungan Durasi/ lamanya kunjungan ditentukan oleh tipe dari situasi pembelajaran dan pengajaran yang sedang diobservasi serta jenis kunjungan. Jika guru yang memulai inisiatif mengundang kepala sekolah atau jika kepala sekolah telah menginformasikan ke guru bahwa ia akan berkunjung, kepala sekolah diharapkan untuk tinggal dikelas sampai jam pelajaran selesai. Frekuensi kunjungan kepala sekolah bergantung pada (1) tujuan dari kunjungan dan (2) siapa yang berinisiatif melakukan kegiatan kunjungan (apakah dari guru atau kepala sekolah). Jika kepala sekolah mengobservasi guru yang meminta bantuan khusus (area tertentu dari program instruksional pengajaran), kepala sekolah bisa memikirkan kunjungan ulang dalam waktu yang singkat berikut observasi awal dalam rangka pengumpulan data atau untuk mendemonstrasikan teknik-teknik pengajaran. Jika kepala sekolah yang berinisiatif melakukan kunjungan kelas, kepala sekolah dimungkinkan untuk merencanakan kunjungan kelas minimal sebulan sekali; jika guru yang memulai inisiatif tersebut, maka kunjungan tersebut bisa lebih/ kurang sebulan sekali bergantung pada fungsi dari kunjungan tersebut.

Lain-lain:

Beberapa peran dan fungsi dari seorang guru:

1.Guru sebagai manager.

Guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran

2.Guru sebagai observer

Kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan mereka, reaksi dan interaksi mereka.

3.Guru sebagai diagnostician

Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk merencanakan program bagi peserta didik

4.Guru sebagai educator

Kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan isi dari kurikulum dan program pembelajaran

5.Guru sebagai organizer

Kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran

6.Guru sebagai decision-maker

Memilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi

7. Guru sebagai presenter

Guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap diskusi.

8.Guru sebagai communicator

Kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun rekan kerja.

9.Guru sebagai fasilitator

Guru berfungsi sebagai mediator anatara peserta didik/ kelas dan masalah-masalah yang timbul.

10.Guru sebagai motivator

Guru memberikan motivasi kepada peserta didik

11. Guru sebagai counsellor

Guru sebagai konselor bagi siswa dibidang pendidikan, personal, sosial dan emosional.

12. Guru sebagai evaluator

Guru mengevaluasi, menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan kemajuan siswa.

Metode di TK

Apakah alasan orangtua memasukkan anak balitanya ke TK? Umumnya jawaban yang diberikan adalah agar anak memiliki teman bermain atau kesempatan untuk bersosialisasi, yang kedua adalah untuk mempersiapkan anak masuk SD. Bila disimpulkan yang tersirat, intinya orangtua ingin agar anaknya dapat belajar dengan baik semenjak dini. Karena bila dikaji alasan pertama yaitu agar anak dapat bersosialisasi, merupakan gambaran harapan orangtua agar anak lebih termotivasi mempelajari keterampilan tertentu melalui teman-temannya, sehingga anak yang penakut misalnya jadi bisa lebih berani, anak yang masih cadel jadi punya kesempatan melatih alat motorik bicaranya, atau anak yang susah makan siapa tau jadi lebih mudah makan bila disambi kegiatan bermain bersama sebayanya. Begitupula dengan alasan kedua, agar anak dapat mengikuti proses belajar dengan baik di tingkatan selanjutnya, maka anak dianggap perlu melalui jenjang TK.

Secara umum, mungkin alasan tersebut bisa diterima. Akan berbeda jadinya bila terjadi case tertentu, misalnya, pada anak yang dominan aspek intrapersonalnya atau aspek eksistensial-nya; merupakan tipikal anak yang cenderung perenung, suka memikirkan sesuatu hingga mendalam, maka tampilannya mungkin akan terlihat introvert, penakut dan tidak mudah untuk menjalin relationship dengan sembarang orang. Anak seperti ini akan terlihat bermasalah dalam pandangan guru TK dan pasti akan semakin digiatkan agar ia dapat bertingkahlaku sebagaimana umumnya target anak bersekolah di TK; agar dapat bersosialisasi. Wah, pertanda mulai akan terjadi penghancuran dalam diri anak. Karena anak akan dipaksa secara halus maupun terang-terangan untuk mulai merubah karakter atau watak dasarnya. Tidak heran kalau kemudian timbul berbagai persoalan dalam proses belajar. Anakpun menjadi tidak nyaman dengan sekolahnya. Kalo anak terlihat tidak nyaman dengan sekolahnya pertanda sekolah tersebut tidak pas dengan dirinya jangan dibalik bahwa anak tersebut yang bermasalah sehingga tidak dapat menyesuaikan diri.

Seorang tokoh pendidikan, Piaget namanya, menyebutkan adanya konsep "keseimbangan" (Equilibrium), dimana hal ini akan tercapai bila input dari luar/lingkungan sesuai atau pas dengan pengetahuan dalamnya (inner knowledge), Piaget percaya bahwa setiap anak yang lahir sudah membawa pengetahuan atau content tertentu dalam dirinya, nah fungsi pendidik adalah mencari dari lingkungan atau semesta sekitarnya "sesuatu" yang pas dengan content tersebut agar tercapai keseimbangan. Tentunya "sesuatu" itu sangat spesifik pada setiap anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ki Hajar Dewantoro tentang pendidikan berbasis kultur artinya pendidikan harus mampu mencapai kesempurnaan lahir dan batin (luar dan dalam, inner to outer). Pendidikan yang baik harus mampu menyentuh aspek jiwa atau batin seseorang tidak hanya terfokus pada capaian raga semata. Jadi, kita harus mulai teliti mengamati kekhas-an anak kita yang dapat dikenali dari kecenderungannya, minatnya, tipikal kepribadiannya. Walaupun minat dan kecenderungan tersebut juga belum tentu minat sejatinya, karena peran lingkungan turut mewarnai pilihan anak terhadap sesuatu. Paling tidak pengamatan kita bisa menjadi data awal yang akan membantu proses pengenalan dirinya sendiri.

Beranjak ke alasan kedua, lazimnya setiap jenjang adalah proses persiapan untuk mengikuti jenjang berikutnya. Maka anak masuk TK agar siap masuk SD, anak masuk SD agar mudah mengikuti fase berikutnya, nah kalo sudah diperguruan tinggi bagaimana? Apakah bila kita masuk perguruan tinggi agar mudah mengikuti materi pelajaran di S2? Atau bagaimana? Karena masuk lapangan kerja pun mereka tidak siap pakai, Perguruan tinggi selalu berdalih bahwa mereka bukan bengkel kerja yang siap menelurkan montir. Anyway, balik ke TK lagi deh, kalo targetnya adalah untuk mempersiapkan anak masuk SD, guru kemudian cenderung memberikan materi bayangan atau bahkan materi sesungguhnya yang akan dipelajari di SD, umumnya yang disebut calistung (baca, tulis, hitung) itu. Yang terjadi kemudian anak seperti dijejalkan materi-materi sejak awal, pelajarannya dipercepat, setiap hari mereka bersikejar dengan pencapaian keterampilan baru.

Bila anak tidak mampu mengikuti, akan dilabeli sebagai anak bermasalah. Treatment yang diberikan adalah drill terhadap sesuatu yang justru menjadi kelemahannya, misal, bila anak tertinggal membaca, maka ia harus mengikuti pelajaran tambahan membaca. Bisa dibayangkan kemampuan seorang anak yang sebenarnya sangat kompleks kemudian di kerutkan hanya dominan pada domain calistung itu. Bukannya fokus pada aspek kekuatan/kelebihan anak, melainkan fokus pada kelemahan anak. Tidak heran kalo generasi sekarang adalah generasi yang cenderung minder, selalu melihat keluar, tidak bangga dengan apa yang ada dalam dirinya, tidak punya inisiatif karena kita cenderung hanya berpatokan pada trend. Contohnya, karena negara luar dianggap hebat, semenjak dini anak-anak kita masukkan ke sekolah yang berbahasa pengantar Inggris atau mandarin. Bukan tidak penting sih belajar bahasa asing, tapi belum pas untuk usia dasar, ada waktu yang tepat bagi anak untuk mulai belajar bahasa atau kebudayaan asing. kita perlu paham kapan waktunya anak kita mulai belajar sesuatu. Pada tiap tahapan usia ada aspek yang perlu dibangun kokoh terlebih dahulu sebelum beranjak belajar materi-materi praktis.

Sekarang balik lagi nih, kalo ada pertanyaan untuk apa sih sebenarnya anak masuk TK? Kalo menurut saya sih untuk menumbuhkan minat dia dalam memahami sesuatu dan sebisa mungkin mengakomodir kebutuhannya. Ada beberapa metode yang memungkinkan seorang anak diakomodir sesuai minat dan keinginannya, misalnya: metoda Multiple Intelegences dimana pembelajaran dimulai dari mengenali minat anak terhadap sesuatu. Misalnya saja bila anak minat di musik, maka dia akan distimulasi dengan berbagai materi yang akan menguatkan minat tersebut. Walaupun harus disadari juga bahwa minat belum tentu sinergi dengan bakat. Harus hati-hati jangan sampai ia frustrasi karena ia merasa suka musik tapi kok sulit memainkan alat musik.

Harus diamati kecenderungan temporer anak pada umumnya yang sangat dipengaruhi karakter perkembangan yang khas dan bentukan lingkungan sekitar. Bagaimanapun seorang anak sangat kompleks, memiliki keterampilan ganda, dan tidak partial, sangat memungkinkan bagi seseorang untuk menguasai berbagai keterampilan dengan baik, tidak hanya spesifik pada satu hal. Karena itu anak perlu dikayakan dengan banyak mengenal berbagai hal agar terpancing keingin-tahuannya, bila "sesuatu" yang dikenalkan itu telah menyentuh aspek rasa anak, menyentuh pengetahuan dalam, aspek batinnya, maka seperti yang dikatakan Piaget; ia telah mencapai keseimbangan, yang akan membuat ia kuat dalam menghadapi gempuran pembelajaran praktis di fase selanjutnya. "Keseimbangan" tersebut akan menentukan bagaimana seorang anak menghadapi persoalan dalam hidupnya kelak. Karena itu penting bagi orangtua maupun pendidik untuk mengenal jati diri seorang anak yang merupakan innate dari Tuhan yang Kuasa.

Demikian pula menurut Ki Hajar Dewantoro yang secara lebih spesifik menyatakan bahwa bagaimanapun metoda yang diaplikasi sebuah TK yang baik harus mampu memberi kesempatan bagi anak untuk dapat mengenal: kesenian, keindahan, rasa agama dan kesusilaan. Keempat hal tersebut merupakan dasar yang bila terbentuk dengan baik akan membuat anak mencapai "kematangan". "kematangan" tersebut penting karena merupakan tanda bahwa anak telah siap dalam menjalani kehidupan dengan baik, siap untuk belajar menghadapi fase pembelajaran dijenjang berikutnya yang cenderung praktis, dogmatis dan hapalan. "kematangan" yang dimaksud adalah tidak terlepas dari persoalan pengenalan jati diri anak.

Berikut, sedikit ajaran KiHajar dari ke-empat hal mendasar yang perlu dipenuhi dalam usia dini:

Kesenian, mengapa kesenian menjadi hal utama? Sebab kesenian adalah representasi dari khasanah suatu daerah, yang mengandung filosofi tertentu, tercakup didalamnya nilai yang dianut suatu suku tertentu, kebiasaan hidup, karakter masyarakat, bahkan kondisi geografisnya. Setiap daerah memiliki ke-jati-diri-an masing-masing. Sebelum mengenal jati diri individu setiap anak, penting untuk menenal jati diri tempat dimana ia dibesarkan atau budaya orangtuanya, karena setiap anak merupakan archetype dari orangtuanya. Dalam kitab suci, bahkan bahasa suatu daerah pun diajarkan langsung oleh malaikat atau "orang-orang terang". Suatu daerah mengandung misi ke-Illahiyah-an yang tinggi. Beruntung kita hidup di nusantara yang sangat kaya khasanah budaya dan seninya, perkenalkan anak dengan keragaman musik tradisional tersebut, dengan sering melihat pertunjukan langsung pentas seni tradisional, misalnya. Dalam tarian misalnya, tema tari-tarian menunjukkan apa yang menjadi aspek penting dalam masyarakat tertentu. Dari tarian minang temanya seperti; tari panen, tari piring, tari alang babega yang gerakannyapun cenderung maskulin, lebar, terentang (large muscle), sering menghentak kaki, musiknyapun jenis tetabuhan yang mudah ditebak ritmenya, sesuai dengan karakter mereka yang cenderung apa adanya, ekspresif, sedikit agresif, tanpa tedeng aling-aling.

Walau ada juga aspek romantismenya yang digambarkan dari alat musik saluang, biasanya digunakan untuk acara penyambutan tamu atau menyambut pengantin. Sementara tari jawa dan sunda diawali dengan tarian yang bertema seorang gadis yang sedang berdandan bersiap untuk dipinang, tahapan berikutnya, bercerita tentang kinerja seorang istri yang digambarkan dalam tari Bondan; bagaimana seorang ibu menina-bobo-kan anaknya, mencucikan pakaian sekaligus menjemur. Gerakan tari jawa cenderung halus, mengalir, langkahnya kecil-kecil, sangat feminin dan pantang mengangkat tangan melebihi ketiak. Musiknyapun sangat mengalir sehingga bila tidak konsentrasi dengan baik tidak bisa mendeteksi pergantian musik dan gerak. Tentu terkait dengan karakter masyarakatnya pula. Wah, menarik sekali kalau dikulik lebih dalam dan detil, dari satu kegiatan seni saja akan bercerita banyak tentang kompleksitas masyarakatnya dan terlihat keindahannya.

Rasa agama, nah ini menarik, karena rasa agama ini sering dipelesetkan dengan memberikan anak hapalan ayat-ayat sebanyak mungkin. Semakin banyak hapalan atau semakin sering melakukan sholat dianggap telah tumbuh rasa agamanya. Tidak mengapa bila memang keinginan tersebut tumbuh dari diri anak, misalnya saat dia mulai bertanya apa sih yang dibaca ketika sholat dan apa artinya, baru boleh orangtua mengajarkan. Tapi bila anak belum tergugah jangan dipaksa, jangan sampai waktu kecil ia terlihat mau sholat dan hapal ayat, ketika keluar dari rumah orangtuanya, itu tidak dijalankan lagi. Atau mungkin tetap menjalankan sholat tapi malah menjadi seorang yang keras, kaku, yang kerjanya menghujat orang dan merasa benar sendiri. Rasa agama mau tidak mau harus distimulasi dari orangtuanya sendiri, kalau ia menyaksikan betapa damai wajah orangtuanya selesai menjalankan ibadah, betapa menyejukkan mendengarkan orangtua yang membaca Al-Qur'an dengan kesungguhan, niscaya akan lebih menggugah ia. Tapi rasa agama ini juga tidak terbatas pada aspek ritual semata, ketika mulai tumbuh pertanyaan tentang semesta, misal, kalo orang meninggal atau hewan kesayangannya mati pergi kemana, laut yang dalam isinya apa, Tuhan dilangit sedang apa, aku dilahirkan untuk apa kalo jadinya malah sering dimarahi papa-mama? Merupakan pertanda mulai tumbuh keinginan untuk mengenal sesuatu yang lebih sejati.

Kesusilaan, pada aspek ini, anak diajarkan bagaimana berinteraksi dengan sesama, dengan semesta, termasuk dengan benda-benda mati. Umumnya anak, kalo kejeduk pintu misalnya cenderung memukul pintu itu sebagai ekspresi kekesalannya, kita bisa ajarkan misalnya dengan mengataka;, maaf ya de, pintunya pingin ngasih tau ade agar hati-hati eh ga kedengaran suaranya jadi kejeduk deh. Yang pada intinya adalah agar kita pun menjaga interaksi dengan barang yang menjadi amanah kita. mulai belajar mengahargai sesuatu yang ada disekeliling kita, pun terhadap benda mati.

Contoh lain ketika ia ingin memetik bunga, kita katakan: bunga, maaf ya aku suka kamu, boleh aku petik ya, satu aja, nanti bunga tumbuh yang banyak lagi ya. Kesusilaan hendaknya lahir dari kesadaran anak, boleh saja diajarkan tapi sekali lagi jangan memaksa, misalnya, memaksa anak agar selalu menggunakan tangan kanannya untuk merespon pertama kali entah untuk salaman, makan, menulis, mengambil sesuatu dan sebagainya. Perhatikan, respon awal bayi dan anak kecil adalah menggunakan tangan kiri, karena terkait dengan kreatifitas. terlalu fokus dengan penggunaan satu tangan tertentu saja akan mematikan aspek kemampuan lainnya. Kesempatan bagi orangtua untuk mengoptimalkan penggunaan kedua tangannya, misalnya diajarkan memegang alat tulis menggunakan kedua tangannya, salaman dengan menggunakan kedua tangannya (ala sunda), makan dengan menggunakan tangan secara bergantian. Pada fase tertentu mereka akan mencapai kematangan untuk menentukan kapan ia menggunakan tangan kanan, kiri atau keduanya.

Sekarang yang perlu kita siapkan sebagai langkah awal adalah menajamkan pengamatan terhadap perkembangan masing-masing anak. Dan mulai menghargai anak dengan tidak memaksakan kehendak maupun nilai-nilai sepandangan kita. Bahwa mereka memiliki kekhas-an masing-masing -yang hanya mereka sendiri yang dapat menemukannya- dan memiliki masa depan yang mungkin tidak terimajinasi dalam pikiran kita.

Melejitkan Kecerdesan Anak Melalui Bahasa

Orang tua sering dihadapkan pada masalah kemampuan menggunakan bahasa pada buah hatinya. tiba-tiba saja mereka mengatakan hal kasar, memaki, memarahi dan sebagainya. padahal kita merasa tidak mengajarkan bahasa seperti itu. Kok Bisa? Jika kita telusuri lebih jauh ternyata bahasa merupakan media untuk mentrasfer pemikiran yang ada di dalam otak kita. Bahasa adalah jembatan untuk mengekspresikan

Orang tua sering dihadapkan pada masalah kemampuan menggunakan bahasa pada buah hatinya. tiba-tiba saja mereka mengatakan hal kasar, memaki,
memarahi dan sebagainya. padahal kita merasa tidak mengajarkan bahasa seperti itu. Kok Bisa?
Jika kita telusuri lebih jauh ternyata bahasa merupakan media untuk mentrasfer pemikiran yang ada di dalam otak kita.
Bahasa adalah jembatan untuk mengekspresikan apa yang difikirkan dan dirasakan seseorang.

kita akan lebih mudah mengukur cara dan kadar berfikir seseorang,dari apa yang disampaikan secara lisan dan tulisan.
Oleh karena peran bahasa begitu penting, maka harus ada upaya membangun kemampuan bahasa pada anak di usia dini.
yang secara otomatis juga menjadi pondasi awal dibangunnya kecerdasan anak.
Dan yang paling berperan dalam hal ini adalah orang-orang terdekatnya. termasuk orang-orang disekitar lingkungan ia tinggal.

Dengan kemampuan berbahasa yang baik, semua ilmu yang kita berikan akan terkomunikasikan dengan baik.
Yang tidak kalah penting untuk membangun kecerdasan berbahasa yang baik adalah dengan membuat kurikulum berbahasa pada anak.
kurikulum ini membahas tentang aktivitas, tujuan, dan cara penyajiannya sehingga kita dapat mengenali potensi akal pada anak,
perkembangan indera pada anak, dan cara menstimulasi serta pengoptimalannya dalam menyerap kejadian disekitarnya. serta mengasah kecepatan mengindera dari kejadian yang akan disimpan didalam otak.

Manajemen Peserta Didik Dalam Menghadapi Kreatifitas Anak

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia. Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan, menilai dan meguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubahnya dan mengujinya lagi sampai pada akhirnya menyampaikan hasilnya. Dengan adanya kreativitas yang diimplementasiakan dalam sistem pembelajaran, peserta didik nantinya diharapkan dapat menemukan ide-ide yang berbeda dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga ide-ide kaya yang progresif dan divergen pada nantinya dapat bersaing dalam kompetisi global yang selalu berubah.
Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas yang seimbang baik fisik maupun mental. Tidak ada satu aspek perkembangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai dapat memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang bervariasi.

Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa akar kata dari pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi latihan. Sedangkan “pendidikan”, merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang diamanatkan dalam undang-undang no. 20 tentang sisdiknas tahun 2003; agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan, peserta didik merupakan titik fokus yang strategis karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran diberikan. Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan, terutama pertimbangan pada pengembangan kreativitas, hal ini harus menjadi titik perhatian karena sistem pendidikan memang masih diakui lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan kurang memberikan perhatian kepada pengembangan kreatif peserta didik. Hal ini terjadi dari konsep kreativitas yang masih kurang dipahami secara holistic, juga filsafat pendidikan yang sejak zaman penjajahan bermazhabkan azas tunggal seragam dan berorientasi pada kepentingan-kepentingan, sehingga pada akhirnya berdampak pada cara mengasuh, mendidik dan mengelola pembelajaran peserta didik.

Kebutuhan akan kreativitas tampak dan dirasakan pada semua kegiatan manusia. Perkembangan akhir dari kreativitas akan terkait dengan empat aspek, yaitu: aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas akan muncul dari interaksi yang unik dengan lingkungannya.Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan mengujinya. Proses kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan (motivasi intristik) maupun dorongan eksternal. Motivasi intrinstik ini adalah intelegensi, memang secara historis kretivitas dan keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi yang tinggi, dan tes intellejensi tradisional merupakan ciri utama untuk mengidentifikasikan anak berbakat intelektual tetapi pada akhirnya hal inipun menjadi masalah karena apabila kreativitas dan keberbakatan dilihat dari perspektif intelejensi berbagai talenta khusus yang ada pada peserta didik kurang diperhatikan yang akhirnya melestarikan dan mengembang biakkan Pendidikan tradisional konvensional yang berorientasi dan sangat menghargai kecerdasan linguistik dan logika matematik. Padahal, Teori psikologi pendidikan terbaru yang menghasilkan revolusi paradigma pemikiran tentang konsep kecerdasan diajukan oleh Prof. Gardner yang mengidentifikasikan bahwa dalam diri setiap anak apabila dirinya terlahir dengan otak yang normal dalam arti tidak ada kerusakan pada susunan syarafnya, maka setidaknya terdapat delapan macam kecerdasan yang dimiliki oleh mereka.

Salah satu cara dalam memecahkan masalah ini adalah pengelolaan pelayanan khusus bagi anak-anak yang punya bakat dan kreativitas yang tinggi, hal ini memang telah diamanatkan pemerintah dalam undang-undang No.20 tentang sistem pendidikan nasional 2003, perundangan itu berbunyi ” warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
Pengertian dari pendidikan khusus disini merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan-pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pada akhirnya memang diperlukan adanya suatu usaha rasional dalam mengatur persoalan-persoalan yang timbul dari peserta didik karena itu adanya suatu manajemen peserta didik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Siswa berbakat di dalam kelas mungkin sudah menguasai materi pokok bahasan sebelum diberikan. Mereka memiliki kemampuan untuk belajar keterampilan dan konsep pembelajaran yang lebih maju. Untuk menunjang kemajuan peserta didik diperlukan modifikasi kurikulum. Kurikulum secara umum mencakup semua pengalaman yang diperoleh peserta didik di sekolah, di rumah, dan di dalam masyarakat dan yang membantunya mewujudkan potensi-potensi dirinya. Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan pada umumnya, maka saat ini haruslah diupayakan penyelenggaraan kurikulum yang berdiferensi untuk memberikan pelayanan terhadap perbedaan dalam minat dan kemampuan peserta didik. Dalam melakukan kurikulum yang berbeda terhadap peserta didik yang mempunyai potensi keberbakatan yang tinggi, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks, menyiapkan bahan ajar yang berbeda, atau mencari penempatan alternatif bagi siswa. Sehingga setiap peserta didik dapat belajar menurut kecepatannya sendiri.

Dalam paradigma berpikir masyarakat Indonesia tentang kreativitas, cukup banyak orangtua dan guru yang mempunyai pandangan bahwa kreativitas itu memerlukan iklim keterbukaan dan kebebasan, sehingga menimbulkan konflik dalam pembelajaran atau pengelolaan pendidikan, karena bertentangan dengan disiplin. Cara pandang ini sangatlah tidak tepat. Kreativitas justru menuntut disiplin agar dapat diwujudkan menjadi produk yang nyata dan bermakna. Displin disini terdiri dari disiplin dalam suatu bidang ilmu tertentu karena bagaimanapun kreativitas seseorang selalu terkait dengan bidang atau domain tertentu, dan kreativitas juga menuntut sikap disiplin internal untuk tidak hanya mempunyai gagasan tetapi juga dapat sampai pada tahap mengembangkan dan memperinci suatu gagasan atau tanggungjawab sampai tuntas.
Masa depan membutuhkan generasi yang memiliki kemampuan menghadapi tantangan dan perubahan yang terjadi dalam era yang semakin mengglobal. Tetapi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat ini belum mempersiapkan para peserta didik dengan kemampuan berpikir dan sikap kreatif yang sangat menentukan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah.

Kebutuhan akan kreativitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan setiap peserta didik. Dalam masa pembangunan dan era yang semakin mengglobal dan penuh persaingan ini setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Oleh karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap manusia terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dimulai sejak usia dini, Baik itu untuk perwujudan diri secara pribadi maupun untuk kelangsungan kemajuan bangsa.

Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik keberbakatan dan juga kreativitas yang perlu dioptimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Motivasi internal ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim yang menjamin kebebasan psikologis untuk ungkapan kreatif peserta didik di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.

Merupakan suatu tantangan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia untuk dapat membina serta mengembangkan secara optimal bakat, minat, dan kemampuan setiap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi diri sepenuhnya agar nantinya dapat memberikan sumbangan yang bermakna bagi pembangunan masyarakat dan negara. Teknik kreatif ataupun taksonomi belajar pada saat ini haruslah berfokus pada pengembangan bakat dan kreativitas yang diterapkan secara terpadu dan berkesinambungan pada semua mata pelajaran sesuai dengan konsep kurikulum berdiferensi untuk siswa berbakat. Dengan demikian diharapkan nantinya akan dihasilkan produk-produk dari kreativitas itu sendiri dalam bidang sains, teknologi, olahraga, seni dan budaya.
Daftar Pustaka
_________ Depdikanas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas, 2003.

Tilaar, Manajemen Pendidikan nasional ; Kajian Pendidikan Masa Depan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992.

Munandar, Utami, Kreativitas dan Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta : PT. Gramedia Pusataka Utama, 1999.

Husen dan Torsten, The Learning Society : Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 1995.
Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Terbaru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1999.

Gordon Dryden dan Jeannette Voss, Revolusi Cara Belajar bag.1, Bandung : Kaifa 2000


Model pembelajaran yang tepat untuk peserta didik

Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu optimal, karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satunya adalah metodologi mengajar. Pembelajaran/pengajaran merupakan istilah kunci yang hampir tidak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena hubungan yang erat antara keduanya. Metodologi pembelajaran/pengajaran harus dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar pendidik. Jika menurut peserta didik, cara mengajar pendidik menarik, peserta didik akan tekun, rajin, dan antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan pada peserta didik baik tutur kata, tingkah laku, motorik, dan gaya hidupnya.Banyaknya metodologi pembelajaran mengharuskan pendidik memiliki metode mengajar yang beragam. Dalam proses belajar mengajar, pendidik tidak menggunakan hanya satu metode, tetapi harus bervariasi, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar peserta didik dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai.

Kata metodologi berasal dari bahasa Latin yakni meta yang berarti jauh (melampaui) dan hodos yang berarti jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara mencapai tujuan. Dengan demikian, metodologi pengajaran adalah ilmu yang mempelajari cara untuk melakukan aktivitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik, yang berarti tercapainya tujuan pengajaran. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, pendidik harus mengetahui, mempelajari, dan mempraktikkan beberapa metode mengajar pada saat mengajar.

Pembelajaran atau Pengajaran

Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian materi ajar kepada siswa agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar adalah “A way working with students…a process of interaction, the teacher does something to student, the students do something in return”, Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Tardif (1989) mendefinisikan mengajar sebagai tindakan yang dilakukan seseorang (pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (peserta didik) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang ahli psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu:

Kuantitatif

Mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge, yakni penyebaran pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya peserta didik bukan tanggung jawab pendidik.

Institusional
Mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik mengajar terhadap peserta didik yang memiliki berbagai macam tipe belajar, bakat, kemampuan, dan kebutuhan.

Kualitatif

Mengajar adalah upaya memfasilitasi pembelajaran (facilitation of learning), yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar peserta didik mencari makna dan pemahamannya sendiri.

Metode Pembelajaran atau Pengajaran Metode ceramah

Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode pengajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif (Syah M., 2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik.

Beberapa kelemahan metode ceramah adalah:
1. Membuat peserta didik pasif.
2. Mengandung unsur paksaan kepada peserta didik.
3. Mengandung sedikit daya kritispeserta didik (Daradjat, 1985).
4. Bagi peserta didik dengan tipe belajar visual akan lebih sulit menerima pelajaran dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tipe belajar audio.
5. Sukar mengendalikan sejauh mana pemahaman belajar peserta didik.
6. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme.
7. Jika terlalu lama dapat membuat jenuh (Djamarah, S.B., 2000).

Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:
1. Pendidik mudah menguasai kelas.
2. Pendidik mudah menerangkan banyak bahan ajar berjumlah besar.
3. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar.
4. Mudah dilaksanakan (Djamarah, S.B., 2000).

Metode diskusi

Muhibbin Syah (2000), mendefinisikan metode diskusi sebagai metode mengajar yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama (socialized recitation). Tujuan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah:
1. Mendorong peserta didik berpikir kritis.
2. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebaS.
3. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama.
4. Mengambil satu atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang cermat.

Kelebihan metode diskusi adalah:
1. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.
2. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang Iebih baik.
3. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan peserta didik bersikap toleransi (Djamarah, S.B., 2000).

Kelemahan metode diskusi adalah:
1. Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Cenderung dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Djamarah, S. B., 2000).

Metode demontrasi
Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah M., 2000). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan ajar (Djamarah, S. B., 2000).

Manfaat psikologis pengajaran dari metode demonstrasi adalah:
1. Perhatian peserta didik dapat lebih dipusatkan.
2. Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik (Daradjat, 1985).

Kelebihan metode dernonstrasi adalah:
1. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
3. Kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Djamarah, S. B., 2000).

Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut:
1. Peserta didik kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang akan diperagakan.
2. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
3. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang
menguasai apa yang didemonstrasikan (Djamarah, S. B., 2000).

Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Terdapat tiga macam metode ceramah plus yaitu:
1. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
Metode ini adalah metode pengajaran yang menggabungkan antara ceramah dan tanya jawab serta pemberian tugas. Tata Cara metode campuran ini adalah:
a. Penyampaian materi oleh pendidik.
b. Pemberian peluang tanya jawab antara pendidik dan siswa.
c. Pemberian tugas kepada siswa.
2. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengombinasiannya, yaitu pertama pendidik menguraikan materi ajar, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
3. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan dan memperagakan materi serta latihan keterampilan.

Metode resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan metode resitasi adalah (Djamarah, S. B., 2000):
1. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
2. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab, dan mandiri.

Kelemahan metode resitasi adalah sebagai berikut:
1. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan, yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan temannya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
2. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

Metode eksperimental
Metode eksperimental atau percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada peserta didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, S. B., 2000). Metode eksperimental merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali, misalnya percobaan kimia di laboratorium.

Kelebihan metode eksperimental adalah:
1. Metode ini dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata pendidik/pengajar atau buku.
2. Peserta didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang ilmu dan teknologi.
3. Dengan ini, diharapkan terbina peserta didik yang akan menciptakan terobosan atau penemuan baru yang dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kelemahan metode eksperimental adalah:
1. Tidak cukupnya ketersediaan alat menyebabkan tidak setiap peserta didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, peserta didik harus menunggu untuk melanjutkan pelajaran.
3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

Metode study tour
Study four (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan basil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

Kelebihan metode study tour adalah:
1. Metode ini menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2. Membuat materi yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kelemahan metode study tour adalah:
1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
3. Dalam study tour, unsur rekreasi sering kali lebih menjadi prioritas daripada tujuan utama, sehingga unsur studi terabaikan.
4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik peserta didik di lapangan.
5. Biayanya cukup mahal.
6. Memerlukan tanggung jawab pengajar/pendidik dan sekolah atas kelancaran metode ini dan keselamatan peserta didik, terutama untuk study tour jangka panjang dan jauh.

Metode latihan keterampilan (drill method)

metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ke tempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (mis, membuat tas dari mute). Metode ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

Kelebihan metode latihan keterampilan adalah:
1. Meningkatkan kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2. Meningkatkan kecakapan mental, seperti dalarn perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda simbol.
3. Dapat membentuk kebiasaan dan meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan:

Kelemahan metode latihan keterampilan adalah:
1.Menghambat bakat dan inisiatif peserta didik karena peserta didik lebih sering diarahkan untuk melakukan kebiasaan bukan keterampilan nalisis.
2.Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3.Kadang kala latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan menjenuhkan.
4.Dapat menimbulkan verbalisme.

Metode pengajaran beregu (team teaching method)

Metode pengajaran beregu adalah suatu metode mengajar dengan jumlah pendidik lebih dari satu orang, yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, masing-masing pendidik membuat soal, kemudian digabungkan. Jika ujian lisan, peserta didik yang diuji harus langsung berhadapan dengan tim pendidik tersebut.

Peer teaching method

Metode peer teaching atau pengajaran oleh teman sejawat adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

Metode pemecahan masalah (problem solving method)
Metode ini adalah suatu metode mengajar dengan memberikan soal latihan kepada peserta didik kemudian diminta pemecahannya.

Project method
Project method atau metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai objek kajian.

Kelebihan project method adalah:
1. Memperluas pola pikir peserta didik dan menyeluruh dalam memandang serta memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2. Melalui metode ini, peserta didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Kelemahan project method adalah:
1. Kurikulum yang berlaku di negara kita scat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
2. Pengaturan penyusunan materi pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus
dari pendidik.
3. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan peserta didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
4. Materi pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.

Teileren method
Teileren method atau metode bagian adalah suatu metode mengajar dengan memberikan materi secara bertahap/sebagian-sebagian, misalnya paragraf per paragraf kemudian dilanjutkan lagi dengan paragraf lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.

Metode global (Gauze method )

Metode global adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik membaca keseluruhan materi kemudian membuat resume atau kesimpulan dari apa yang mereka baca.
Nah, dari semua model pembelajaran yang sudah diterangkan di atas, manakah model pembelajaran yang tepat untuk peserta didik Anda?

Guru Sebagai Agen Pembelajaran

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan berkaitan dengan predikat guru sebagai pendidik profesional. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 (tentang sistem pendidikan nasional), Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 (tentang guru dan dosen), dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 (tentang standar nasional pendidikan).

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah. Lalu, apa saja yang dibutuhkan guru untuk dapat dikatakan profesional? Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mum atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Oleh karena itu, guru disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimal sarjana S1 /D4 yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Jadi, tidak heran kalau akhir-akhir ini banyak guru yang berlomba-lomba untuk melanjutkan kuliahnya. Rita berharap bahwa inisiatif guru untuk melanjutkan kuliah bukan sekadar untuk mendapat ijazah atau sertifikasi saja, tetapi lebih kepada peningkatkan kompetensi sebagai pendidik profesional.

Selain tuntutan akademik, banyak tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah peran guru sebagai agen pembelajaran. Guru sebagai agen pembelajaran berperan memfasilitasi siswa agar dapat belajar secara nyaman dan berhasil menguasai kompetensi yang sudah ditentukan. Untuk itu, guru perlu merancang agar proses pembelajaran berjalan lancar dengan hasil optimal. Nah, kompetensi apa yang harus dikuasai guru sebagai agen pembelajaran? Ada empat kompetensi pokok yang harus dikuasai guru sebagai agen pembelajaran, yaitu (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial.

A. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seseorang yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia.

Guru yang telah memiliki kompetensi kepribadian seperti di atas, pasti dapat melakukan tuntutan profesi dengan baik pula. Ia akan bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, agama, maupun sosial. Guru tersebut juga mampu menunjukkan kemandirian sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi. Jika ada guru yang tidak bangga terhadap profesinya, orang tersebut tidak akan maju dan berkembang.

Guru yang memiliki kepribadian mantap juga mampu melakukan kincrja yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Guru tersebut mampu menunjukkan kedewasaan dalam berfikir dan bertindak sehingga produk kinerjanya dapat dikontrol dan dievaluasi lebih lanjut.

B. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi kedua yang harus dikuasai guru sebagai pendidik profesional adalah kompetensi pedagogik. Kemampuan ini diperlukan guru untuk membimbing dan memberikan pembelajaran kepada siswa agar lebih terarah.

Kompetensi pedagogik meliputi: (1) pemahaman tcrhadap peserta didik, (2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi hasil belajar, dan (4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik yang dimiliki guru juga dapat digunakan untuk memahami peserta didik dengan baik. Bagaimana cara memahami peserta didik dengan baik? Sebagai guru profesional, kita dituntut untuk ikut membantu mengembangkan bakat atau kelebihan peserta didik secara maksimal sekaligus dapat membantu kesulitan yang ia hadapi.
Setiap peserta didik pasti mempunyai bakat yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang berbakat dalam bidang olahraga, seperti sepak bola atau bulutangkis. Ada juga peserta didik yang berbakat dalam bidang akademik. Guru tinggal mengembangkan bakat setiap peserta didik lebih lanjut. Jika sekolah menyediakan fasilitas untuk mengembangkan bakat mereka maka guru tinggal membina atau mendatangkan pembina khusus.

Nah, bagaimana cara guru untuk ikut membantu kesulitan-kesulitan lainnya dari peserta didik? Langkah yang dapat diambil guru adalah dengan mengidentifikasi kesulitan yang sedang dihadapi peserta didik. Jika peserta didik mengalami kesulitan di bidang pelajaran maka guru dapat membantunya dengan memberikan tambahan pelajaran di luar jam sekolah.

Dengan memiliki kompetensi pedagogik yang baik, diharapkan guru dapat menyusun rancangan pembelajaran dan melaksanakannya. Guru diharapkan dapat memahami landasan pendidikan, mampu menerapkan teori bclajar, dapat menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, dan mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang tepat. Untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang maksimal, guru memang tidak cukup mengandalkan rancangan yang telah dibuatnya. Guru harus tetap mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pedagogik seorang guru harus mampu mengembangkan kompetensi dan mengaktualisasikan potensi peserta didik. Selanjutnya, guru juga akan berusaha mencari strategi untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik