er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Peran Orangtua dalam Mengembangkan Potensi Anak

Di bawah ini adalah beberapa peran orangtua dalam rangka membantu anak mengembangkan potensinya, di antaranya

1.Saat yang paling tepat untuk mengembangkan potensi anak adalah ketika ia berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun.
2.Anak yang paling kompeten memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang di sekitarnya, terutama pada bulan-bulan awal setelah kelahiran.
3.Kualitas waktu kebersamaan antara anak dan orang tua lebih penting dibandingkan dengan kuantitas; peran pengganti orang tua dibutuhkan untuk memberikan pengalaman sosial.
4.Memberikan bantuan di saat yang tepat.
5.Memberikan kesempatan untuk memperoleh perhatian.
6.Memberi pengarahan dan dukungan terhadap aktivitas anak.
7.Sering mengajak berkomunikasi untuk mengembangkan kemampuan bahasa pada anak.
8.Memberikan keleluasaan bagi anak untuk bergerak secara bebas.
9.Memberi kesempatan pada anak untuk melihat secara luas berbagai informasi yang berasal dari lingkungan.

Kesulitan Berbicara dan Kesalahan Sederhana Dianggap Masalah yang Perlu Diperhatikan

Sebagian psikolog memandang bahwa anak tidak memiliki ketrampilan komunikasi secara mekanistis, tetpi ketrampilan itu merupakan proses yang berkelanjutan. Tatkala bahasa digunakan secara alamiah dan benar, maka bahasa memberikan rasa aman, percaya diri, dan keterkaitan anak secara alamiah dengan masyarakatnya.

Berdasarkan pandangan di atas, kita mesti serius dalam menangani berbagai kesulitan yang muncul tatkala anak berupaya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kadang-kadang anak menemui kesulitan dalam mengungkapkan tujuannya. Dia sering mengulang beberapa kata atau bagian-bagian kata. Praktik pengulangan merupakan hal yang lumrah di kalangan anak laki-laki di bandingkan dengan anak perempuan. Hal ini berpulang pada fase perkembangan yang dilalui anak. Namun, praktik pengulanagn kata ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak.

Tatkala berbicara, anak berupaya memilih lambang-lambang bahasa dan kata-kata yang sesuai. Dengan makna yang terlukis dalam benaknya hingga menemukan kata yang sesuai dengan makna tersebut, atau mencari kata yang cocok dengan makna. Hal itu dilakukan melalui kamus bahasanya yang sederhana. Dia berusaha memilih dan pilihannya itu kadang tepat.

Kekeliruan sederhana dianggap hal yang alamiah pada fase ini.beberapa eksperimen menegaskan bahwa 75% anak yang berusia antara 3 hingga 4 tahun suka mengulang-ulang tuturannya, sehingga terjadilah kekeliruan sederhana tersebut.
Pada konteks ini, perilaku orang tua sangat berpengaruh terhadap anak. Tiadanya perasaan khawatir dan tertekan pada orang tua serta upaya memberikan rasa aman kepada anak. Merupakan hal penting untuk mencapai tujuan, sebab anak akan mencerminkan perilaku orang tuanya.

Para orang tua sering menjadi penyebab anaknya bertutur dengan gagap karena anak merasa takut kepada orang tuanya atau anak meyambung tuturannya agar dapat berbicara dengan cepat, atau supaya tuturannya lancer dan tidak berulang-ulang. Hal ini menimbulkan dampak yang sebaliknya pada anak, yaitu anak berbicara di luar kehendak orangtuaya. Jika demikian, pemecahannya menjadi lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama, bahkan kadang-kadang tidak dapat di sembuhkan dan pintu pemecahan pun tertutup.

Kebiasaan Buruk Anak

[lagu+anak.jpg]Anak-anak kadang mempunyai beberapa kebiasaan buruk yang terasa menjengkelkan bagi orang tuanya seperti kebiasaan menggigit kuku, menghisap ibu jari tangan, atau menarik-narik rambut.Apapun kebiasaan buruk anak anda, anda tidak perlu merasa jengkel. Sebagian besar kebiasaan-kebiasaan tersebut merupakan suatu tahap dari proses perkembangan yang normal dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Suatu hal yang menarik bahwa kebiasaan buruk tersebut biasanya timbul lebih dari satu macam pada seorang anak. Misalnya, seorang anak mungkin saja memiliki kebiasaan menggigit kuku serta menghisap ibu jari tangan.

Apa sebenarnya kebiasaan itu?
Kebiasaan menurut beberapa ahli dinyatakan sebagai suatu bentuk perilaku yang jelas dan diulang-ulang. Sebagian besar ahli juga menyatakan bahwa anak yang melakukan kebiasaan tersebut biasanya justru tidak menyadarinya. Tapi tidak demikian dengan orang-orang disekitarnya seperti orang tua atau saudaranya, mereka umumnya merasa terganggu dengan kebiasaan buruk si anak tersebut.

Kebiasaan buruk yang sering dimiliki oleh anak-anak adalah kebiasaan menggigit kuku. Menurut beberapa penelitian, sekitar 40% anak usia 5 sampai 18 tahun memiliki kebiasaan menggigit kuku, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi seiring dengan pertambahan usia, anak laki-laki cenderung untuk memiliki kebiasaan ini dari pada anak perempuan.

Sebaliknya dengan kebiasaan menarik-narik rambut, lebih sering dimiliki oleh anak perempuan. Kebiasaan menarik-narik rambut ini dapat timbul pada awal masa kanak-kanak dan bertahan sampai usia remaja.

Kebiasaan menghisap ibu jari tangan lebih sering ditemui dari pada kebiasaan menghisap jari tangan yang lain. Hal ini diduga karena anggapan anak-anak bahwa ibu jari tangan lebih “enak” dari pada jari tangan yang lain. Tapi ada juga dugaan lain yaitu karena ibu jari tangan lebih mudah dijangkau oleh mulut. Ada pula beberapa anak yang menghisap seluruh jari tangannya atau bahkan seluruh kepalan tangannya. Sebagian besar anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari tangannya berusia sekitar 2 tahun. Seiring dengan pertambahan usia kebiasaan menghisap ibu jari tangan ini akan menghilang.

Mengapa anak memiliki kebiasaan tersebut?

Sebagian besar ahli sampai saat ini belum dapat memastikan mengapa seorang anak memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Kebiasaan dapat timbul sebagai suatu cara bagi anak untuk tetap “sibuk” bila ia merasa bosan. Tetapi pada sebagian besar anak, kebiasaan tersebut biasanya timbul sebagai suatu cara untuk “menenangkan diri” bila mereka merasa “tertekan”. Perhatikan anak anda bila ia mulai melakukan kebiasaan buruknya tersebut. Apakah sebelumnya ia mengalami suatu kejadian tertentu yang mungkin menyebabkan rasa “tertekan”. Yang paling mengejutkan adalah kebiasaan anak yang timbul karena ia menirukan kebiasaan orang lain di sekitarnya. Ingatlah bahwa anak sering menirukan perbuatan orang-orang disekitarnya.

Kebiasaan lain seperti menghisap ibu jari tangan biasanya merupakan “sisa” masa bayi. Bagi bayi, menghisap ibu jari tangan merupakan perilaku penenangan diri umum yang berkaitan dengan makanan dan rasa lapar. Perilaku ini dapat bertahan sampai masa kanak-kanak. Demikian juga dengan kebiasaan menarik-narik rambut, yang dapat merupakan usaha si anak untuk tetap merasa dekat dengan ibunya.

Ada pula anak-anak lain yang melakukan kebiasaannya sebagai suatu cara untuk memperoleh perhatian dari orang tuanya. Jika anak anda merasa terabaikan, ia dapat melakukan suatu kebiasaan buruk karena ia tahu hal tersebut akan menarik perhatian anda.

Apa yang harus anda lakukan?

Sebagian besar kebiasaan buruk yang dilakukan anak pada masa kanak akan menghilang seiring dengan pertambahan usia anak. Bila orang tua tidak bersikap berlebihan pada kebiasaan buruk yang dimiliki anaknya, si anak akhirnya akan menghentikan kebiasaannya tersebut dengan sendirinya. Umumnya kebiasaan buruk anak akan menghilang ketika anak mencapai usia sekolah.

Bila kebiasaan buruk anak anda terus bertahan, semakin buruk, atau mengganggu orang lain, anda dapat mencoba cara-cara berikut ini:

*Jelaskan kepada anak dengan jelas dan tenang bahwa anda tidak menyukai kebiasaan buruknya tersebut. Jelaskan pula kepada anak mengapa anda tidak menyukai kebiasaan buruknya tersebut. Ucapkan dalam kalimat seperti “Ayah/Ibu tidak suka bila kamu menggigit kukumu. Kebiasaan itu adalah kebiasaan yang tidak baik dan jorok.
Dapatkah kamu menghentikan kebiasaanmu itu?” Ingatlah bila anda mendapati anak anda tetap melakukan kebiasaannya tersebut jangan mengejek atau “menguliahi” anak anda. Hukuman, ejekan, atau kritik dapat menyebabkan kebiasaan anak semakin menjadi-jadi.
*Ajak anak anda untuk ikut terlibat proses penghentian kebiasaannya tersebut. tanyakan langsung kepada anak anda apa yang sekiranya dapat menghentikan kebiasaannya tersebut.
*Sebutkan dengan jelas dan positif perilaku yang anda harapkan dari anak. Alih-alih mengucapkan, “Jangan gigit kukumu,” coba ucapkan, “Ayo kita biarkan kukumu tumbuh.” Kadang-kadang penggunaan bahan-bahan yang beraroma tidak enak pada jari dapat menghentikan kebiasaan menggigit kuku atau menghisap jari.
*Beri pujian bila anak anda mampu mengendalikan kebiasaan buruknya tersebut. Anda dapat membacakannya dongeng sebelum tidur sebagai “hadiah” bila anak anda mampu menghentikan kebiasaannya tersebut.

Kebiasaan memerlukan waktu untuk berkembang, demikian pula untuk menghentikannya. Biasanya diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk mengehentikan kebiasaan anak, jadi anda harus selalu sabar. Ingatlah untuk selalu memuji anak bila ia dapat menghentikan kebiasaannya agar anak merasa segan untuk melakukan kebiasaan buruknya itu lagi.

Apa yang perlu diperhatikan dari kebiasaan anak?
Kadang-kadang, suatu kebiasaan buruk berkembang menjadi lebih dari sekedar kebiasaan. Ia dapat menjadi suatu akibat dari suatu masalah fisik atau psikologis.

Kebiasaan anak mungkin menjadi suatu gejala dari suatu keadaan yang lebih serius. Misalnya, seorang anak yang terus menerus menghisap ibu jari tangannya mungkin sebenarnya merasa “tertekan” secara psikologis.

Bila kebiasaan buruk anak berkembang sehingga dapat membahayakan anak sendiri, anda harus segera waspada. Kebiasaan menggigit kuku yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi. Begitu pula dengan kebiasaan menghisap ibu jari tangan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi saat anak tumbuh dewasa.

Kapan anda harus mencari bantuan profesional?
Sebagian besar kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki anak-anak tidak memerlukan bantuan profesional. Tetapi bila kebiasaan anak mulai menggangu fungsi fisik atau sosialnya atau kebiasaannya tersebut terus bertahan setelah anda mencoba menghentikannya dengan langkah-langkah seperti yang telah disebutkan di atas, mungkin kebiasaannya tersebut disebabkan oleh suatu kedaan fisik atau psikologis yang lebih serius. Dalam hali ini, anda harus segera berkonsultasi dengan dokter anak anda.

Motorik Anak Usia 3 sampai 5 tahun


keterampilan motorik anak Usia 3-4 tahun

Motorik kasar:

1.Mengambil benda kecil diatas nampan tanpa menjatuhkan
2.Menangkap bola besar dengan tangan lurus kedepan
3.Memanfaatkan bahu dan siku pada sat melempar bola hingga 3 meter
4.Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik
5.Berdiri dengan kedua tumit dirapatkandan tangan disamping , tanpa kehilangan keseimbangan
6.Berjalan menyusuri papan dengan menempatkan satu kaki di depan kai yang lain
7.melompat sejauh 1 meter atau lebih dari posisi berdiri semula
8.melompat dengan satu kaki
9.Mengendarai sepeda roda tiga dengan melalui tikungan yang lebar


Motorik Halus

1.menggunting ketas menjadi dua bagian
2.menggambar linkaran tetapi masih belum teratur
3.Jika di beri gambar kepala dan badan manusia yang belum lengkap, anak akn mampu menambahkan paling tidak 2 bagian tubuh.
4.mencuci dan mengelap tangan sendiri
5.mengaduk cairan dengan menggunakan sendok
6.menuang air dari teko kecilke gelas /cangkir tanpa tumpah
7.membawa sesuatu menggunakan penjepit
8.memegang sendok garpu dengan cara menggenggam
9.membuka kancing baju dan melepas ikatan tali sepatu.

Keterampilan motorik anak USIA 4-5 tahun

Motorik kasar

1.Menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut
2.berdiri jinjit dengna tangan di pinggang
3.mengayuh satu kai ke depanatau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan.
4.berjalan pada garis yang sudah dibuat
5.Melompat dengan satu kaki secara bergantian: salah satu kaki kedepan dan kaki lainnya ke belakang atau sebaliknya atau melompat, lalu bertumpu pada salah satu kai selama 3 detik dan sebalinya secara bergantian
6.berlari langsung menendang bola
7.melambungkan bola tennis dengan satu tangan lau menangkapnya dengan dua tangan


Motorik Halus

1.memasukan surat keamplop
2.membentuk berbagai obyek dengan tanah liat atau lilin malam
3.mencuci tangan dan mengeringkannyatanpa bantuan.
4.mencuci wajah dan mengeringkannya tanpa bantuan dan tanpa membasahi baju
5.memasukan ke lubang jarum
6.berlari langsung menendang bola


Mengajar anak membaca, menulis, dan mengeja




Anak-anak tingkat akhir sekolah dasar yang masih kesulitan membaca perlu diberikan terapi sesuai kasusnya. Ada banyak opsi terapi yang bisa dipilih. Oh ya, mereka juga perlu sering dilatih melakukan gerakan silang untuk menguatkan integrasi otak kiri dan otak kanan, misalnya lewat permainan tenis, berenang dengan berbagai gaya, atau mendaki gunung. Sebagai catatan, semua terapi ini jangan dijalankan dalam suasana persaingan, sebab stres mengganggu pembentukan jalur syaraf. Setelah itu, mereka harus dilatih ulang membaca fonik dengan otak kiri.Anak-anak tingkat akhir sekolah dasar yang masih kesulitan membaca perlu diberikan terapi sesuai kasusnya. Ada banyak opsi terapi yang bisa dipilih. Oh ya, mereka juga perlu sering dilatih melakukan gerakan silang untuk menguatkan integrasi otak kiri dan otak kanan, misalnya lewat permainan tenis, berenang dengan berbagai gaya, atau mendaki gunung. Sebagai catatan, semua terapi ini jangan dijalankan dalam suasana persaingan, sebab stres mengganggu pembentukan jalur syaraf. Setelah itu, mereka harus dilatih ulang membaca fonik dengan otak kiri.

Sekolah dan orangtua berperan besar dalam mendukung proses belajar anak lewat penyediaan makanan yang bergizi, buah dan sayuran segar, dengan menghindari minyak yang setengah terhidrogenisasi dan lemak trans. Tidur yang cukup – yang berarti bertambahnya persentase rapid eye movement (REM) – akan membantu anak mencerna pelajaran yang ia terima di hari sebelumnya. Yang tak kalah pentingnya adalah cinta kasih tanpa syarat. Anak yang merasakan cinta kasih ini akan bertumbuh kembang lebih optimal, termasuk kemampuan akademisnya.

Pembatasan ketat terhadap kegiatan menonton (televisi, video, games komputer), bahkan meniadakannya sama sekali di hari-hari sekolah, akan membebaskan pikiran anak untuk berpikir. Jika tidak, tontonan elektronik itu akan membombardir otak anak dengan rentetan gambar yang menginterupsi proses berpikir. Irama yang teratur dan rutin dalam pola makan dan tidur serta kegiatan sehari-hari akan mendukung sistem syaraf yang rileks dan anak pun lebih siap belajar.

Sekali lagi, anak tidak dapat belajar dengan baik, jaringan syaraf pun tak berkembang sempurna, jika anak stres. Memaksa mereka menulis, membaca, dan mengeja, atau memberi mereka tes-tes “standar” terlalu dini (tidak sesuai dengan tahap perkembangannya) akan menciptakan perilaku bermasalah dan problem-problem belajar, terutama pada anak laki-laki. Mereka bisa benci sekolah, juga benci belajar.


Tahun pertama sekolah dasar adalah waktu untuk memperkenalkan berbagai gambar bentuk. Anak-anak belajar dan membuat huruf-huruf yang dijadikan gambar. Mereka berlatih tulis bersambung (kursif), setiap huruf ditulis berulang kali (misalnya, bentuk kursif “c” disambung seperti ombak lautan).


Satu atau dua tahun kemudian, saat anak sudah mahir berdiri di satu kaki dengan mata tertutup, menebak huruf atau angka yang ditulis di punggungnya, lompat tali maju mundur, dan melakukan gerakan silang – artinya, otak kanan dan otak kiri telah sama-sama berkembang dan saling terhubung – pelajaran formal untuk membaca, mengeja, dan menulis sudah bisa dimulai.

Sudah waktunya untuk menyingkirkan meja-meja dari kelompok bermain dan taman kanak-kanak. KB/TK perlu mengisi kurikulumnya dengan permainan yang melatih integrasi syaraf, keterampilan motorik halus, kemampuan motorik visual, keseimbangan, kekuatan otot, proprioseptif, selain perkembangan sosial dan emosional anak. Kegiatan seperti drama, memanjat, berlari, melompat, engklek (loncat dengan satu kaki), lompat tali, jalan keseimbangan, menyanyi, kejar-tangkap, melukis, mewarnai, bermain tepuk tangan irama, merangkai manik-manik, merajut, serta keterampilan hidup sehari-hari akan menyiapkan pikiran mereka untuk belajar. Anak-anak butuh semua gerakan yang sehat, harmonis, ritmis, dan tak kompetitif ini untuk mengembangkan otak mereka. Sebab gerakan tubuh itulah, bersama-sama dengan kecintaan mereka pada proses belajar, yang menciptakan jalur-jalur syaraf di otak mereka, agar mereka bisa membaca, menulis, mengeja, berhitung matematis, dan berpikir kreatif.


Anak Belajar Mengambil Keputusan



Bagaimana menolong anak belajar mengambil keputusan?

Mengambil keputusan adalah sesuatu yang harus kita hadapi setiap hari. Sejak bangun tidur, sampai tidur lagi, melibatkan pilihan-pilihan yang membuat kita harus mengambil keputusan. Tak ayal lagi mengambil keputusan adalah salah satu ketrampilan hidup yang perlu dimiliki, dilatih dan dikuasai oleh setiap orang

Bagaimana menolong anak belajar mengambil keputusan?

Mengambil keputusan adalah sesuatu yang harus kita hadapi setiap hari. Sejak bangun tidur, sampai tidur lagi, melibatkan pilihan-pilihan yang membuat kita harus mengambil keputusan. Tak ayal lagi mengambil keputusan adalah salah satu ketrampilan hidup yang perlu dimiliki, dilatih dan dikuasai oleh setiap orang.

Mengambil keputusan bukan monopoli orang dewasa. Sejak kecil pun anak bisa dilatih untuk mengambil keputusan sendiri. Mulai dari minum memakai gelas merah atau biru, pergi ke mall dengan teman atau istirahat di rumah, mengikuti kursus karate atau musik, sampai memilih perguruan tinggi dengan jurusan yang diminati.

Salah satu cara untuk menolong anak kita menjalani kehidupan yang bahagia, sukses dan bermanfaat bagi orang lain adalah mengajar mereka untuk membuat keputusan yang baik dan membiarkan mereka membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.

Dalam pendidikan berbasis rumah, anak (dan juga orangtua) memiliki banyak kesempatan dan juga tuntutan untuk mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.

Bagaimana kita menolong mereka untuk mengambil keputusan?

1.Ajak mereka untuk mengenali dan mendefinisikan masalahnya.
2.Minta mereka untuk mendefinisikan keinginan mereka dengan spesifik.
3.Minta mereka membuat daftar apa yang mereka miliki untuk mendukung keinginan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah kekuatan mereka, ketrampilan mereka, dana, bakat, atau fasilitas yang ada di sekitar.
4.Minta mereka mengambil waktu sejenak dan menuliskan pilihan-pilihan atau kemungkinan-kemungkinan yang ada.
5.Minta mereka mengumpulkan informasi untuk setiap pilihan-pilihan yang ada. Apa keuntungan dan kerugiannya, apa kelebihan dan kekurangannya.
6.Ajak mereka untuk mengevaluasi dan membandingkan setiap pilihan. Mana yang paling baik? Mana yang paling menunjang cita-cita dan nilai-nilai hidup yang dipegang oleh anda dan keluarga? Mana yang mempunyai efek jangka panjang yang paling baik?
7.Biarkan mereka mengambil keputusan. Ucapkan selamat bahwa mereka sudah mengambil keputusan berdasarkan informasi-informasi yang ada dan pertimbangan yang baik. Pilihan mereka mungkin tidak seratus persen seperti yang Anda inginkan. Tapi berilah kesempatan kepada mereka untuk belajar membuat keputusan dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.
8.Minta mereka membuat rencana untuk melaksanakan apa yang sudah diputuskan. Proses pembuatan keputusan belum berakhir sampai ada rencana untuk melaksanakannya, dan kemudian….bergerak untuk melaksanakannya!