er Bekali Anak dengan Ilmu | Pendidikan Guru TK - Guru Taman Kanak Kanak

Bekali Anak dengan Ilmu

Apapun harapan kita terhadap anak saat dia dewasa, satu hal yang harus dilakukan adalah membekalinya dengan ilmu. Ilmu menjadi kunci pintu masuk pertama menuju gerbang kesuksesan. Seseorang butuh ilmu untuk kesuksesan akhirat (QS At Taubah :122). Dan butuh ilmu untuk keberhasilan duniawi (QS Ali Imran 3:190). Bukan bekal harta, karena harta akan habis apabila berada di tangan orang yang tidak berilmu. Allah juga menjamin bahwa orang berilmu akan dinaikkan statusnya pada beberapa level melebihi status orang yang tidak berilmu (QS Al Mujadalah 58:11).

Oleh karena itu, apa yang harus menjadi prioritas orang tua terhadap anaknya ada tiga yaitu (a) pendidikan; (b) pendidikan; dan (c) pendidikan. Hal-hal lain yang di luar pendidikan akan berjalan dengan sendirinya apabila anak berhasil mencapai level pendidikan tertentu yang diinginkan dengan lancar. Baik pendidikan formal dan noformal.

Bekal ilmu saat usia prasekolah berarti pendidikan di rumah. Dan menurut para ahli, pendidikan prasekolah di rumah menjadi barometer akan sukses tidaknya pendidikan anak pada tahap-tahap selanjutnya. Di sini peran kedua orang tua sangat penting. Dan lebih penting lagi adalah peran ibu. Dalam tulisan sebelumnya sudah dibahas, bahwa peran ibu akan sangat menentukan berhasil tidaknya pendidikan anak ke depan.

Saat memasuki usia sekolah, kontribusi orang tua tetap penting. Tapi, lingkungan juga mulai memainkan peranannya. Bahkan, pada kasus-kasus tertentu, teman-temannya di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA memiliki pengaruh lebih besar. Banyak kasus di mana anak yang memiliki lingkungan yang baik di rumah, tapi mengalami kegagalan dalam hidup karena terlalu kuatnya pengaruh teman.  Di sini, orang tua harus betul-betul waspada dengan lingkungan luar anaknya baik teman sekolah maupun teman tetangga dekat. Saat ini, pengawasan dengan siapa anak bergaul harus dimulai bahkan sejak sangat dini. Sejak SD dan bahkan sejak prasekolah. Masih segar dalam ingatan kita kasus yang terjadi di Malang dan Palembang di mana seorang anak usia 2 tahun yang sudah kecanduan merokok dan suka berkata kotor akibat lingkungan sekitar rumah yang buruk. Orang tua juga harus cepat mengambil tindakan apabila lingkungan sekolah dan lingkungan rumah sudah tidak memungkinkan bagi anak untuk mendapatkan pendidikan karakter yang baik. Walaupun “tampaknya” si anak tidak terpengaruh dengan lingkungan buruk tersebut.

Caranya, pindahkan ke sekolah yang memiliki lingkungan  kondusif kalau masalahnya terletak pada buruknya lingkungan sekolah. Dan pindahkan ke pesantren apabila yang menjadi masalah tidak hanya lingkungan sekolah, tapi juga lingkungan rumah. Tentang pesantren mana yang akan dipilih, pertimbangannya tentu harus berdasarkan pada tujuan awal dan ekspektasi orang tua serta minat anak itu sendiri. Contohnya, apabila orang tua menginginkan anaknya jadi dokter atau insinyur dan anaknya berbakat di bidang ilmu pasti (sains), maka hendaknya anak dimasukkan ke pesantren yang memang sekolah formalnya (SLTA) memiliki jurusan tersebut. Begitu juga, apabila anak berminat di bidang sosial, maka orang tua dapat mengirimkan anak ke pesantren yang memiliki pendidikan SLTA jurusan sosial. Nilai plus (strong point) dari menyekolahkan anak di lingkungan pesantren adalah anak akan mendapat banyak tambahan keilmuan dan kecakapan (life skills). Seperti ilmu agama, akhlak dan etika, serta kecakapan ekstra kurikuler yang biasa dipelajari di SMK.

Tentu mengirim anak ke pesantren ada nilai minusnya: yaitu terpisahnya anak secara fisik dari  orang tua. Tetapi, di sisi lain akan hal ini justru membuat anak menjadi lebih cepat mandiri dan lebih stabil secara mental.


1 komentar:

ganes mengatakan...

thanks for share. . .

Posting Komentar