er Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Games Elektronik Untuk Anak

Di jaman yang serba modern seperti sekarang ini, permainan games elektronik memang mewarnai kehidupan anak-anak. Namun ternyata permainan ini juga membawa efek negatif, sehingga ada baiknya anda para orangtua jangan mengenalkan games ini terlalu awal pada anak-anak.Games elektronik ini memang membuat ketagihan, baik orang dewasa maupun anak-anak. Sebut saja Playstation, Game Boy, Nintendo, dan banyak lagi. Pada saat bermain games ini, anak-anak sering kali lupa waktu karena beragam tantangan yang dihadirkan oleh games tersebut. Dan perasaan berkuasa saat sanggup memenangkan permainan dan mengendalikan tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh games tersebut. Namun dibalik keasyikan yang dimunculkan oleh games ini ternyata efek negatif yang ditimbulkan juga cukup besar. Karena pada saat kalah maupun menang dalam games, pasti keinginan untuk bermain lagi amat sangat kuat, sehingga permainan ini akan manghabiskan waktu berjam-jam tanpa terasa. Efeknya mereka jadi kurang membaca, kurang bergaul diluar dengan teman sebayanya, bahkan kurang berkumpul dengan keluarga.
Jadi sebaiknya kita tidak mengenalkan games elektronik ini terlalu dini kepada anak-anak, namun jika mereka sudah mengenal sebaiknya kita harus pintar-pintar membatasi waktu bermainnya. Luangkan lah waktu untuk bermain dengan mereka sehingga kita dapat selalu dekat dan mengetahui perkembangan mereka.

Yang Perlu Diperhatikan Oleh Orangtua Saat Memasukkan Anak ke Taman Kanak-kanak

Ketika mulai memasuki tahun ajaran baru sebagian orangtua berbondong-bondong antri mendaftarkan anaknya ke TK yang dianggap favorit bahkan sejak matahari belum muncul, sebagian lagi sibuk mencari informasi ke beberapa TK dan mungkin sebagian lagi tidak begitu peduli ke TK mana mereka akan memasukkan anaknya.Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat memasukkan anaknya ke TK adalah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1.Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, guru memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.

2.Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

3.Bermain Sambil Belajar
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran di TK. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh para guru hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

4.Stimulasi Terpadu
Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
Contohnya jika anak melakukan kegiatan makan, maka dalam kegiatan tersebut anak mengembangkan aspek:
•Moral/agama : mengerti tata cara makan yang baik dan benar
•Sosial, emosional dan kedisiplinan : menolong diri sendiri
•Bahasa : mengenal kosakata tentang nama makanan dan peralatan makan
•Kognitif : mengerti manfaat makan
•Motorik : mulai belajar memegang sendok

5.Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain.
6.Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh para gurunya melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

7. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar

Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan
sekitarnya.

8.Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.

9.Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini jika dimungkinkan dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

10.Pembelajaran bersifat demokratis
Proses pembelajaran di TK memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, bertindak, berpendapat, serta berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab.
Demikian beberapa panduan yang dapat digunakan oleh para orangtua saat memutuskan untuk memasukkan anaknya ke Taman Kanak-Kanak. Semoga bermanfaat.

Mengarahkan Anak Hiperaktif

Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.Ada dua ketakutan kaum ibu menyangkut anaknya, autis dan hiperaktif. Jika anaknya terkena autis, ibu akan sangat gugup karena anaknya tak fokus, cenderung pendiam dan sulit beradaptasi. Jika hiperaktif malah gelisah karena anaknya susah dikendalikan. Padahal, rata-rata anak autis dan hiperaktif punya KECERDASAN yang LUAR BIASA.

Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal, tak bisa berkosentrasi. Keinginannya harus segera dipenuhi. Mereka juga kadang impulsif atau melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

cemas dan gugup? Tentu, tapi jangan takut. ada resepnya.

Pertama, PERIKSALAH. Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai hiperaktif. Karena itu, Anda perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktif. Yang harus Anda lakukan adalah mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak. Ini penting karena gangguan hiperaktivitas bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik anak, serta kemampuannya dalam menyerap pelajaran dan bersosialisasi. Tujuannya untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa saja yang bisa Anda lakukan di rumah. Selain itu juga berguna untuk menghapus rasa bersalah dan memperbaiki sikap Anda agar tak terlalu menuntut anak secara berlebihan. Di sini biasanya para ahli akan memberikan obat yang sesuai atau sebuah terapi.

Kedua, PAHAMILAH. Untuk bisa menangani anak hiperatif, ada baiknya pula jika Anda dan anggota keluarga mengikuti support group dan parenting skill-training. Tujuannya agar bisa lebih memahami sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis. Jika si anak merasa bahwa orang tua dan anggota keluarga lain bisa mengerti keinginannya, perasaannya, frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak bisa
tumbuh seperti layaknya orang-orang normal lainnya.

Ketiga, LATIH kefokusannya. Jangan tekan dia, terima kaeadaan itu. . Perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika berbicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada yang lembuat, tanpa harus membenatk. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten. Jika meminta dia melakukan sesuatu, jangan berikandia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa Anda berharap dia melakukan itu.

Keempat, TELATENLAH. Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Latihan ini juga bertujuan untuk memperbaiki cara menulis angka yang tidak baik dan salah. Selanjutnya anak bisa diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Latihan ini sangat berguna untuk melatih motorik halusnya. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka dibawah 10. Setelah itu baru diperkenalkan konsep angka "0" dengan benar.

Jika empat fase di atas telah dapat Anda lewati, bersyukurlah, pasti keaktifan anak Anda sudah dapat difokuskan untuk perkembangan jiwanya. Ini juga akan sangat membantu Anda dalam menjaganya. Dan kini, masukilah tahap berikutnya, bagaimana Anda harus "bekerjasama" dengan dia.

Kelima, BANGKITKAN kepercayaan dirinya. Jika mampu, ini juga bisa dipelajari, gunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif. Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Di samping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Misalnya, dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orangtua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua
sebelumnya.

Dalam tahap ini, usahakan emosi Anda berada di titik stabil, sehingga dia tahu, penguat positif itu tidak datang atas kendali amarah. Ingat, anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif.

Keenam, KENALI arah minatnya. jika dia bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Jangan dilarang semuanya, nanti dia prustasi. Yang paling penting adalah mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara
dini.

Dengan begitu, Anda bisa memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya. Misalnya, mengikutkan anak pada klub sepakbola di bawah umur atau berenang, agar anak belajar bergaul dan disiplin. Anak juga belajar bersosial karena ia harus
mengikuti tatacara kelompoknya.

Ketujuh, MINTA dia bicara. Ini sangat penting Anda terapkan. Ingat, anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya. Misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga Anda bisa mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan. Ini memang butuh kesabaran dan kelembutan.

"Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi si kecil memang butuh waktu. Terlebih dulu ia harus dilengkapi dengan sikap menghargai, tenggang rasa, saling memahami, dan berempati," ujar Susan Barron, Ph.D, Direktur Pusat Perkembangan dan Pembelajaran Mount Sinai Medical Center di New
York dalam salah satu artikelnya di majalah Child.

Terakhir, SIAP bahu-membahu. Jika dia telah mampu mengungkapkan pikirannya, Anda dapat segera membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan. Jangan ragu. Bila perlu, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya. Mintalah guru tak perlu
membentak, menganggap anak nakal, atau mengucilkan, karena akan berdampak lebih buruk bagi kesehatan mentalnya. Kerjasama ini juga penting karena anak sulit berkosentrasi dan menyerap pelajaran dengan baik. Dibutuhkan kesabaran dan bimbingan dari guru bagi anak hiperaktif.

Nah, itulah dasar-dasar pengelolaan jika anak Anda mengidap hiperaktif. Dia tak berbahaya, hanya butuh SENTUHAN dan PERHATIAN LEBIH. Jika itu dia dapatkan, anak Anda akan berubah jadi JENIUS yang bukan tak mungkin, akan mengubah dunia.

Mental Juara Anak

Definisi
Sering kali kita melihat anak yang tidak mempunyai semangat untuk ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik atau mempunyai standar yang rendah bagi dirinya sendiri. Hal tersebut merupakan menjadi kendala kesukseksan diri pada anak terutama di masa dewasa atau dapat dikatakan tidak mempunyai mental juara. Mempunyai mental juara tanpa perlu menjadi ambisius bukanlah sesuatu yang instan. Ada proses pembiasaan yang perlu dilakukan sejak dari masa kanak-kanak.
Beberapa pengertian bermental juara antara lain:
*Bermental juara tidak hanya merujuk pada anak yang mampu memenangkan kompetisi atau lomba tertentu. Anak bisa dikatakan bermental juara pada saat dia berhasil melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Seringkali makna juara yang seperti ini kurang disadari oleh para orangtua maupun anak.
Cara yang dapat ditempuh untuk memiliki mental juara ini adalah dengan mengajari anak untuk menghargai sekecil apapun prestasi yang anak miliki. Orangtua harus membantu anak untuk berhasil dalam setiap langkah atau apapun yang anak lakukan.
*Bermental juara juga dapat berarti anak yang tangguh menghadapi segala tantangan. Anak perlu ditempa untuk siap menghadapi tantangan dan menjadi anak yang mandiri. Cara membentuk mental juara pada anak adalah dengan tidak selalu membantu anak, tidak selalu menganggap anak masih kecil. Orangtua perlu menyadari kapan anak perlu dibantu dan kapan anak bisa dilepas untuk memecahkan masalahnya sendiri. Selain itu orangtua juga perlu menanamkan motivasi dari dalam diri anak sehingga anak tidak selalu harus disuruh dan ditentukan oleh lingkungannya dalam melakukan sesuatu.
*Bermental juara dapat berarti juga anak yang mampu menghadapi kekalahan. Dalam hidup, seseorang tidak selalu menghadapi keberhasilan tetapi juga dalam saat-saat tertentu menghadapi kegagalan atau ketidakmulusan. Di sini anak perlu belajar bahwa diperlukan usaha untuk mengatasi ketidakberhasilan.

Manfaat Mental Juara
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pembentukan mental juara pada anak antara lain:
#Anak menjadi mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
#Anak menjadi percaya diri dalam melakukan segala sesuatu.
#Anak tidak cepat putus asa dan mau mencoba lagi apabila mengalami kegagalan.
#Anak menjadi pribadi yang terbiasa memecahkan masalah.

Aspirasi vs Ambisi
Konsep membentuk mental juara bukanlah dengan menuntut anak untuk selalu menjadi juara. Orangtua harus hati-hati agar memotivasi anak tidak dilakukan dengan cara memaksa. Seringkali orangtua merasa bangga saat anak memenangkan sesuatu, sehingga yang dikejar adalah hasil, bukan proses. Hal tersebut yang bisa menciptakan anak ambisius, di mana anak hanya akan berorientasi pada pencapaian hasil. Apabila anak memahami pentingnya proses maka akan tercipta aspirasi di dalam diri anak. Anak yang memiliki aspirasi akan terinspirasi dan termotivasi untuk senantiasa melakukan yang lebih baik lagi.
Pada anak yang ambisius, anak akan sangat keras berusaha mencapai sesuatu akan tetapi di lain pihak anak akan cepat puas dan bangga pada yang diperolehnya dan berhenti hanya sampai di situ. Berbeda dengan aspirasi yang bersifat jangka panjang dibanding ambisi. Hal terpenting bukanlah menjadi juaranya, tetapi bagaimana usaha anak untuk mencapainya. Anak tidak harus selalu menjadi juara, tetapi menjadi lebih baik dari yang dia lakukan selama ini. Sehingga anak lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan.

Latih Mental Juara Sejak Dini
Mental juara dapat dibentuk dan dilatih orangtua sejak kecil, terutama begitu anak mulai berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Menurut teori Erickson, tahun-tahun pertama merupakan tahun pembentukan dasar kepribadian anak kelak, dan dalam hal ini lingkungan sosial amat berpengaruh. Berikut ini tahap perkembangan anak dalam melatih mental juara:
**Awal kehidupan anak ditandai dengan adanya trust (percaya) dan mistrust (ketidakpercayaan).
Trust atau rasa percaya menunjukkan adanya perasaan kenyamanan fisik dan sedikit rasa takut. Trust di masa kanak-kanak membentuk harapan dalam kehidupan bahwa dunia ini merupakan tempat yang nyaman. Jika anak tidak merasa nyaman dengan lingkungannya maka yang berkembang adalah rasa mistrust.
Dalam membentuk mental juara dan memotivasi anak harus mementingkan kenyamanan dan kebahagiaan anak, dengan cara-cara yang fun, jangan sampai anak merasa terpaksa dan tidak enjoy terhadap apa yang dilakukannya.
**Pada usia 1-3 tahun ditandai dengan autonomy (otonomi atau kebebasan pribadi), shame (rasa malu) dan doubt (ragu-ragu).
Pada masa ini anak mulai menemukan dan mengembangkan tingkah lakunya. Jika anak diberi kesempatan untuk mencoba maka akan muncul otonomi. Tetapi jika anak banyak diarahkan dan dilarang maka anak akan menjadi anak yang pemalu atau ragu-ragu. Pada usia ini cukup ideal untuk melepas anak memecahkan masalahnya sendiri, yang merupakan salah satu cara membentuk mental juara.
**Pada masa anak-anak awal yaitu usia 3-5 tahun ditandai dengan initiative (inisiatif) dan guilt (rasa bersalah).
Masa ini muncul di usia prasekolah, di mana kehidupan sosial anak sudah lebih berkembang. Saat anak mulai aktif, banyak perilaku perlu dikembangkan agar anak bsa mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungannya.
Anak belajar untuk bertanggungjawab atas berbagai hal, misalnya menjaga barang-barang milik anak sendiri. Berkembangnya rasa tanggung jawab akan menanamkan rasa inisiatif pada anak. Sebaliknya akan muncul anak yang memiliki rasa bersalah dan cemas karena tidak memiliki rasa tanggung jawab dan tidak diberi kesempatan untuk mandiri. Pengalaman dari lingkungan akan menjadikan anak memiliki rasa percaya pada dunianya, mandiri, penuh inisiatif, dan siap menghadapi apapun dalam dunianya. Hal-hal inilah yang merupakan esensi mental juara.

Hal yang Perlu Diwaspadai
Dalam membentuk mental juara serta memotivasi anak ada beberapa hal yang perlu diwaspadai yaitu:
*Anak yang selalu atau sangat sering menjadi juara kerap menjadi lebih down ketika mengalami kegagalan. Terlebih lagi jika orang-orang di sekitarnya bersifat menyalahkan, anak bisa merasa tidak berharga dan tidak dicintai lagi karena sudah gagal. Hal tersebut yang biasanya terjadi apabila orangtua dan lingkungan anak lebih mengutamakan hasil daripada proses, akibatnya penghargaan diri anak menjadi relatif rendah.
*Munculnya sifat angkuh atau sombong pada anak yang sering menjadi juara. Sekecil apapun pencapaian anak perlu dihargai. Di sisi lain apa yang menjadi kelemahan atau kekurangan anak perlu dievalusi dan dicari solusinya. Pujian maupun evaluasi hendaknya diberikan secara proporsional. Dengan demikian anak tidak menjadi sombong tetapi masih mau berusaha untuk lebih baik di kesempatan yang akan datang.
*Adanya sifat individualis anak perlu dihindari ketika menanamkan mental juara. Anak bermental juara justru mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang menghargai dirinya sendiri berdasar proses, biasanya juga akan menghargai orang lain. Anak perlu diajarkan memahami siapa dirinya, mengetahui apa kelebihan dan kelemahan dirinya sehingga anak akan tahu perannya, apa yang dia miliki, dan apa yang dia bisa lakukan. Bila hal tersebut sudah tercapai, anak akan bisa mandiri tanpa melupakan hakikatnya sebagai makhluk sosial.
*Membanding-bandingkan anak dengan temannya sama sekali bukan cara ideal untuk memotivasi anak. Yang bisa dibandingkan adalah pencapaian yang dilakukan anak, misalnya nilai anak yang lebih bagus saat dia rajin belajar dibandingkan saat dia malas-malasan. Itupun harus disampaikan dengan alasan-alasan yang logis dan bukti-bukti, secara tegas namun tidak terkesan menyalahkan anak.

Mental juara pada anak dapat dibentuk atau dilatih oleh siapapun, termasuk dari orangtua yang pernah gagal atau tidak terlalu sukses. Apabila orangtua bisa memiliki kepribadian yang positif dan memiliki motivasi serta keinginan untuk mengembangkan anaknya dalam lingkungan yang sehat dan tidak ada paksaan, diharapkan anak bisa tangguh menghadapi tantangan dan mempunyai mental juara karena setiap anak mampu menjadi juara.

Stimulasi dan Nutrisi untuk Otak Anak

Salah satu perkembangan anak yang jarang diperhatikan adalah otaknya. Hal ini wajar karena perkembangan otak tidak kasat mata seperti pertumbuhan tinggi dan berat anak. Namun sebagai orang tua, perlu mendukung perkembangan otak anak karena sebenarnya setiap bayi yang lahir memiliki potensi yang sama, hanya saja asupan nutrisinya belum tentu sama baiknya satu dengan yang lain.Salah satu perkembangan anak yang jarang diperhatikan adalah otaknya. Hal ini wajar karena perkembangan otak tidak kasat mata seperti pertumbuhan tinggi dan berat anak. Namun sebagai orang tua, perlu mendukung perkembangan otak anak karena sebenarnya setiap bayi yang lahir memiliki potensi yang sama, hanya saja asupan nutrisinya belum tentu sama baiknya satu dengan yang lain.

•Pengembangan Bagian Otak
Setiap bayi yang lahir memiliki 100 milyar sel otak. Namun meski setiap bayi memiliki jumlah sel otak yang sama, optimalisasi penggunaan otak belum tentu sama pada setiap anak. Pasalnya belum semua sel-sel otak bayi saling terhubung dengan sempurna. Padahal semakin kuat hubungan antar sel, semakin kuat pula daya tangkap dan memori anak. Jumlah hubungan antar sek saraf tersebut menjadi dasar untuk memori pada manusia.
Pada saat bayi lahir hingga ia berusia sepuluh tahun, otaknya mengalami proses pembentukan dan pengembangan. Selama masa ini, ada lebih banyak sel otak yang baru terbentuk daripada yang sudah dipakai. Hubungan antar sel pada otak yang sedang berkembang akan menguat apabila sering dipakai. Jadi orang tua perlu menyediakan stimulasi agar otak anak terpakai dan memberikan nutrisi yang mendukung pembentukan otak anak.
Untuk merangsang memori anak, coba selalu ajak bicara setiap bersamanya. Tanyakan apa saja yang ia lakukan hari itu, apa saja yang ia lihat, siapa yang ia temui. Untuk menambah pengetahuannya, tunjuk dan beritahu nama-nama benda dan makhluk di sekitarnya, sehingga kosakatanya bertambah dengan cepat. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk merangsang penggunaan otak anak:
-memberi perlengkapan atau pernak-pernik yang kaya warna
-memberi permainan yang membuat anak berpikir seperti puzzle dan mainan bangunan
-memberi permainan yang memiliki bunyi-bunyian dan musik
-bila berada di perjalanan, tunjuk dan ceritakan berbagai hal yang dilihat anak
-sering-sering bertanya dan menguji nama-nama benda atau warna yang sudah diketahui anak
-mengajak bernyanyi lagu-lagu dalam berbagai bahasa
-memperkenalkan anak dengan nama dan jenis rasa pada inderanya, misalnya panas, pedas, manis, asin

•Nutrisi untuk Otak
Untuk mengimbangi stimulasi dari luar, anak juga perlu asupan nutrisi yang seimbang. Sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan ASI ekslusif dan bagi balita untuk mengonsumsi susu yang mengandung gangliosida yang berperan sebagai penghubung antar sel otak agar pesan bisa terkirim dengan baik dan optimal.

Kreativitas Anak

Kreativitas itu adalah pilihan, bukan bakat. Setiap anak berpotensi menjadi kreatif. Tak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas, karena jika demikian sama seperti tidak memiliki kepintaran sama sekali. Kreativitas dapat ditumbuhkan san dibentik sehingga setiap anak memiliki peluang menjadi kreatif.Cara orangtua menanggapi sebuah permasalahan akan mempengaruhi cara anak menyelesaikan masalah. Bila hanya mempunyai satu solusi saja untuk menanggapi permasalahan anak, maka mereka juga hanya mengenal dan menggunakan satu solusi saja. Bagaimana cara orangtua bersikap terhadap tindakan anak akan sangat mempengaruhi pola kebiasaan anak hingga dewasa nanti.

Orang kreatif menyukai tantangan dan yakin bahwa setiap permasalahan memiliki solusi. Orang kreatif juga sudah biasa terbuka terhadap ide baru dan berani mengambil resiko atas ide barunya tersebut meskipun tidak mendapat respon dari lingkungannya. Ciri-ciri orang kreatif antara lain:

*Berpikiran terbuka untuk ide-ide baru dan menolak penilaian yang prematur

*Selalu penasaran untuk menemukan solusi yang tepat

*Berani mengambil resiko dalam mencoba sesuatu yang baru

*Tidak takut kepada masalah yang sulit dan tidak mempunyai jawaban yang pasti

*Orisinil, berpikir sesuatu yang baru dan tidak umum

*Independen, yakni percaya akan pemikirannya

*Imajinatif

*Perseptif, melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain

*Tidak takut berbeda dengan orang lain

*Memiliki keberanian bertindak dan menunjukkan idenya

*Memiliki ketahanan, semangat, dan kerja keras untuk meraih sukses

*Mampu memotivasi diri

*Berpikir bagaimana jika, bagaimana cara lainnya, dan mengapa

*Memiliki rasa humor, mampu tertawa di saat gagal dan tetap semangat sesudahnya


Kreativitas tidak hanya terbatas pada satu bidang saja, tapi merupakan sikap (attitude) yang tak hanya melibatkan pola berpikir anak tapi juga kemampuan anak menyelesaikan masalah. Dalam sikap kreatif, tidak hanya memiliki dan menjalankan ide, namun juga mampu mencari keunggulan dari kreativitas tersebut.

Anak harus belajar menemukan solusi sendiri dengan mempertimbangkan beberapa kemungkinan dan berani mengambil resiko atas pilihannya. Anak juga harus menunjukkan bahwa dirinya mampu berteman dengan masalah serta mampu melihat peluang, memiliki ide yang orisinil dan independen. Ajarkan anak menjadikan masalah layaknya sebuah bisnis, seni, atau ilmu pengetahuan, sehingga sikap kreatif bisa menjadi sebuah kebiasaan.

Kreativitas merupakan pilihan, tak hanya orang yang memiliki bakat kreatif. Bagaimana seseorang mampu menanggapi situasi juga bisa dikatakan orang kreatif. Setiap anak berpotensi menjadi kreatif karena tidak kreatif berarti anak tidak berpikir dan tidak melakukan apa-apa. Oleh sebab itu, sangat kecil kemungkinannya orangtua tidak mampu membentuk kreativitas anak.

Orangtua bisa menjadi contoh bagi anak asalkan mau merefleksikan diri. Coba pikirkan kembali tindakan Anda saat menghadapi beberapa masalah. Apakah Anda telah melupakan masalahnya? Apakah Anda mengandalkan orang lain dalam menghadapi masalah? Atau Anda mencoba menarik diri sat tidak bisa menemukan solusi? Melalui pertanyaan ini, orangtua bisa menilai sendiri, yang seperti apakah yang menjadi contoh bagi anaknya. Langkah pertama yang dapat orangtua lakukan yaitu mengenali dan mengembangkan kreativitas diri sendiri sebelum mengembangkan kreativitas pada diri anak.

Dalam kehidupan sehari-hari orangtua bisa mendapatkan contoh kreativitas untuk diajarkan pada anak. Misalnya ketika menyusuri perjalanan pulang sekolah, Anda melihat tukang sampah yang menarik gerobak sampahnya. Dengan menggunakan imajinasi anak, dan menggunakan prinsip yang ada, apakah ada solusi lain yang dapat dilakukan oleh tukang sampah untuk memperingan dan mempermudah pekerjaannya sehingga lebih cepat dan hemat energi.

Kreativitas juga dapat dibentuk dan diajarkan dalam bentuk permainan-permainan yang disukai anak, seperti permainan menyusun blok-blok bangunan atau geometri, puzzle, rakitan atau konstruksi. Berikan kepada anak, mainan-mainan yang membutuhkan kreativitas dan logika berpikir anak sehingga disamping kegembiraan yang didapat anak dari bermain, ada manfaat lain yang dapat Anda peroleh yaitu kreativitas anak yang semakin terasah.